Oleh: Zakii Hidayatur Rohman, Mahasiswa Komunikasi UIN Salatiga
Melihat pola teknologi yang cepat berkembang di era ini banyak perkembangan yang dibuat dan digunakan oleh manusia sendiri yang awal nya ingin mempermudah kan kerja manusia tapi toidak dengan dampak nya, dengan berbagai perkembangan ada satu topik yang membuat saya sedikit penasaran adanya topik pembahasan tentang kecerdasaaan AI Vs Kecerdasan manusia yang dapat membuat saya penasaran adalah bagaimana teknologi yang dibuat oleh manusi sendiri dapat melawan ataupun menyandingi si pembuat dalam peran manusia di kehidupan sehari hari salah satunya ialah banyak lapang kerja yang dapat digantikan AI.
Nah mari kita bahas apa yang mampu membuat saya terheran heran tentang topik ini bagaimana kemampuan dan keterbatasan AI telah menunjukkan kemampuan luar biasa dalam mengotomatisasi tugas-tugas tertentu, meningkatkan efisiensi, dan memberikan solusi untuk masalah kompleks. Namun, AI memiliki keterbatasan yang signifikan. Menurut Dr. Aziz Fajar dari Universitas Airlangga, AI tidak dapat menciptakan sesuatu yang benar-benar baru; ia hanya mampu memanfaatkan sumber daya yang ada.
Selain itu, AI tidak memiliki kemampuan intuisi, penilaian, atau kreativitas yang dimiliki oleh manusia, sehingga tidak mampu sepenuhnya mereplikasi proses pengambilan keputusan yang rumit. Manusia itu luar biasa, kan? Kita bisa merasakan emosi, beradaptasi dengan situasi baru, dan membuat keputusan berdasarkan pengalaman hidup. Misalnya, saat kita mendengar cerita sedih, kita bisa merasakan empati dan memahami perasaan orang lain. Itu hal yang sulit dicapai oleh AI.
Di sisi lain, AI itu seperti teman yang super pintar dalam hal memproses data. Bayangkan saja, AI bisa menghitung dan menganalisis informasi dalam hitungan detik, sementara kita mungkin butuh waktu berjam-jam. Dalam hal analisis data besar, AI bisa jadi juara. Tapi, ketika datang ke kreativitas misalnya, menciptakan musik atau seni AI sering kali belum bisa menyentuh kedalaman emosi yang bisa kita hasilkan.
Peran manusia pada era AI, walaupun AI ini sendiri dapat menggantikan beberapa fungi manusia, peran yang ada dimanusia namun manusia tetap penting dalam mengarahkan dan mengontrol penggunaan teknologi ini, mengontrol yang seperti apa? Pengawasan dan pengendalian memastikan bahwa teknologi ini beroperasi sesuai dengan nilai etika yang di inginkan melalui pembuatan kebijakan. Nilai yang membuat saya miris ialah dengan ketergantungan berlebihan pada teknologi AI ini yang dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis dan kreatif manusia AI memiliki kemampuan luar biasa dalam memproses data dan melakukan perhitungan yang sangat cepat.
AI dapat menganalisis pola dalam data besar, mengidentifikasi tren, dan memberikan rekomendasi berbasis algoritma dengan akurasi yang tinggi. Dalam konteks tertentu, seperti pengolahan data medis atau analisis pasar, AI dapat mengungguli manusia dalam hal efisiensi dan akurasi.Namun, AI masih terbatas dalam hal kreativitas dan pemahaman konteks. Meskipun AI dapat menghasilkan karya seni atau menulis teks, hasilnya sering kali tidak memiliki kedalaman emosional yang sama dengan karya manusia. Di samping itu, AI tidak memiliki kesadaran atau moralitas, sehingga keputusan yang diambilnya tidak selalu mempertimbangkan dampak sosial atau etika.
Banyak muncul nya platfrom dan web AI yang membuat kita dilema oleh etika dalam kehidupan sehari hari tentang seberapa jauh kita harus “memanusiakan AI atau meng-AI-kan manusia” menjadi penting. Pemberian kemiripan kecerdasan manusia pada AI dapat menciptakan ekspektasi yang tidak realistis dan menimbulkan masalah baru, seperti privasi dan keamanan data jadi sangat perlunya manusia dalam turut andil dalam mengontrol bagi AI Jadi, intinya, AI dan manusia punya kelebihan masing-masing.
AI bisa membantu kita dengan tugas-tugas yang repetitif atau analitis, sementara kita, sebagai manusia, bisa memberikan sentuhan emosional dan kreativitas yang tidak bisa ditandingi. Mungkin yang terbaik adalah kita saling melengkapi, sehingga bisa menciptakan sesuatu yang lebih baik bersama-sama