Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
KolomPerempuan

Bayang-Bayang Budaya Patriarki Jadi Momok Perempuan Indonesia

×

Bayang-Bayang Budaya Patriarki Jadi Momok Perempuan Indonesia

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Choirisa Maya Ardini, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran UIN Salatiga

Sejak zaman dahulu budaya patriarki di Indonesia sudah menjadi hal yang lumrah di masyarakat. Budaya patriarki lebih condong mengutamakan laki-laki sebagai pemegang otoritas, sedangkan perempuan hanya sebagai subordinate. Di Indonesia pun budaya patriarki telah mengakar dan melebur menjadi bagian tatanan sosial di masyarakat. Hal ini mulai menuai berbagai reaksi pro dan kontra dikalangan masyarakat Indonesia. Pasalnya, banyak permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat akibat budaya patriarki.

Example 300x600

Budaya patriarki membawa dampak negatif di masyarakat mulai dari diskriminasi gender, kekerasan gender, perampasan hak-hak dan kebebasan pada perempuan. Keresahan para perempuan mulai menjadi-jadi, sedangkan budaya patriarki terus berkembang menjadi momok perempuan Indonesia. Perempuan dituntut untuk serba bisa dan tunduk di bawah kekuasaan laki-laki, sedangkan laki-laki bisa bebas memilih jalan hidupnya. Budaya patriarki telah memotong sayap-sayap kebebasan dan menekan perempuan untuk selalu patuh.

Sungguh ironis menjadi perempuan di Indonesia, sudah berapa banyak kebebasan dan hak-hak perempuan yang dirampas? Haruskah perempuan Indonesia hidup di bawah bayang-bayang budaya patriarki yang menyesakkan ini?

Patriarki Menjadi Akar Kekerasan Berbasis Gender

Fenomena kekerasan berbasis gender mulai menjadi topik hangat yang sering diperbincangkan masyarakat Indonesia. Apalagi rata-rata korban kasus kekerasan gender adalah perempuan, menjadi isu tersendiri di masyarakat. Bedasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI-PPA) tercatat, 23.383 kasus kekerasan pada tahun 2024, dengan korban perempuan mencapai 24.593.

Data tersebut merupakan bukti patriarki masih tertanam kuat di masyarakat. Fenomena kekerasan berbasis gender seakan-akan menjadi hal umrah di kalangan masyarakat. Mirisnya lagi, masyarakat seolah tutup mata melihat ketidakadilan ini. Perempuan Indonesia seakan menelan pil pahit kehidupan atas ketidakberdayaan dirinya.

Perkembangan teknologi dan moderenisasi tidak menjamin berkurangnya kekerasan berbasis gender di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kasus kekerasan bebasis gender online (KBGO) di Indonesia. Merujuk data SAFEnet Indonesia, pada tahun 2024 kasus KBGO mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya.

Pada triwulan pertama 2023 terdapat 118 kasus, sedangkan triwulan pertama 2024 melonjak menjadi 480 kasus. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menyebutkan, korban terbanyak KBGO rata-rata berusia 18-25 tahun sekitar 57%, totalnya mencapai 272 kasus. Sedangkan anak-anak di usia di bawah 18 tahun sekitar 26% dengan total 123 kasus.

Data di atas menunjukkan besarnya kasus kekerasan gender di kalangan perempuan. Kekerasan gender ini juga berhubungan dengan budaya patriarki, sebab patriarki menciptakan sistem tatanan sosial yang didominasi oleh laki-laki sebagai pihak dominan. Hal ini membentuk belenggu patriarki yang menghilangkan eksistensi perempuan dalam kehidupan. Perempuan di masyarakat seolah tidak boleh memiliki kesempatan yang setara dengan laki-laki. Jika perempuan membangkang, maka ia akan dituduh melanggar norma. Kekerasan pun tak ayal menjadi hal lumrah di masyarakat.

Fenomena kekerasan berbasis gender adalah permasalahan serius yang tidak bisa disepelekan karena mencakup hak asasi manusia. Berbagai kasus kekerasan berbasis gender ini rata-rata berupa kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kekerasan seksual, kekerasan berbasis gender online (KBGO), dan human trafficking. Hal yang memilukan yaitu, perempuan cenderung menjadi pihak yang disalahkan dan pelaku cenderung dilindungi. Akibatnya, perempuan Indonesia harus menjalani hidup dengan ketakutan dan hak asasi hidupnya dirampas secara paksa.

Sebenarnya apa yang salah menjadi perempuan? Bukankah setiap manusia memiliki hak asasi atas kehidupanya? Jangankan berbicara tentang HAM, perempuan saja dibungkam oleh stereotip masyarakat. Perempuan hanya bisa tertawa getir melihat nasib hidupnya telah terlihat di depan mata.

Indonesia Harus Bebas dari Belenggu Patriarki

Menghentikan normalisasi budaya patriarki itu penting untuk menciptakan kesetaraan gender. Perempuan berhak untuk mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki. Jika patriarki terus dinormaslisasi, kebebasan dan hak-hak perempuan akan tertindas oleh stereotip masyarakat. Stereotip masyarakat terhadap budaya patriarki mengaharuskan perempuan untuk tetap tinggal di rumah. Apalagi ucapan yang populer di kalangan masyarakat seperti, “buat apa sekolah tinggi, kalau akhirnya di dapur”, “jangan sukses-sukses nanti ga ada yang mau sama kamu”, “kamu menggoda sih wajar dilecehkan”, dan masih banyak lagi ucapan tajam masyarakat patriarki terhadap perempuan.

Perempuan bukan hanya alat reproduksi semata, perempuan adalah kunci emas kemajuan bangsa. Ibu yang cerdas akan menghasilkan generasi yang bermutu. Sebagai generasi muda, kita berperan penting mengubah pola pikir patriaki di masyarakat. Perempuan juga perlu hidup melihat dunia luar tanpa rasa cemas. Masyarakat harus menerima perempuan bukanlah pihak yang gampang disepelekan. Perempuan juga manusia yang hidup di tengah masyarakat.
Hal yang disesalkan penulis yaitu, perempuan Indonesia harus hidup berdampingan dengan budaya patriarki.

Perempuan Indonesia harus bangkit melepas belenggu patriarki. Perempuan juga berhak menuntut kebebasan dan melangkah maju. R.A.Kartini sebagai simbol emansipasi dalam keterbatasanya tetap memperjuangkan kesetaraan perempuan. Kita sebagai perempuan Indonesia juga harus ikut terjun meneruskan perjuangan R.A.Kartini. Jangan mau terbelenggu budaya patriarki yang kolot.

Oleh karena itu, budaya patriarki harus dihapuskan untuk menjamin hak-hak perempuan. Kesetaraan gender bukan hanya omong kosong belaka, perampasan hak-hak perempuan bukan permasalahan sepele. Perempuan Indonesia harus berani melawan ketidakadilan untuk masa depan yang lebihh cerah.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *