Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Mimbar Mahasiswa

Dampak Ketergantungan Gadget Pada Pola Pikir Anak di Bawah Umur

×

Dampak Ketergantungan Gadget Pada Pola Pikir Anak di Bawah Umur

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Ravel Sheva Rahmadani, Mahasiswa Fakultas Dakwah Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam

Transformasi digital yang terjadi di masa kini telah mengubah cara hidup manusia secara fundamental. Berbagai perangkat digital atau gadget hadir sebagai alat yang memungkinkan setiap individu untuk terhubung dengan dunia luas dan menjalankan beragam aktivitas dengan sangat mudah. Namun, kemudahan ini membawa konsekuensi berupa ketergantungan yang semakin mengakar dalam kehidupan sehari-hari. Yang lebih memprihatinkan, fenomena ini tidak hanya mempengaruhi orang dewasa tetapi juga menjangkau kelompok usia yang lebih rentan – anak-anak.

Example 300x600

Akar permasalahan kecanduan gadget pada anak seringkali berasal dari lingkungan terdekat mereka, yaitu keluarga. Banyak orang tua yang tanpa disadari menanamkan kebiasaan penggunaan gadget sejak dini dengan memberikan perangkat elektronik sebagai ‘penenang instan’ saat anak mereka rewel atau menangis. Praktik yang tampaknya sederhana ini kemudian berkembang menjadi pola perilaku yang sulit dikendalikan. Situasi ini semakin diperburuk dengan hadirnya berbagai game online yang tengah digandrungi masyarakat, seperti Mobile Legends, PUBG, dan Free Fire, yang semakin menjerumuskan anak-anak ke dalam pusaran ketergantungan digital.

Meningkatnya intensitas penggunaan gadget di kalangan anak-anak ini membawa serangkaian dampak signifikan yang memerlukan perhatian khusus dari berbagai pemangku kepentingan, terutama dalam konteks tumbuh kembang mereka. Berbagai konsekuensi ini perlu dikaji lebih lanjut untuk menemukan solusi yang tepat.

Menurut banyak penelitian, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat mengganggu kemampuan kognitif. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rakhmawati (2020) menyatakan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat mengganggu konsentrasi dan perhatian. Remaja yang menghabiskan waktu berjam-jam di TikTok cenderung mengalami masalah fokus dan menyerap informasi. Hal ini karena konten TikTok yang cepat dan singkat membuat pikiran terbiasa dengan stimulasi instan dan sulit untuk fokus pada tugas yang lebih kompleks.

Kecanduan anak-anak terhadap gadget tentu membawa dampak tersendiri, di antaranya sebagai berikut: pertama, mengalami keterlambatan bicara hasil riset ilmiah menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara durasi penggunaan gadget pada anak dengan risiko keterlambatan perkembangan kemampuan berbicara. Temuan ini didukung oleh penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal EAI, yang mengonfirmasi hubungan erat antara intensitas penggunaan perangkat elektronik dan perkembangan verbal anak.

Fenomena ini terjadi karena ketika anak terpaku pada layar gadget, mereka cenderung pasif dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Padahal, interaksi sosial dan komunikasi langsung merupakan komponen vital dalam proses pembelajaran bahasa dan pengembangan keterampilan berbicara pada anak.

Kedua, kesulitan untuk kosentrasi. Perangkat elektronik telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam rutinitas kehidupan, tidak terkecuali dalam keseharian anak-anak. Para pakar kesehatan mengungkapkan bahwa penggunaan gadget yang berlebihan dapat memicu munculnya gejala Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada anak. Kondisi ini ditandai dengan menurunnya kemampuan anak untuk memfokuskan perhatian akibat tingkat hiperaktivitas yang tinggi, yang berpotensi mengganggu proses tumbuh kembang mereka secara keseluruhan.Ketiga Gangguan Kesehatan Kecanduan gadget memiliki dampak langsung terhadap kesehatan fisik anak, salah satunya adalah peningkatan risiko obesitas. Hal ini terjadi karena anak yang terpaku pada layar gadget cenderung memiliki gaya hidup sedentari dengan minimnya aktivitas fisik. Lebih jauh lagi, fokus berlebihan pada gadget sering mengakibatkan pola makan yang tidak teratur dan tidak terkontrol – baik dari segi porsi maupun kecepatan makan. Kondisi ini sangat disayangkan mengingat aktivitas fisik regular sebenarnya memainkan peran krusial dalam memperkuat sistem kardiovaskular, pembuluh darah, serta mengoptimalkan fungsi tubuh dan otak. Dampak negatif lainnya yang perlu diwaspadai adalah gangguan pada kesehatan mata, dimana paparan berkepanjangan terhadap layar digital dapat mengakibatkan kelelahan dan ketidaknyamanan pada organ penglihatan.Keempat Melemahkan ningatan orang tua dan anak Intensitas penggunaan gadget yang tinggi pada anak berdampak signifikan terhadap kualitas hubungan dengan orang tua, karena sebagian besar waktu mereka tersita untuk berinteraksi dengan dunia digital. Meskipun aktivitas seperti bertukar foto dan berkomunikasi melalui media sosial dengan teman sebaya memiliki sisi positif, namun hal ini secara tidak langsung mengikis kedekatan emosional antara anak dan orang tua. Lebih dari itu, ketergantungan pada interaksi virtual ini juga berpotensi menghambat perkembangan keterampilan sosial anak dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sekitarnya secara langsung.Kelima Mengalami masalah Kesehatan mental Penggunaan berlebihan perangkat elektronik memiliki dampak serius terhadap Kesehatan mental anak-anak, termasuk potensi munculnya gejala depresi pada tahap perkembangan tertentu. Kondisi ini dapat memberikan efek jangka Panjang terhadap kesejahteraan psikologis mereka, baik selama masa kanak-kanak maupun saat memasuki usia remaja. Fenomena yang sering terlihat adalah munculnya perilaku introvert, kecemasan social, dan ketakutan saat harus berinteraksi langsung dengan orang lain. Tidak jarang, anak-anak ini menunjukkan kecenderungan untuk mengisolasi diri dari keramaian dan menghindari kontak social. Ironisnya, gejala-gejala ini seolah menghilang Ketika mereka Kembali tenggelam dalam dunia digital melalui gadget mereka.RUU PDP (Rancangan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi): Menyebutkan bahwa pengguna media sosial di Indonesia harus berusia minimal 17 tahun. Isu pelarangan media sosial untuk anak-anak semakin penting di era digital. Banyak orang tua dan pendidik khawatir tentang dampak negatif penggunaan media sosial, terutama terhadap kesehatan mental anak. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berlebihan dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan perasaan rendah diri akibat perbandingan social.Kekhawatiran lain adalah mengenai keamanan dan privasi anak di dunia maya. Banyak anak belum memahami risiko berbagi informasi pribadi secara online, sehingga mereka bisa menjadi sasaran perundungan siber atau penipuan. Dengan melarang akses media sosial, orang tua berharap dapat melindungi anak-anak dari bahaya ini.Namun, ada juga argumen bahwa media sosial dapat memberikan manfaat, seperti meningkatkan keterampilan komunikasi dan koneksi dengan teman. Media sosial bisa menjadi platform untuk berbagi kreativitas dan mendapatkan dukungan. Beberapa ahli berpendapat bahwa alih-alih melarang, orang tua sebaiknya mengedukasi anak tentang penggunaan yang aman dan bertanggung jawab.Pelarangan media sosial dapat membuat anak merasa terasing dari teman sebaya. Di zaman di mana banyak interaksi sosial berlangsung online, anak yang tidak memiliki akses mungkin merasa tertinggal. Ini dapat berdampak pada perkembangan sosial dan kemampuan membangun hubungan yang sehatPenting untuk menemukan keseimbangan antara melindungi anak dan memberi mereka kebebasan menjelajahi dunia digital. Pendekatan yang lebih konstruktif melibatkan pengawasan bijaksana, diskusi terbuka tentang risiko dan manfaat, serta penetapan batasan waktu yang sehat. Dengan cara ini, anak-anak dapat belajar menggunakan media sosial secara positif dan aman. 

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *