Oleh: Santi Mawadati, Santri-Murid Pesantren-Sekolah Alam Planet Nufo Rembang.
Lebaran Ketupat adalah salah satu tradisi yang berlangsung di Indonesia sebagai bentuk perayaan yang dilakukan setelah Hari Raya Idul Fitri. Meskipun Hari Raya Idul Fitri sudah berakhir, masyarakat masih merayakan momen ini dengan cara yang khas, yaitu dengan mengadakan Lebaran Ketupat. Tradisi ini sangat erat kaitannya dengan budaya dan adat istiadat di berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Jawa.
Lebaran Ketupat merupakan tradisi yang muncul setelah selesai menjalankan ibadah puasa Ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Kata “ketupat” berasal dari bahasa Jawa, yang merujuk pada “kupat”, sebuah makanan yang terbuat dari beras yang dimasak dalam anyaman daun kelapa muda. Ketupat sering dianggap sebagai simbol penyucian diri setelah menjalani puasa selama sebulan penuh. Ketupat juga melambangkan kehidupan yang penuh dengan kesederhanaan, dimana beras yang dimasak dengan cara tradisional ini menjadi makanan khas dalam perayaan Lebaran Ketupat.
Tradisi ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Jawa, tetapi juga ditemukan di beberapa wilayah lain di Indonesia, meskipun dengan beberapa variasi. Lebaran Ketupat seringkali dilakukan pada hari ketujuh setelah Idul Fitri, atau tepatnya pada hari “Syawal ketujuh” menurut kalender Hijriyah. Pada hari tersebut, masyarakat berkumpul dengan keluarga dan tetangga untuk merayakan momen kebersamaan, setelah sebelumnya menjalani ibadah puasa dengan penuh kesabaran.
Makanan Khas Lebaran Ketupat
Makanan utama dalam perayaan Lebaran Ketupat tentu saja adalah ketupat itu sendiri. Ketupat biasanya disajikan bersama dengan berbagai hidangan tradisional seperti opor ayam, sambal goreng hati, rendang, dan sayur lodeh. Opor ayam yang berkuah santan kental menjadi pelengkap yang sangat pas dengan ketupat. Selain itu, ada juga hidangan khas lainnya seperti nasi ketupat, ketupat sayur, dan berbagai macam kue tradisional seperti kue lebaran.
Proses pembuatan ketupat yang membutuhkan ketelitian dan keahlian menjadi bagian dari tradisi yang menyatukan anggota keluarga. Tidak hanya sekedar makanan, ketupat yang dianyam dalam daun kelapa juga menyimbolkan pengorbanan dan kerja keras dalam menjaga hubungan antar sesama. Proses penyajiannya pun sering diiringi dengan kebersamaan yang erat antar anggota keluarga maupun masyarakat sekitar.
Lebaran Ketupat tidak hanya sekadar tradisi makan bersama, tetapi juga memiliki makna mendalam tentang kebersamaan dan saling memaafkan. Setelah sebulan penuh berpuasa dan menjalani berbagai ibadah, umat Islam merayakan Lebaran dengan penuh rasa syukur. Namun, perayaan ini tidak berhenti setelah Hari Raya Idul Fitri saja. Lebaran Ketupat menjadi ajang untuk mempererat silaturahmi, serta sebagai wujud ungkapan rasa syukur atas keberhasilan menahan hawa nafsu selama Ramadan.
Lebaran Ketupat juga melambangkan pentingnya memperbaiki hubungan dengan sesama, termasuk dengan orang tua, kerabat, dan tetangga. Momen ini sering dimanfaatkan untuk saling berkunjung, memberikan maaf, dan berbagi kebahagiaan. Kehangatan dalam pertemuan ini mencerminkan semangat Islam yang mengajarkan umatnya untuk hidup rukun dan saling menghargai.
Lebaran Ketupat adalah tradisi yang kaya akan nilai budaya dan spiritual. Selain menjadi ajang untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri, tradisi ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya kebersamaan, saling memaafkan, serta menghargai pengorbanan dan kerja keras dalam menjaga hubungan antar sesama.
Dengan adanya Lebaran Ketupat, diharapkan kebersamaan dan rasa syukur yang dimiliki masyarakat Indonesia semakin terasa kuat, dan tradisi ini akan terus dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya yang tak ternilai.
Mangan kupat nganggo santen. Menawi lepat nyuwun panggapunten.
