Oleh: Siti Efrilia, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Negeri Islam Salatiga
Beberapa waktu lalu salah satu influencer dengan lantang memberi tantangan kepada para dukun di Indonesia untuk mengirim santet kepadanya. Hal ini ia ungkapkan di akun twitternya pada tanggal 19 Oktober 2024. Unggahan Ferry irwandi tersebut kemudian menjadi viral dan mendapat banyak reaksi dari netizen. Ferry juga dengan lantang menegaskan bahwa santet itu tidak ada. Lalu bagaimana menurut tanggapan anda? Apakah setuju dengan pernyataannya? Atau malah menentang dengan memberikan dalil-dalil Al-Qur’an kemudian mengklaim bahwa orang yang tidak percaya dengan santet sama dengan tidak percaya dengan hal gaib?
Kita pergi jauh dulu ke tahun 1943 dimana Tan Malaka, seorang tokoh di Indonesia yang dianggap sebagai orang komunis, menuliskan buku berjudul Madilog. Dalam bab pertama yaitu logika mistika, ia menuliskan tentang maha dewa rah, yaitu Tuhannya bangsa Mesir kuno pimpinan Fir’aun yang konon katanya telah menciptakan alam dengan berkata-kata lalu muncullah segala materi di alam semesta. Disitu Tan Malaka menjelaskan bahwa semua yang ada di alam semesta ini bisa dijelaskan dengan logika ilmiah disertai bukti-bukti dari tokoh ilmuwan yang tersohor seperti Aristoteles, Demokrit, Heraklit, phytagoras, Ibnu sina, Newton, dan lain-lain.
Masyarakat Indonesia sendiri terlalu banyak berpikir menggunakan hal-hal gaib dalam kehidupan atau istilahnya menggunakan logika mistika, dimana setiap ada permasalahan selalu dikaitkan dengan hal gaib, menggunakan cara pandang yang tidak konkret dan tidak bisa dipertanggungjawabkan pembuktiannya. Contoh sederhananya adalah, ada jalan raya yang terkenal angker karena rawan kecelakaan, kemudian diberi sesajen agar jalan tersebut tidak lagi memakan korban, yang padahal kalau dikritisi, jalan tersebut bisa menjadi sangat membahayakan karena lokasi tempatnya curam, banyak kelokan, dan minim penerangan.
“Madilog sama sekali tepat berlawanan dengan “ketimuran” yang digembar-gemborkan lebih dari mestinya, semenjak Indonesia dimasuki tentara Jepang. Lebih jelas pula saya mesti terangkan bahwa yang saya maksud dengan ketimuran itu, ialah segala-gala yang berhubungan dengan Mistika, Kegaiban, dari manapun juga datangnya di timur ini. tiada pula saya maksudkan, bahwa sudah taka ada yang gaib di dunia, yakni sudah semua diketahui.” Tan Malaka, Madilog (1943:162)
Ini artinya madilog adalah cara berpikir berdasarkan Materialisme, dialektika, dan logika untuk mencari akibat yang berdiri atas bukti yang cukup banyak untuk diamati. Madilog berlawanan dengan segala hal yang berhubungan dengan mistika, bukan karena tidak percaya gaib, tetapi semua persoalan di dunia sudah dan akan diketahui dengan pengetahuan.
“Tidak ada batas pengetahuan dan tiada pula batas-batasnya persoalan. Inilah bahagian dari kehidupan manusia dan bagian dari dunia pikiran. Barang siapa mengaku, bahwa ada batas pengetahuan atau batas persoalan, maka dia jatuh kelembah mistika terperangkap dogmatisme.” Tan Malaka, Madilog (1943:162)
Sejak dulu, masyarakat Indonesia terlalu mengandalkan hal-hal yang instan, jika suatu hal tidak ditemukan jawaban atau belum ditemukan jawabannya, masyarakat langsung mencari kesimpulan termudah dengan mengaitkannya dengan hal mistis, karena hal tersebut tidak perlu dipikirkan, cukup dipercaya. Sesederhana, ketika seseorang terkena penyakit, yang dirujuk pertama adalah dokter. Dokter tidak bisa mendiagnosis penyakit pasiennya, kemudian pasien tersebut pergi ke dukun, si dukun mengatakan bahwa orang ini terkena santet, orang ini percaya kemudian tertanam di dirinya sendiri bahwa dia memang terkena santet sebab penyakitnya tidak terdiagnosa saat pergi ke dokter. Padahal seharusnya yang dilakukan orang tersebut adalah pergi ke dokter lain, bukan pergi ke dukun. Terlihat sekali bahwa masyarakat Indonesia masih banyak yang terkena paham dogmatisme atau ketertutupan pada perkembangan pengetahuan.
Tidak percaya santet, sama dengan tidak percaya hal gaib?
Dalam perspektif islam, satan menurut para ulama itu dibagi menjadi dua, ada syaitan bentuk jin dan syaitan bentuk manusia. Gaib itu perkara yang tidak diketahui oleh manusia. Artinya, gaib itu memang ada, sihir itu juga ada di dalam Al-Qur’an, tapi untuk percaya adanya kerja sama antara manusia dan jin untuk melakukan sebuah santet seperti menanamkan paku atau meledakkan perut seseorang, nyatanya tidak bisa dibuktikan kebenarannya.
Lalu, apakah ada manusia yang bisa bekerja sama dengan jin? Di dalam Al-Qur’an mengatakan ada kerjasama antara manusia dan jin, bukan berarti semuanya bisa bekerjasama, tetapi ada, kata Allah. Maka jangan.
Kerja sama antara manusia dan jin disini kerjasamanya dalam hal manfaat, maksudnya ada bukan berarti semua manusia bisa bekerja sama dengan jin. Hal ini lantas jangan pula dijadikan pembenaran bahwa kerja sama antara jin dan manusia itu boleh. Jelas haram hukumnya.
Surah Al-imran ayat 179 dan Al-Jin ayat 267, intinya adalah membahas tentang keterbatasan manusia pada akses ke hal gaib kecuali untuk rasul-rasul yang dipilih Allah.
Kalau manusia dan jin bisa bekerja sama, seharusnya di Indonesia ini bisa menjadi negara yang sangat maju. Para dukun bisa mengakomodir para jin untuk membantu membangun infrastruktur dan ikut membantu memberantas kriminal yang ada di Indonesia dengan mengirimkan santet. Bahkan bisa memata-matai negara lain dengan bantuan jin, dan senjata nuklir juga tidak perlu diciptakan.
Banyak orang yang tidak bisa membedakan antara budaya dan agama, budaya itu memang sesuatu yang berakar, karna sudah menjadi sesuatu yang berakar lama, itu seolah-olah dijadikan sebagai pembenaran agamanya. Orang yang melakukan puasa putih selama 40 hari, konon katanya bisa melihat hantu. Puasa identik dengan agama islam, lalu dikaitkan dengan hal mistis dimana setelah melakukan puasa itu seseorang bisa melihat hantu, padahal seseorang itu bisa melihat hantu karena halusinasi sebab kekurangan gizi ditambah sugesti dipikirannya bahwa dia akan melihat hantu.
Ironinya adalah, karena banyak masyarakat Indonesia yang tertarik dengan hal mistis, perfilman di Indonesia kerap kali menayangkan cerita dengan latar mistis dan horor disertai bumbu agama, platform yang menguntungkan seperti YouTube dan Tiktok, juga mungkin platform media lainnya, banyak menayangkan konten-konten mistis yang sangat tidak masuk akal untuk dipertontonkan, dan yang menjadi lebih miris adalah, ketika masyarakat percaya dengan tontonan tersebut.
Maka dari itu, untuk menghilangkan logika mistika yang masih tertanam dibenak masyarakat Indonesia, buku Madilog Tan Malaka sangat cocok untuk dibaca dan konten-konten YouTube seperti Dzawin yang membahas tentang pembuktian klenik dan mitos-mitos di gunung, kemudian pesulap merah tentang pembuktian kebohongan dukun langsung ke pondoknya, serta Ferry Irwandi, pembuktian santet dengan scientifik dan ilmiah, ini harus banyak ditonton oleh masyarakat Indonesia.
“Ada kalanya semua pengetahuan didasarkan dan diasalkan pada sesuatu yang berpikiran dan berperasaan dan berkemauan seperti kita manusia. Gurun dan hujan umpamanya diasal dan didasarkan pada Hantu dan Dewa, yang bersifat kemanusiaan. Tetapi sekarang tak ada lagi para terpelajar yang mengendaki Hantu dan Dewa itu sebagai dasar dan asal. Cukuplah sudah buat otak kita hukum alam hukum alam sebagai asal dan dasar.” Tan Malaka, Madilog (1943:568)
Referensi
Akun YouTube Ferry Irwandi, Devil’s Advocate: Ustadz Felix Siaw Membahas Santet, https://youtu.be/sRZrnRpOubs?si=z1qZDltfc2rAu7er
Akun YouTube Ferry Irwandi, Membongkar Kebohongan Santet dan Indigo, https://youtu.be/9XmYUUNcwAw?si=cDKtODLL6yjR39Sw
Akun YouTube Malaka Project, Cania Citta: Cara Berpikir Madilog, https://youtu.be/nIrQ1EtCv_g?si=1N4Ef9wU3qa7zMCH
Malaka, Tan. (1943). Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika). https://g.co/kgs/5KoBGfi