Oleh: Fillah Nazlia Fauzi, Wakil Ketua Organisasi Pondok Pesantren Nurul Furqon Mlagen Pamotan Rembang, Aktivis PII Planet Nufo.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, menginspirasi, dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya. Kepemimpinan bukan hanya tentang memberi perintah, tetapi juga tentang mendengarkan, memahami, dan memotivasi tim. Pemimpin yang baik mengenali potensi setiap anggota tim, memberikan dukungan yang dibutuhkan, dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan setiap orang berkembang.
Mengapa memimpin bisa disebut menderita?
Leiden Is Lijden adalah sebuah pepatah Belanda kuno, yang berarti memimpin adalah penderitaan. Mengapa demikian? Karena memimpin bukanlah hal yang mudah. Dengan makna lain yang berarti proses menjadi seorang pemimpin, seperti yang dinobatkan oleh Tan Malaka: terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk. Boleh jadi maknanya adalah sebagai seorang pemimpin layaknya imam dalam shalat berjamaah, jika ada yang melakukan kegiatan melenceng dari aturan, seorang pemimpin lah yang harus bertanggung jawab atas masalah tersebut.
Mungkin dari sanalah terbit pepatah ini. Bayangkan saja ada seseorang yang ingin menjadi sebuah ketua organisasi, pastilah melewati banyak hal dan rintangan. mulai dari proses pencalonan hingga dinobatkan menjadi pemimpin. Memimpin sering kali dianggap sebagai suatu kehormatan, pencapaian tertinggi yang mencerminkan kekuasaan dan pengaruh seseorang. Namun, di balik gemerlapnya posisi ini, tersimpan beban yang berat dan penderitaan yang tidak selalu terlihat oleh mata publik. Memimpin bukan sekadar memiliki otoritas, tetapi juga menanggung tanggung jawab besar yang sering kali datang dengan pengorbanan pribadi.
Seorang pemimpin dihadapkan pada tekanan yang luar biasa. Ia harus membuat keputusan sulit yang tidak selalu disukai semua pihak. Setiap langkah yang diambil bisa menuai kritik, bahkan dari mereka yang tidak memahami kompleksitas permasalahan. Kesalahan kecil dapat menjadi bumerang yang menghancurkan reputasi, sementara keberhasilan pun kadang kala tidak mendapatkan apresiasi yang sepadan. Dalam kondisi ini, pemimpin harus tetap tegak, meskipun jiwanya lelah dan pikirannya terus dibebani oleh berbagai masalah yang harus diselesaikan.
Tidak hanya itu, seorang pemimpin juga sering mengalami kesepian. Semakin tinggi posisi yang diduduki, semakin sedikit orang yang bisa dipercaya sepenuhnya. Banyak pemimpin yang merasa terisolasi karena sulitnya menemukan seseorang yang benar-benar memahami dilema yang mereka hadapi tanpa kepentingan pribadi. Dalam banyak kasus, pemimpin harus menekan perasaan dan menampilkan ketegasan, meskipun di dalam hati mereka bergulat dengan kegelisahan dan ketakutan.
Selain itu, memimpin juga berarti mengorbankan waktu, tenaga, dan bahkan kehidupan pribadi. Tanggung jawab besar menuntut perhatian penuh, seringkali mengorbankan kebahagiaan keluarga dan waktu bersama orang-orang terkasih. Banyak pemimpin yang harus mengorbankan impian pribadi demi kepentingan yang lebih besar, sesuatu yang tidak semua orang siap untuk hadapi.
Namun, di balik penderitaan itu, kepemimpinan juga memberikan kesempatan untuk menciptakan perubahan yang berarti. Seorang pemimpin sejati adalah mereka yang tetap bertahan meski dihadapkan pada berbagai kesulitan, karena mereka memahami bahwa tugas mereka bukan untuk mencari kenyamanan, melainkan untuk mengemban amanah dan memberikan manfaat bagi banyak orang.
Dengan demikian, memimpin memang merupakan sebuah penderitaan, tetapi penderitaan ini bukan tanpa makna. Ia adalah ujian keteguhan hati, pengorbanan demi kebaikan bersama, serta perjalanan menuju perubahan yang lebih baik. Hanya mereka yang memiliki jiwa besar dan tekad kuat yang mampu menjalani penderitaan ini dengan penuh kebijaksanaan.