Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Mimbar Santri

Doa Malam Ini: Menyulam Harapan di Gerbang Puasa Arafah

×

Doa Malam Ini: Menyulam Harapan di Gerbang Puasa Arafah

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Nashrul Mu’minin, Content Writer Yogyakarta

Malam sebelum puasa Arafah selalu menyimpan energi spiritual yang begitu kuat. Di saat dunia mulai tenang, di balik heningnya malam itu kita diajak untuk melakukan refleksi dan persiapan jiwa menyambut hari yang penuh berkah. Puasa Arafah, selain menjadi amalan sunnah yang sangat dianjurkan, menyimpan makna penghapus dosa dan pendorong ampunan dari Allah SWT. Namun, lebih dari itu, malam sebelum Arafah adalah momen krusial yang mengingatkan kita untuk menata niat dan harapan, memohon ampunan, serta menguatkan komitmen spiritual dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang penuh tantangan.

Example 300x600

Melihat kondisi masyarakat saat ini, di mana kesibukan dan tekanan hidup sering kali mengikis kedekatan spiritual, doa dan amalan di malam Arafah menjadi salah satu media penting untuk menyambung kembali hubungan hati dengan Sang Pencipta. Dalam kesibukan digital, budaya konsumerisme, dan arus informasi yang tak henti-hentinya, puasa Arafah seolah menjadi oase spiritual yang mengajak kita berhenti sejenak, menengok ke dalam diri, dan memperbaiki arah langkah. Doa pada malam ini bukan sekadar rutinitas, melainkan bentuk pengakuan atas keterbatasan manusia dan pengharapan tulus akan rahmat Allah yang maha luas. Jika kita mampu menyulam harapan dan ketulusan doa di malam ini, insyaAllah kita dapat menjalani puasa Arafah dengan penuh kesadaran dan keberkahan.

Berikut doa yang bisa kita panjatkan untuk menyambut puasa Arafah:

اللَّهُمَّ اجعل صيامي فيه صيام الصائمين، وقيامي فيه قيام القانتين، ونبهني فيه عن نومة الغافلين، وهب لي فيه اليسر والعافية، اللهم تقبل مني وصالح الأعمال، وارزقني برحمتك يا أرحم الراحمين.

Artinya:
“Ya Allah, jadikanlah puasaku pada hari itu sebagai puasa orang-orang yang berpuasa, dan qiyamku sebagai qiyam orang-orang yang taat, bangunkanlah aku dari tidur orang-orang yang lalai, dan anugerahkanlah aku kemudahan dan kesehatan pada hari itu. Ya Allah, terimalah dariku dan amalan-amalan yang baik, dan limpahkanlah rahmat-Mu, wahai Yang Maha Pengasih dari segala pengasih.”

Doa ini menegaskan bahwa puasa Arafah bukan hanya menahan lapar dan dahaga, melainkan juga menahan diri dari kelalaian, menumbuhkan ketakwaan, dan memohon kemudahan dalam menjalankan ibadah. Secara kritis, kita perlu menyadari bahwa ibadah puasa dan doa tanpa kesungguhan hati hanyalah ritual kosong yang mudah kehilangan makna. Oleh karena itu, malam sebelum Arafah adalah waktu yang tepat untuk introspeksi: sejauh mana kita benar-benar sadar akan tujuan hidup dan pengabdian kita kepada Allah? Apakah kita sudah memanfaatkan waktu dengan penuh kesadaran, atau masih terjebak dalam aktivitas yang sia-sia?

Puasa Arafah juga mengajarkan kita tentang pengorbanan dan kesabaran, nilai-nilai yang sangat relevan di tengah dinamika kehidupan modern yang penuh ketidakpastian. Dalam konteks sosial, puasa ini menjadi momentum untuk merawat kepekaan sosial dan meningkatkan empati terhadap sesama, khususnya mereka yang mengalami kesulitan. Maka dari itu, doa dan puasa Arafah tidak boleh dipisahkan dari upaya nyata memperbaiki diri dan lingkungan. Tidak cukup hanya berdoa, tetapi harus disertai tindakan konkret yang mencerminkan kebaikan dan keadilan.

Dalam kajian spiritual yang lebih mendalam, puasa Arafah dan doa malamnya juga menjadi simbol perubahan dan pembaharuan diri. Setiap insan diharapkan dapat memetik pelajaran dari surah Al-‘Ashr yang menekankan pentingnya waktu dan amal saleh. Melalui doa di malam ini, kita diajak untuk menyulam harapan bukan hanya untuk hari esok yang lebih baik secara pribadi, tetapi juga untuk keberlangsungan umat dan dunia yang lebih adil dan beradab. Dengan demikian, puasa Arafah adalah bentuk jihad kecil yang memerlukan kesungguhan dan keteguhan hati dalam menghadapinya.

Akhirnya, mari jadikan malam ini sebagai gerbang perubahan diri yang bermakna. Doa yang kita panjatkan bukan hanya menjadi pengantar puasa Arafah, tetapi juga sebagai janji spiritual untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan menjadikan puasa Arafah sebagai sarana pembersih dosa dan penyambung harapan bagi kehidupan yang penuh keberkahan.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kolom

Oleh Gunawan TrihantoroSantri dari KH. Hasan Basri Di…