Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Gen-ZKolomOpiniRiset

Etika Komunikasi vs Hoaks di Media Sosial

×

Etika Komunikasi vs Hoaks di Media Sosial

Sebarkan artikel ini
1734511768138
Example 468x60

Oleh: Syifana Auliya’ Azzahra, Mahasiswa Semester Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Salatiga

Media sosial saat ini menjadi sarana komunikasi yang dominan dalam kehidupan modern. Kemajuan media sosial telah merevolusi cara manusia berkomunikasi. Etika Komunikasi memegang peranan penting dalam menjaga keakuratan informasi di dunia digital. Media sosial, sebagai sarana utama untuk berbagi informasi, baik yang bersifat pribadi, sosial, hingga informasi publik, memiliki potensi besar untuk menyebarkan informasi secara cepat. Namun, dibalik kemudahan ini, juga membawa tantangan besar: penyebaran hoaks. Hoaks, atau informasi palsu yang dapat menyesatkan banyak orang.

Example 300x600

Hoaks adalah informasi yang sengaja disebarkan untuk menipu atau memberi pemahaman yang salah, biasanya dengan menyebarkan kebohongan atau memanipulasi data. Karena media sosial memungkinkan informasi tersebar dengan sangat cepat daripada fakta yang benar. Dalam hal ini, etika komunikasi sangat penting, karena komunikasi yang tidak etis bisa membawa dampak lebih besar dari sekedar penyebaran informasi yang keliru.

Etika komunikasi berfokus pada bagaimana informasi tersebut disampaikan, apa yang dibagikan dan apakah itu dilakukan dengan niat baik atau tidak. Dalam konteks media sosial, etika komunikasi mencakup kewajiban moral untuk memastikan bahwa informasi yang dibagikan tidak hanya benar, tetapi juga tidak merugikan pihak lain.

Salah satu prinsip dasar etika komunikasi adalah dengan memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya. Meskipun banyak orang merasa terdorong untuk membagikan informasi yang mereka anggap penting atau menarik, sering kali mereka mengabaikan pentingnya memerikasa kebenarannya terlebih dahulu. Ini membuka peluang bagi hoaks untuk menyebar tanpa kontrol. Setiap indvidu yang terlibat komunikasi digital harus bertanggung jawab tidak hanya sebagai penerima informasi, tetapi juga sebagai penyaring informasi yang dapat dipercaya.

Hoaks dan Dampaknya terhadap Etika Komunikasi

Hoaks di media sosial dapat merusak prinsip etika komunikasi karena berlandaskan pada kebohongan atau informasi yang dimanipulasi. Penyebaran hoaks tidak hanya merugikan individu yang menerima informasi palsu, tetapi juga dapat menurunkan kepercayaan masyarakat, orang menjadi sulit membedakan mana informasi yang benar dan mana yang tidak. Selain itu, hoaks sering kali memicu keresahan sosial, kebingungan bahkan konflik. Dari sudut pandang komunikasi, hoaks dapat merusak prinsip etika komunikasi yang seharusnya didasarkan pada kejujuran, saling menghormati dan tanggung jawab. Penyebaran informasi yang salah tanpa pertimbangan yang cermat menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap kebenaran dan konsekuensinya bagi penerima informasi.

Golden Mean Aristoteles, Aristoteles menekankan pentingya keseimbangan atau titik tengah (golden mean) dalam setiap tindakan. Dalam hal penyebaran informasi, tindakan ekstrem seperti langsung mempercayai tanpa memerikasa atau sepenuhnya menolak informasi secara spontan dianggap kurang bijaksana. Jalan tengah yang ideal adalah menerapka sikap krtitis memastikan kebenaran informasi sebelum menyebarkannya (Aristoteles, 1999).

Deontologi Immanuel Kant, Immanuel Kant menegaskan bahwa kejujuran merupakan kewjiban moral yang harus dijunjung tinggi dalam setiap perbuatan. Dalam konteks penyebaran informasi, menyampaikan sesuatu yang belum terverifikasi dianggap melanggar kewajiban ini. Bahkan jika tujuan tindakan tersebut baik, seperti menyebarkan peringatan kesehatan palsu untuk melindungi orang lain, hal itu tetap tidak dibenarkan secara moral (Immanuel Kant, 1998).

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatakn yang lebih proaktif dalam menerapkan etika komunikasi di media sosial. Salah satu langkahnya adalah dengan meningkatkan literasi media di kalangan pengguna, yang mencakup kemampuan untuk memahami cara memperoleh informasi dan mengenali sumber yang dapat dipercaya serta ciri-ciri informasi palsu. Selain itu, platfrom media sosial juga perlu mengambil peran dalam mengembangkan sistem untuk mendeteksi dan mengurangi penyebaran hoaks.

Beberapa platform telah mulai menggunakan algoritma untuk memverifikasi kebenaran informasi sebelum menyebar luas, meskipun masih ada berbagai tantangan yang harus dihadapi. Oleh karena itu, kolaborasi antara platform pengguna dan pemerintah sangat penting untuk menciptakan ruang digital yang lebih aman.

Pendidikan tentang etika komunikasi harus ditanamkan sejak dini. Masyarakat perlu diberikan pemahaman bahwa setiap tindakan komunikasi, termasuk media sosial, memiliki dampak yang luas. Sikap kritis, verifikasi dan tanggung jawab dalam menyebarkan informasi harus menjadi prinsip dasar bagi setiap individu yang berpartisipasi di dunia maya.

Secara keseluruhan, etika komunikasi yang baik sangat penting untuk mencegah penyebaran hoaks di media sosial. Komunikasi yang etis berfokus pada kejujuran, akurasi dan tanggung jawab dalam menyebarkan informasi. Hoaks, sebagai bentuk yang tidak etis, dapat merusak nilai-nilai dan menimbulkan dampak negatif yang besar. Oleh karena itu, sangat penting bagi semua pengguna media sosial untuk lebih bijaksana dalam menyebarkan informasi dan lebih bertanggung jawab terhadap dampak yang dihasilkan dari komunikasi mereka. Wallahu a’lam bi al-shawab.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *