Oleh: Nashrul Mu’minin, Content writer Yogyakarta
Kabupaten Lamongan, salah satu wilayah di Jawa Timur yang kerap disebut sebagai “Kota Soto” atau “Bumi Dewi Sekardadu”, menyimpan segudang potensi dan makna historis, geografis, serta sosio-ekonomi. Terletak di jalur Pantura yang strategis, Lamongan bukan hanya menjadi persinggahan para pelancong, tetapi juga kawasan dengan dinamika pertanian, kelautan, industri, perdagangan, dan pariwisata yang menggeliat.
وَهُوَ الَّذِي مَدَّ الْأَرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا ۖ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ ۖ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
(QS. Ar-Ra’d: 3 – “Dan Dialah yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai di atasnya. Dan padanya Dia menjadikan semua buah-buahan berpasang-pasangan. Dia menutupkan malam kepada siang. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”)
Kabupaten Lamongan, dengan bentang alamnya yang memadukan pegunungan, sungai, dan lautan, seolah menjadi cerminan ayat suci di atas. Wilayah ini tidak hanya kaya akan sumber daya alam, tetapi juga menyimpan keberkahan yang tertuang dalam harmoni geografis dan budaya. Sebagai bagian dari Jalur Sutra Maritim sejak era Majapahit, Lamongan menjadi saksi bisu peradaban Nusantara yang gigih mengarungi samudera.
Dalam Hadis Riwayat Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ
“Sesungguhnya Allah itu Indah dan mencintai keindahan.”
Keindahan Lamongan terpancar dari pesona Pantai Tanjung Kodok, keagungan Masjid Agung Lamongan, hingga keramahan masyarakatnya yang religius. Kontras antara wilayah utara yang maritim dan selatan yang agraris menjadikan Lamongan miniatur Indonesia.
“Pertanian: Lumbung Padi dan Kearifan Lokal
وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَسْكَنَّاهُ فِي الْأَرْضِ ۖ وَإِنَّا عَلَىٰ ذَهَابٍ بِهِ لَقَادِرُونَ
(QS. Al-Mu’minun: 18 – “Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran, lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan pasti Kami berkuasa melenyapkannya.”)
Lamongan dikenal sebagai penghasil padi, jagung, dan tembakau. Sistem irigasi dari Bengawan Solo dan Waduk Gondang menjadi nadi pertanian. Inovasi seperti smart farming di Kecamatan Sugio mulai diterapkan, menggabungkan teknologi dengan kearifan lokal “mitra cai” (pembagian air adil).
Hadis Riwayat Abu Dawud mengingatkan:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةً
“Tidaklah seorang Muslim menanam suatu tanaman melainkan menjadi sedekah baginya.”
Petani Lamongan mengamalkan ini dengan tumpang sari (polikultur) untuk menjaga kesuburan tanah. Tantangan seperti alih fungsi lahan dijawab dengan program Lamongan Hijau melalui penghijauan lahan kritis.
Kelautan: Anugerah Pantura dan Etos Bahari
وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَ
(QS. An-Nahl: 14 – “Dan Dialah yang menundukkan lautan untukmu agar kamu dapat memakan daging yang segar darinya, dan mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai.”)
Dengan garis pantai 47 km, Lamongan adalah surga nelayan. Kecamatan Brondong menjadi hub perikanan terbesar di Jatim Timur, menghasilkan cumi, udang, dan bandeng. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong menjadi tulang punggung ekonomi maritim, didukung industri pengolahan ikan seperti fishmeal dan kerupuk kemplang.
Rasulullah ﷺ bersabda (HR. Ahmad):
الْبَحْرُ الْعَظِيمُ يُطْهِرُ مَاءُهُ وَيُحِلُّ مَيْتَتُهُ
“Lautan yang luas, airnya suci dan bangkainya halal.”
Masyarakat pesisir Lamongan memegang teguh prinsip ini, mengembangkan budidaya tambak ramah lingkungan. Ekowisata mangrove di Paciran menjadi contoh sinergi ekologi-ekonomi.
Industri & Perdagangan: Gerbang Investasi Jalur Pantura
وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ
(QS. Al-Muzzammil: 20 – “Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah.”)
Kawasan Industri Lamongan (KIL) di Karanggeneng menjadi magnet investasi, terutama industri logam, tekstil, dan pangan. Sentra batik Deket dan kerajinan gerabah Turi menunjukkan kekuatan UMKM. Pasar tradisional seperti Pasar Lamongan dan Pasar Babat menjadi denyut perdagangan lokal.
Hadis Riwayat At-Tirmidzi:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang berkarya dengan itqan (tepat, rapi).”
Semangat ini terlihat dari produk unggulan seperti sari tebu Maduran dan keripik pisang Glagah yang merambah pasar nasional.
Pariwisata: Dari Tanjung Kodok hingga Ziarah Wali
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ
(QS. Al-Ankabut: 20 – “Berjalanlah di bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari awal.”)
Destinasi unggulan:
- Pantai Tanjung Kodok: Wisata bahari dengan resort internasional.
- Wisata Religi Makam Sunan Drajat: Jejak dakwah Wali Songo.
- Goa Maharani: Keajaiban stalaktit di perut bumi Paciran.
Hadis Riwayat Bukhari:
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
“Haji mabrur tidak ada balasan kecuali surga.”
Ziarah ke Makam Sunan Drajat sering dijadikan ritual pra-umrah, memadukan wisata dan spiritual.
Tantangan & Solusi: Menuju Lamongan Berkelanjutan
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا
(QS. Al-A’raf: 56 – “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik.”)
Isu seperti banjir rob di pesisir utara dan degradasi lahan di selatan diatasi dengan:
- Rehabilitasi mangrove berbasis komunitas.
- Smart city untuk tata kelola perkotaan.
“Pendidikan dan SDM: Pondasi Membangun Generasi Emas Lamongan
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
(QS. Al-Mujadilah: 11 – “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kalian.”)
Lamongan tak hanya unggul di sektor ekonomi, tetapi juga berkomitmen membangun SDM berkualitas melalui institusi seperti Universitas Islam Lamongan (UNISLA) dan Politeknik Negeri Lamongan. Program “Lamongan Cerdas” dengan beasiswa untuk pelajar kurang mampu dan pelatihan vokasi nelayan/petani menunjukkan keseriusan pembangunan manusia. Pesantren seperti Pondok Modern Darussalam Gontor Cabang Lamongan turut mencetak generasi religius dan berwawasan global.
Rasulullah ﷺ bersabda (HR. Ibnu Majah):
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim.”
Semangat ini tercermin dari maraknya komunitas literasi seperti Lamongan Membaca yang menggiatkan budaya belajar hingga pelosok desa.
“Seni Budaya: Khazanah Tradisi yang Tetap Berkembang
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ
(QS. Ar-Rum: 22 – “Dan di antara tanda-tanda-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, serta perbedaan bahasa dan warna kulitmu.”)
Lamongan kaya akan budaya hybrid Jawa-Pesisiran, seperti kesenian Jaran Kencak (kuda menari) di Paciran dan Ludruk dengan dialek khas Lamongan. Festival tahunan seperti Lamongan Batik Carnival dan Sedekah Laut di Brondong menjadi ajang pelestarian tradisi sekaligus daya tarik wisata. Kuliner khas seperti Soto Lamongan dan Nasi Boranan bahkan telah menjadi ikon budaya yang mendunia.
Hadis Riwayat Al-Bukhari:
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ
“Siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, ia tidak bersyukur kepada Allah.”
Masyarakat Lamongan menjunjung tinggi guyub rukun, terlihat dari tradisi rewang (gotong royong) saat hajatan dan perbaikan infrastruktur desa.
“Infrastruktur: Konektivitas sebagai Tulang Punggung Kemajuan
وَأَعِدُّوا لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ
(QS. Al-Anfal: 60 – “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka segala kekuatan yang kamu sanggupi.”)
Pembangunan infrastruktur seperti Jembatan Lamongan-Gresik dan pelebaran Jalan Pantura memperlancar arus logistik. Proyek Lamongan Integrated Industrial Estate (LIIE) di Kecamatan Karanggeneng akan menjadi kawasan industri terpadu berbasis eco-industrial park. Pemerintah juga gencar membangun smart village untuk pemerataan akses digital hingga daerah terpencil.
Rasulullah ﷺ bersabda (HR. Muslim):
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan (baik) pada segala hal.”
Prinsip ini diwujudkan dengan pembangunan infrastruktur inklusif, seperti trotoar ramah difabel dan terminal bus modern di pusat kota.
“Kolaborasi Masyarakat-Pemerintah: Kunci Ketahanan Daerah
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ
(QS. Al-Maidah: 2 – “Dan tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan.”)
Kesimpulan
Kesuksesan Lamongan tak lepas dari sinergi triple helix (pemerintah, swasta, akademisi). Program Lamongan Bangkit pasca pandemi melibatkan UMKM dalam pelatihan digital marketing. Inisiatif seperti Kampung Iklim di Desa Tumenggungan menunjukkan partisipasi aktif warga dalam adaptasi perubahan iklim.
Hadis Riwayat At-Tabrani:
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Seorang Mukmin bagi Mukmin lainnya seperti bangunan yang saling menguatkan.”
Spirit ini menjadi dasar gerakan Lamongan Sejahtera Bersama, di mana CSR perusahaan lokal dialokasikan untuk beasiswa dan klinik kesehatan keliling.
Lamongan merupakan mozaik keharmonisan alam, budaya, dan spiritual. Dengan potensi pertanian, kelautan, industri, dan pariwisata, kabupaten ini layak disebut “Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur” (Negeri yang Baik dan Tuhan Yang Mengampuni – QS. Saba’: 15).
🤝Salam dari Tim Content Writer Yogyakarta!
“Mengulas Lamongan bukan sekadar mencatat fakta, tetapi menyelami jiwa negeri yang sarat makna. Semoga karya ini menjadi wasilah untuk lebih mengenal Lamongan Megilan!”