Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Mimbar MahasiswaReligi

Di Manakah Tuhan?

×

Di Manakah Tuhan?

Sebarkan artikel ini
Minimalist Handwriting Brand Fashion Logo (thumbnail Youtube) 20241217 210212 0000
Example 468x60

Oleh: Ahmad Yusron Chasani, Ketua Bidang PPPA Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Lafran Pane Cabang Salatiga.

“Anak Muda”, itulah kata yang sering disematkan kepada kita ataupun orang lain yang mulai menginjak usia muda. Sejak dahulu anak muda merupakan anak-anak yang diharapkan dapat melakukan perubahan dengan pemikiran-pemikiran unik mereka. Kita sebagai anak muda tentunya masih memiliki semangat yang menggebu-gebu untuk melakukan suatu hal yang kita anggap dapat mengembangkan kemampuan dalam proses penemuan jati diri kita. Akan tetapi, banyak dari kita yang malah menjadikan masa muda sebagai masa bersenang-senang dan menyia-nyiakan waktu.

Example 300x600

Kita sering berdalih dan berlindung dibawah perkataan “mumpung masih muda”.Banyak dari kita yang mulai kehilangan arah karena selalu berlindung dibawah perkataan tersebut, mulai lupa akan tujuan hidup, dan terus hidup dalam lingkaran setan. Kita menganggap orang-orang yang patuh terhadap perintah Tuhan merupakan orang-orang yang kaku, kolot, dan stigma-stigma buruk lain yang sering kita sematkan kepada mereka. Padahal, kita sendiri terus terombang ambing dalam gemerlapnya dunia, terus hidup dalam keraguan, ketidakjelasan dan hal-hal lain yang menurut kita begitulah cara menikmati hidup sebagai anak muda.

Namun, tentunya kita juga bosan dengan kalimat-kalimat teguran yang sering kita baca atau dengarkan baik dari guru maupun orang tua kita. Nah, di sini penulis akan mulai mengajak pembaca untuk mulai menemukan tujuan hidup dan prinsip hidup, untuk apa kita hidup. Mari kita belajar bersama.

Apa itu Tuhan? Mungkin masih banyak di antara kita yang belum mengenal Tuhan secara utuh. Kita hanya mengenal-Nya melalui guru, orang tua, ataupun orang-orang yang dianggap dekat dan mengetahui cara berhubungan dengan-Nya. Kita seringkali memaksakan pemahaman kepercayaan kepada diri kita atas argumen-argumen mereka tentang keberadaan Tuhan. Kita dipaksa untuk mengikuti ritual-ritual ketuhanan dengan ancaman neraka jika kita tidak menurutinya, disamakan dengan setan jika menolak, dan ancaman-ancaman lain yang membuat kita terpaksa melakukannya tanpa dasar keyakinan kepada siapa, dan untuk apa kita mempersembahkan ritual -ritual tersebut.

Tuhan sendiri dalam Bahasa Aab disebut “ilah” yang diterjemahkan sebagai “Tuhan” dalam Bahasa Indonesia. Di dalam al-Qur’an sendiri kata tersebut sering digunakan untuk sesuatu yang dianggap sakral dan besar, atau memiliki kekuasaan mutlak atas manusia dan alam semesta. Dalam Q.S al-Qashash ayat 38 dikatakan ketika Fir’aun menyatakaan dirinya sebagai “Tuhan”.

وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَأُ مَا عَلِمۡتُ لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرِي

“Dan Fir’aun berkata: “Wahai para pembesar hambaku, aku tidak mengenal Tuhan bagimu selain diriku.”

Dari sini dapat disimpulkan bahwa kata Tuhan bisa digunakan untuk orang-orang yang menuhankan dirinya sendiri, menganggap bahwa tiada kekuatan yang lebih besar selain dirinya, tiada kekuasaan yang paling agung selain kekuasaannya. Dan kata Tuhan bisa digunakan untuk apapun yang dianggap memiliki derajat paling tinggi, bahkan bagi mereka yang menuhankan hawa nafsu mereka sendiri, mereka yang menuhankan harta, agama, dan apapun yang dianggap sebagai yang tertinggi dan terpenting atas apapun di kehidupan mereka. Tuhan merupakan esensi tertinggi dan terpenting dalam kehidupan. Manusia yang tak bertuhan akan menuhankan hal-hal lain yang menurut mereka terpenting sudah tentu akan rusak dan tidak abadi. Mereka akan menuhankan harta, hawa nafsu, akal pikiran, atau apapun yang mereka akan tunduk atas semua itu.

Dalam Islam diajarkan kalimat “Laa ilaaha illa Allah.” Susunan kalimat ini diawali dengan “Laa ilaaha” yang artinya “Tiada Tuhan” yang merupakan peniadaan mutlak atas apapun yang dianggap sebagai Tuhan di semesta ini. Lalu diikuti dengan “Illa Allah” “melainkan Allah” yang merupakan penegasan bahwa setelah peniadaan mutlak hanya ada satu Tuhan yang patut disembah, diagungkan, dan dipuja serta puji yaitu Allah Swt. Hal ini menyiratkan bahwa seorang muslim harus meniadakan terlebih dahulu segala macam hal yang dianggap sebagai Tuhan dalam hatinya, lalu hanya menyisakan satu Tuhan yang dimana dia tidak akan tunduk, pasrah, dan hal hal lain yang membentuk sifat budak dalam dirinya kecuali kepada Tuhan yang bernama Allah.

Kita perlu meluruskan kembali iman kita atas Allah, bahwa kita tidak akan pernah tunduk, pasrah, atas apapun kecuali kepada Tuhan dan seluruh kekuasaannya. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan suatu keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk melakukan amal-amal sholeh, mengucapkan dan melakukan sesuatu berdasar keyakinannya atas Allah. Benih iman sudah dibawa seseorang sejak dalam kandungan yang memerlukan pembinaan secara berkala oleh orang tua dan lingkungannya. Proses pembentukan iman sendiri berawal dari pengenalan. Seseorang akan dapat dapat beriman dengan mulai diperkenalkan dengan Tuhan lalu diikuti dengan pembiasaan agar dapat menjalankan ajaran Tuhan secara kontinyu.

Dalam Islam, kita sering mengenal istilah iman, islam, dan ihsan. Penulis meyakini banyak dari kita yang sudah beriman dan berislam, tapi banyak dari kita yang belum berihsan. Lalu apa itu ihsan? Nabi ketika ditanya oleh Jibril tentang ihsan beliau mendefinisikannya sebagai: “Engkau beribadah kepada Allah seolah – olah engkau melihat-Nya, maka bila engkau tidak melihat-Nya sesungguhnya Ia melihatmu.”

Menurut penjelasan nabi di atas, jika kita menerapkan ihsan dalam segala kehidupan kita maka, secara otomatis kita menjadikan Allah sebagai tujuan hidup dan hanya kepada-Nya kita akan berakhir. Kita berasal dari Allah dan kepada Allahlah kita akan kembali. Kita akan mengadakan Allah di setiap tempat, di segala sisi, dalam kehidupan seperti disebutkan dalam al-Qur’an:

وَلِلَّهِ ٱلۡمَشۡرِقُ وَٱلۡمَغۡرِبُۚ فَأَيۡنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجۡهُ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ وَٰسِعٌ عَلِيمٞ

“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Dari ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa esensi Allah itu ada di manapun dan kapanpun. Allah ada dalam setiap lini kehidupan kita. Jadi, ungkapan “Allah selalu bersamamu” itu benar adanya. Sebab, dimanapun dan kapanpun itu selalu bersama dan diawasi oleh Allah. Akan tetapi, kita terkadang memenjarakan Allah. Kita terkadang mengadakan Allah hanya dalam tempat, kegiatan, ataupun keadaan tertentu. Ketika kita berada di masjid, ketika kita membaca al-Qu’an, ataupun ketika kita sedang sholat. Bahkan, tak jarang dari kita yang belum sama sekali mengadakan Allah dalam kegiatan atau tempat-tempat tesebut. Kita hanya melakukan kegiatan kegiatan tersebut tanpa tujuan apapun dan oleh karena itu kita terkadang tidak merasa mendapatkan apapun setelah melakukannya. Coba kita renungkan sejenak, bagaimana jika kita mengadakan Allah dalam kegiatan-kegiatan tadi. Tentunya kita pasti akan mendapatkan hasil atas apa yang kita kerjakan seperti dalam al-Qur’an:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ

“Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”

Kita harus menerapkan keyakinan bahwa kepada Allah kita menyembah dan berharap. Sebab, suatu keniscayaan jika kita mengharapkan suatu hasil dari makhluk-Nya yang jelas-jelas akan rusak. Hanya Allah dzat yang kekal dan pantas menjadi tempat berharap.

وَلَا تَدۡعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَۘ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۚ كُلُّ شَيۡءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجۡهَهُۥۚ لَهُ ٱلۡحُكۡمُ وَإِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ

“Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”

Allah sendiri keberadaannya tidak dapat dibayangkan oleh manusia, penyebutan Allah berada di atas Arsy sendiri kita tidak dapat membayangkannya. Karena Allah tidak terikat dengan konsep ruang dan waktu. Esensi keberadaan Allah keluar dari semua yang dapat dipikirkan manusia. Akan tetapi, Allah ada di dalam setiap kehidupan. Ketika ada kehidupan di situ ada (campur tangan) Allah. Bahkan, di titik terhina di semesta sekalipun ada campur tangan Allah di dalamnya dengan segala sifat indahnya.Kita sering kali menghina ciptaan-Nya baik yang hidup ataupun tidak. Menghina benda mati, hewan, bahkan manusia. Padahal,

لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٖ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”

وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا

“Dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”Sudah dijelaskan di atas bahwa kita adalah wujud terbaik dari karya Tuhan. jika kita menghina ciptaan-Nya sama saja kita menghina penciptanya. Atas dasar tersebut kita harus menyadari betapa sempurnanya kita. Dengan segala kemampuan yang Allah amanahkan kepada kita, tapi mengapa kita tak pernah berpikir? Kenapa kita selalu lalai? Rasulullah SAW bahkan pernah bersabda:

من عرف نفسه، فقد عرف

Yang artinya: “Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.”

Tiap manusia perlu untuk berkomunikasi kepada dirinya sendiri dalam proses pengenalan terhadap diri tersebut. Mulai dari pengenalan fisik, sifat, hingga kemampuan dan kelemahan diri. Dengan mengenali diri sendiri, kita akan menyadari bahwa kita adalah makhluk yang lemah dan penuh kekurangan, maka disitulah kita akan mengadakan Allah didalamnya. Kita akan percaya bahwa ada sesuatu yang lebih kuat dan lebih mampu dibanding diri kita sendiri.

Kita sebagai manusia yang pada dasarnya menjadi tempatnya salah dan lupa harus selalu memperbaiki dan memperbarui niat dalam hati kita. Hati dalam Bahasa arab biasa disebutkan dengan kalimat “Qolbun” yang berarti membalik. Sebab, sifat hati sendiri yang sering terbolak balik yang menyebabkan kualitas iman kita menjadi naik ataupun turun. Hal tersebut merupakan fitrah dari Allah kepada kita agar selalu menjaga kualitas hati kita. Bahkan, kualitas hati dapat mempengaruhi pemikiran hingga tingkah laku kita. Semakin buruk kualitas hati kita semakin buruk pula pola pikir dan perilaku kita. Begitu juga sebaliknya, semakin baik kualitas hati kita semakin baik pula pola pikir dan perilaku kita. Lalu bagaimana cara kita menjaga kualitas hati? Yaitu dengan selalu mengingat Allah.

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

Allah sudah mengingatkan kita melalui sabda-Nya di dalam al-Qur’an. Namun kita dengan sombongnya tak pernah mau berpegang kepada-Na. Bahkan, untuk membaca al-Qur’anpun kita enggan melakukannya. Sampai kapan kita akan terus begini? Ubah kebiasaan buruk itu! Mau sampai kapan kita hidup dalam kebimbangan dan terus dihantui ketidakjelasan akan tujuan hidup.

“Mumpung masih muda” harusnya kita gunakan kalimat ini untuk pencarian kebenaran dalam hidup. Semakin cepat kita memulai, semakin cepat pula kita menemukan kebenaran dan ketenangan.

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشۡرِي نَفۡسَهُ ٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ رَءُوفُۢ بِٱلۡعِبَادِ

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”.

Allah merupakan tempat asal dan tempat kembali bagi kita. Keberadaan-Nya merupakan esensi tertinggi dalam susunan semesta ini. Tiada banding bagi-Nya dan Ia hanyalah satu-satunya dzat yang patut disembah serta menerima puja dan puji dari semua ciptaan-Nya. Mahasuci dzat yang tak pernah tidur dan tak pernah lupa. AYC.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Opini

Oleh: Aditia Firmansyah, S.Ag., Pengajar di Pesantren-Sekolah Alam…