Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Kolom

Cara Berpikir dengan Jernih

×

Cara Berpikir dengan Jernih

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Tri Rahayu, M.Pd., Kepala SMP Alam Nurul Furqon Mlagen Pamotan Rembang

Pernahkah kita merasa mengambil keputusan yang merugikan, baik untuk pribadi ataupun orang lain? Atau pernahkah kita salah memprediksi, menebak-nebak, atau menganalisis sesuatu? Hal itu biasanya terjadi dikarenakan kita tidak berpikir jernih, karena terjebak dalam ilusi atau bias yang diciptakan oleh pikiran kita sendiri.

Example 300x600

Kali ini kita akan mereview sebuah buku dengan judul “The Art of Thinking Clearly” alias “Seni Berpikir Jernih” karya Rolf Dobelli. Salah satu buku impor bertemakan pengembangan diri dan bisnis yang bisa kita akses secara mudah melalui laman kawruh.myshopify.com. Dalam buku ini terdapat penjelasan lengkap tentang 99 jenis jebakan pikiran dan nasihat supaya kita bisa menghindarinya.

Ragam Kesalahan Sistematis dalam Mengambil Keputusan

Tahukah kita, apa persamaan jajaran angka-angka berikut; 724 – 947 – 421 – 843 – 394 – 411 – 054 – 646 – 541? Bukankah mudah tertebak? Sekilas terlihat jelas bahwa selalu ada angka empat pada masing-masing susunan angka-angka itu. Selanjutnya mari kita uji coba contoh lain. Bisakah kita menemukan apa persamaan deret angka-angka ini; 349 – 905 – 854 – 851 – 772 – 113 – 274 – 032 – 132? Persamaan dari deret angka-angka tersebut adalah mereka semua tidak mengandung angka enam. Dan ternyata, memang lebih mudah bagi kita untuk melihat apa yang ada dibandingkan melihat apa yang tidak ada.

Jika ada kejadian-kejadian yang mengusik ketentraman kita, maka kita pasti langsung ngeh. Tapi ketika kondisi aman, kita justru lupa mengapresiasi keamanan itu. Kita tidak bisa melihat bahwa di saat keadaan aman itu artinya tidak ada bencana, tidak ada perang, tanpa teror. Semisal kita selamat saat berkendara, kita acapkali lupa bersyukur. Bahwa, tidak ada kecelakaan yang menimpa kita. Saat sedang sehat kita lupa menyadari bahwa tidak ada penyakit yang menghambat aktivitas kita. Jebakan-jebakan dalam berpikir seperti ini disebut feature-positive effect. Padahal jika kita bisa menghindarinya hidup kita bisa lebih bahagia.

Kasus lain lagi bermunculan. Ketika ada keramaian di jalan umumnya kita akan menjumpai orang-orang bergerombol meskipun tidak tahu apa penyebabnya. Atau manakala melihat tren barang yang sedang booming, lantas kita langsung ikut-ikutan. Hal ini umum disebut bukti sosial atau social proof. Sebuah fenomena psikologis yang menampakkan orang cenderung mengadopsi perilaku atau keyakinan orang lain dalam situasi yang tidak jelas atau ambigu. Dalam kondisi tersebut, kita tidak lagi berpikir mengapa harus melakukan sesuatu atau apakah sebuah produk memang bermanfaat untuk kita. Pokoknya kita beli saja karena orang lain sama-sama memakainya, sama-sama memilikinya. Padahal jika ada 50 juta orang mengatakan hal yang keliru, tentu tetap keliru, bukan?

Nasihat Rolf Dobelli berikutnya ialah tentang contrast effect. Dalam bukunya, beliau seolah menegaskan pantangan mengajak teman kita yang super model ketika kita ingin sekadar jalan-jalan atau hang out. Kita mungkin lumayan tampan atau cantik. Namun, kalau disandingkan dengan teman kita yang ganteng banget atau sangat cantik, tentu kita akan tampak jelek.

Efek kontras tersebut kadang juga menipu kita dalam berbelanja. Barang yang mahal dan sebetulnya tidak kita butuhkan berakhir kita beli karena melihat ada barang yang lebih mahal dari barang itu. Sepatu yang berlabel Rp 70.000,- akan tampak lebih mahal dibandingkan sepatu yang di labelnya tertulis Rp 100.000,- tapi dicoret diskon 30% menjadi Rp 70.000,-. Sekali lagi kita tertipu ilusi. Padahal harga kedua sepatu itu sama-sama Rp 70.000,-. Inilah gambaran efek perbandingan kontras.

Sekarang mari memilih di antara dua opsi berikut. Opsi pertama saya akan memberikan 15 dollar selama tujuh hari. Sedangkan kedua, saya akan menyerahkan uang senilai satu dollar untuk hari ini, besok dua dollar, empat dollar pada lusa, dan seterusnya hingga tepat hari ketujuh. Kalau kita memutuskan opsi yang pertama kita hanya akan mendapatkan total 105 dollar. Sedangkan jika kita memilih opsi kedua kita akan memeroleh 127 dollar. Memang terkesan pilihan pertama lebih menggoda, karena otak kita sulit melihat efek pada opsi kedua, yang disebut exponential growth. Padahal kalau kita bisa mengamati sesuatu yang seperti ini kita bisa mendapat hal-hal yang jauh lebih menguntungkan di masa yang akan datang. Di sinilah jelas tergambar manfaat belajar matematika bab deret bilangan. Yakni supaya kita bisa berpikir lebih jernih.

Nah, itu tadi beberapa contoh kesalahan sistematis yang dibahas dalam buku “The Art of Thinking Clearly”. Kita bisa menemukan jebakan pikiran lainnya berikut dengan nasihat menarik dalam buku tersebut untuk membantu kita agar bisa berpikir dengan jernih.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *