Oleh: Alfiatunnikmah, Mahasiswa UIN Sunan Kudus
Setelah memperingati Hari Santri Nasional, kita tentu mengenang peran penting para santri dalam dunia pendidikan dan literasi di Indonesia. Perayaan ini bukan sekadar acara seremonial, tetapi menjadi momentum untuk merefleksikan kontribusi santri dalam mengubah masyarakat, membangun nilai-nilai moral, serta meningkatkan kecerdasan bangsa.
Sejak dahulu, pesantren dikenal sebagai lembaga tempat menimba ilmu pengetahuan sekaligus membentuk kepribadian. Kegiatan membaca, menulis, dan berdiskusi menjadi bagian penting dalam kehidupan santri. Melalui aktivitas tersebut, santri tidak hanya memperdalam ilmu agama, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kecakapan literasi.
Saat ini, peran santri berkembang semakin luas. Mereka tidak lagi hanya fokus pada kajian agama, tetapi juga dituntut mampu bersaing di tengah era revolusi literasi. Inovasi dalam bidang literasi menjadi kebutuhan mendesak untuk membentuk generasi santri yang adaptif, kreatif, dan produktif.
Kontribusi santri dalam penguatan literasi terus terlihat nyata. Selain menjaga tradisi keilmuan klasik, santri turut mendorong literasi digital di tengah masyarakat. Banyak pesantren yang kini mengembangkan taman baca, komunitas literasi, hingga pelatihan menulis dan produksi konten edukatif melalui media sosial. Semua ini merupakan langkah konkret dalam membangun budaya baca dan meningkatkan kesadaran informasi di era digital.
Santri juga berperan dalam meningkatkan pendidikan di masyarakat. Dengan semangat belajar dan mengajar yang tinggi, mereka sering terjun langsung untuk membantu warga memahami literasi dasar, mengembangkan kemampuan membaca, serta mengakses sumber pengetahuan. Upaya tersebut berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan dan kemampuan bangsa untuk bersaing di era global.
Namun, tantangan baru juga tidak dapat diabaikan. Pesatnya perkembangan teknologi informasi menuntut para santri untuk memiliki kecakapan literasi digital yang mumpuni guna menghadapi arus informasi yang sangat cepat. Literasi media dan data menjadi kemampuan penting, agar santri tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga penyebar pengetahuan yang benar dan bermanfaat.
Hari Santri Nasional 2025 mengingatkan kita bahwa santri bukan hanya penjaga tradisi, tetapi juga agen kemajuan. Semangat belajar, ketekunan, dan kemampuan memadukan nilai-nilai klasik dengan modernitas menjadi kekuatan untuk mewujudkan generasi yang berilmu, berakhlak, dan memiliki daya saing tinggi.
Dengan dukungan berbagai pihak—termasuk lembaga pendidikan dan perpustakaan—diharapkan peran santri dalam membangun budaya literasi di Indonesia semakin luas dan berkelanjutan. Hakikatnya, literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan memahami, mengolah, dan menyebarkan ilmu untuk kemaslahatan bersama.


















