Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Cerpen

Bisikan yang Meresahkan

×

Bisikan yang Meresahkan

Sebarkan artikel ini
Oplus_131072
Example 468x60

Oleh: Fita Varyn De Aftoria, Mahasiswi prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam 2023

Suatu daerah di Jakarta Selatan adalah tempat di mana aku tinggal dan dibesarkan orang tuaku. Di sebuah gang sempit terdapat rumah sederhana yang penuh kenangan. aku tinggal bersama ibu, ayah, dan nenekku yang telah usia lanjut.

Example 300x600

Namaku Danil, aku saat ini berusia 15 tahun dan kini tengah duduk di bangku kelas x SMA. Aku adalah anak yang cenderung pendiam dan terkenal cerdas di sekolahan.

Ramai orang mengira, aku adalah anak yang bahagia dan luar biasa, akan tetapi didalam hatiku begitu banyak tersimpan rasa susah dan tekanan yang sulit aku ungkapkan, rasa tertekan itu muncul dari keluargaku sendiri dan banyak sekali yang menjadi motif munculnya rasa tertekan ini. Hal ini membuatku cenderung diam, karena aku bingung kemana aku bisa melampiasankan perasaan ini?

Usiaku masih tergolong labil untuk mengontrol emosi dan psikisku, namun saat ini adalah kesempatan untuk mencari jati diri yang sebenarnya. Akan tetapi posisi dan kondisiku di keluarga mengalami tekanan yang begitu berat, sehingga dalam pencarian jati diri ini aku tidak bisa mengarahkan ke hal positif. Bahkan aku sendiri masih bingung pilihan ini benar atau salah?

Banyak sekali motif yang membuat tekanan dahsyat untuk kejiwaanku sehingga aku terlena dengan imajinasiku sendiri.

Pada suatu malam, entah diriku berhalusinasi atau memang ada “sosok” yang menyertaiku saat itu. Dalam gelapnya malam, terdengar suara angin yang menaikan bulu kudukku dan malam itu aku terjaga dengan tekanan-tekanan yang bertubi-tubi menghantui pikiranku.

Malam semakin larut, jam dinding menunjukkan jarumnya ke arah jam 01:00 dini hari. Pikiran ku semakin kacau, emosiku tidak karuan dan mataku melotot seakan-akan enggan untuk berkedip. Hatiku terguncang dahsyat, hingga seketika, terdengar bisikan meresahkan yang menghipnotisku. Aku bangkit dari tempat tidurku dengan perasaan yang bergemuruh amarah.

Aku membuka gagang pintu kamar dengan kasar dan seketika terdengar “jeduaarrr”. Meskipun suara keras itu terdengar sangat pengang di telinga, namun ayah, ibu, dan nenekku masih terjaga dalam tidurnya. Saat itu, aku berdiri terpaku dengan tatapan kosong diselimuti amarah di depan kamar.

Aku hilang akal!!! Langkah kaki ku menuju ke ruang dapur untuk mengambil sebuah benda yang telah menjerumuskanku kepada penyesalan yang begitu dalam. Dan benar… aku mengambilnya dengan gaya penuh amarah. Saat ini, pisau itu telah berada di genggamanku, aku pegang dengan erat ganggang pisau itu dan sedikit tersenyum jahat melihat mata pisau yang begitu tajam.

Dengan gusar dan kasar, aku menaiki satu per satu anak tangga rumahku menuju kamar ayah dan ibu. Ayah dan ibu sedang tertidur pulas sehingga tidak mendengar suara apapun yang telah aku perbuat. Aku masuk di ruangan itu dan aku berdiri di depan tempat tidur mereka.

Seketika bisikan meresahkan itu hadir kembali membawakan sejuta amarah dan tekanan yang aku pendam selama ini. Seketika, benda tajam yang ada di tanganku terjun dan menusuk leher ayahku dan bagian tubuh lainya, aku terlampau gila. Aku membungkam ayahku sendiri dan dia seketika tewas di tangaku.

Tidak puas!!! Amarah itu masih menguasai diriku, aku melihat ibuku terbangun dan ketakutan atas tindakan ku, aku tidak tinggal diam. Aku kembali melakukan aksi itu kepada ibu. Nasib baik masih berpihak kepadanya, dengan kondisi yang memprihatinkan ibu berhasil kabur dan keluar kamar menuruni tangga itu. Aku tidak tinggal diam. Aku mengejar ibu dengan tatapan menyeramkan, menuruni anak tangga rumah itu.

Aku melihat nenek kebingungan, ada apa sebenarnya ini. Dengan amarahku yang menggila, Nenek pun tidak luput dari aksiku pada malam itu, dan benar nenek juga tewas di tanganku seketika. Namun saat aku hendak mengejar ibukku, dia sudah berhasil keluar dari rumah. Dia berteriak minta tolong dengan menahan rasa sakit itu “Tolongg… Tolongg…,” teriaknya yang masih aku dengar dari dalam rumah.

Naas bagi nasibku, ibu mendapat pertolongan security kompleks dan meminta perlindungan dari perbuatan ku itu. Aku panik bukan kepalang karena aku dikejar petugas keamanan saat itu dan seketika aku membuang pisau yang berlumuran darah dengan sembarangan. Tangan dan bajuku masih berlumuran darah.

Aku lari, lari dan terus lari dari kejaran massa malam itu. Dan benar saja, aku tertangkap oleh masa dan diamankan di polres terdekat dengan posisi tanganku masih basah akibat darah ayah dan nenekku.

***

Pesan mendalam dari cerpen di atas: Cerpen ini menggambarkan kompleksitas perasaan tertekan yang dialami oleh Danil. Dalam cerita ini menekankan pentingnya menyampaikan emosi dan mencari dukungan dalam keluarga untuk mencegah konflik yang merusak dan munculnya tindakan ekstrem. Aksi yang dilakukan oleh Danil menunjukkan konsekuensi fatal dari keputusan yang dibuat dalam keadaan emosi yang tidak stabil. Hal ini mengingatkan kita, bahwa kesehatan mental harus diperhatikan. Proses pencarian jati diri di masa remaja dapat diperburuk oleh tekanan lingkungan yang negatif dan cerita ini menyoroti pentingnya mencari bantuan yang positif dari orang dewasa.

Perlunya pengawasan dan kasih sayang orang tua saat anak remaja menghadapi situasi sulit yang dialaminya. Keseluruhan, cerita ini mencerminkan kerumitan emosi manusia dan perlunya edukasi tentang komunikasi, empati, dan dukungan untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.

***

NB: Cerita ini diangkat dari sebuah berita viral “Remaja 15 tahun yang tega membunuh ayah dan neneknya di Lebak Bulus Jakarta Selatan” Sumber: https://www.kompas.tv/nasional/557268/remaja-15-tahun-bunuh-ayah-dan-nenek-benarkah-gen-z-generasi-rentan-kena-kesehatan-mental

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cerpen

Tangannya kesemutan diikat dibelakang, kakinya tertekuk dengan darah…

Cerpen

Oleh: Siti Efrilia, Mahasiswa UIN Salatiga “Kayaknya bapak…

Cerpen

Oleh: Anak Pagi Siang hari di tengah ketangguhan…

Cerpen

Di sebuah desa kecil, terdapat hutan yang terkenal…