Oleh: Intan Nur’aini, Mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta
Gunung Rinjani, yang terletak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, dikenal sebagai salah satu gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia dengan ketinggian mencapai 3.726 mdpl. Sebagai bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani, yang kini diusulkan untuk perluasan, gunung ini adalah mahakarya alam yang memukau.
Namun, di balik keindahan dan keagungannya, Rinjani menyimpan berbagai cerita yang penuh misteri, dihormati oleh leluhur, dan disucikan oleh langit. Salah satu kisah yang paling menyentuh dan menyisakan tanda tanya besar adalah hilangnya seorang pendaki bernama Juliana Merins.
Insiden dan Tanda yang Meresahkan
Pada tanggal 21 Juni 2025, Juliana Merins, seorang perempuan asal Brasil, dilaporkan terpeleset di jalur pendakian Sembalun. Insiden itu sendiri sudah mengkhawatirkan, namun apa yang terjadi selanjutnya justru membuat tim penyelamat dan publik merinding.
Meskipun laporan medis menyatakan bahwa Juliana Merins hanya dapat bertahan dalam kondisi kritis selama 20 menit setelah kecelakaan, rekaman drone justru menangkap hal yang tidak terduga:
Pergerakan Terekam: Drone berhasil merekam sosok yang diyakini adalah Juliana Merins masih bergerak.
Lambaian Tangan: Dua hari setelah insiden, sosok tersebut bahkan terlihat melambaikan tangan ke arah kamera drone, mengindikasikan bahwa tubuhnya masih aktif dan utuh.
Perpindahan Misterius: Sosok tersebut terekam berpindah sejauh 500 meter di medan yang mustahil dilalui manusia, jauh dari lokasi awal.
Ironisnya, setiap kali tim penyelamat tiba di lokasi yang ditunjukkan drone, yang mereka temukan hanyalah batu, angin, dan bisikan asing—tidak ada seorang pun.
Pintu Tak Kasat Mata dan Aturan Rinjani
Misteri ini seolah membenarkan kepercayaan warga lokal mengenai jalur tersebut. Mereka meyakini adanya “pintu tak kasat mata” di Rinjani. Konon, siapa pun yang memasukinya tanpa izin tidak akan ditemukan, kecuali gunung itu sendiri yang mengizinkan mereka untuk kembali. Kisah pendaki lain yang hilang selama tujuh jam namun merasa hanya duduk sebentar, lalu tiba-tiba ditemukan di lokasi yang sudah dicari berulang kali, semakin memperkuat keyakinan ini.
Juliana adalah seorang spiritualis yang meyakini bahwa bumi itu hidup. Namun, ia mungkin melanggar aturan tak tertulis Rinjani. Gunung ini, sebagai makhluk tua yang diam, tidak membutuhkan pemujaan, melainkan penghormatan. Siapa pun yang mendakinya dengan kesombongan—menganggapnya sebagai ajang pamer pencapaian—dikatakan tidak akan kembali dengan utuh.
Mungkin inilah alasan mengapa sosok Juliana tetap utuh, tak tersentuh, dan selalu berada di tempat yang dapat dijangkau kamera, namun mustahil disentuh manusia. Ia belum ingin pergi, menunggu sampai dunia menyadari kehadirannya dan memahami pesan yang ia tinggalkan: bahwa gunung adalah makhluk tua yang menyimpan aturan yang tidak bisa dilanggar.
Sampai hari ini, misteri Juliana Merins masih menyelimuti Rinjani. Jiwanya mungkin masih duduk di sana, menatap ke puncak, menunggu seseorang menjawab panggilannya.

















