Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Mimbar Mahasiswa

Kecerdasan Buatan, Bak Pisau Bermata Dua bagi Lapangan Pekerjaan

×

Kecerdasan Buatan, Bak Pisau Bermata Dua bagi Lapangan Pekerjaan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Faiz Abdullah, Mahasiswa Prodi Kewarganegaraan dan Hukum Universitas Negeri Yogyakarta

Dalam dunia teknologi saat ini, teknologi kecerdasan buatan, atau AI, sedang mengalami perkembangan yang sangat cepat. Teknologi AI (Artificial Intelligence) adalah istilah yang mengacu pada kemampuan komputer atau mesin untuk melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan seperti manusia. Pada akhirnya, teknologi AI (Artificial Intelligence) telah menjadi katalisator untuk kemajuan seperti komunkasi mesin-ke-mesin, rebotika, dan sistem informasi, yang semuanya telah mengubah cara manusia berinteraksi dengan teknologi.

Example 300x600

Pada era digital saat ini, kecerdasan buatan telah memiliki pengaruh yang signifikan bagi segala aspek kehidupan manusia. Namun, ibarat pisau bermata dua, apakah pengaruh ini membawa peluang bagi manusia atau sebaliknya membawa ancaman bagi dunia lapangan pekerjaan?

Pertanyaan yang sering kali muncul adalah apakah AI akan menjadi ancaman atau peluang bagi manusia? Jawabannya kompleks dan bergantung pada sejumlah faktor yang meliputi pengembangan teknologi, regulasi, dan kesiapan manusia untuk menghadapi perubahan.

Dengan adanya kecerdasan buatan, manusia memiliki banyak peluang, salah satu keuntungan utamanya adalah efektifitas dan efisiensi. Kecerdasan buatan (AI) dapat mempercepat inovasi, meningkatkan efisiensi operasional, dan menurunkan biaya dalam berbagai industri. Misalnya, AI dapat memungkinkan perawatan yang lebih tepat waktu dan diagnosis penyakit yang lebih akurat dalam bidang medis. Ini meningkatkan kualitas hidup dan memperbesar peluang dalam menyelamatkan nyawa manusia.

Selain itu, kecerdasan buatan memungkinkan kemajuan ilmiah dan penemuan baru yang sebelumnya tidak mungkin terjadi tanpa adanya kecerdasan buatan. AI memungkinkan analisis yang lebih mendalam dan prediksi yang lebih akurat dalam bidang seperti penelitian obat-obatan atau pemodelan iklim.
Namun layaknya pisau bermata dua, teknologi kecerdasan buatan juga memiliki potensi bahaya.

Salah satu bahaya yang dapat ditimbulkan oleh perkembangan teknologi AI (Artificial Intelligence) adalah yang bisa terjadi dalam masyarakat. Kecemasan mengenai penggantian tenaga kerja manusia oleh mesin atau kehilangan lapangan pekerjaan telah menjadi perbincangan umum. Misalnya, AI dapat menggantikan manusia untuk melakukan tugas-tugas tertentu.

Akibatnya, akan ada ketimpangan sosial dan ekonomi yang signifikan jika tidak ada program yang memadai yang dapat diterapkan untuk menggantikan lapangan pekerjaan yang hilang. Sudah jelas bahwa ketimpangan sosial dan ekonomi ini dapat berdampak besar pada berbagai aspek kehidupan manusia, seperti kesehatan, pendidikan, dan akses terhadap layanan publik.

Selain itu, kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) dapat menimbulkan masalah etika dan privasi yang signifikan. Dengan berkembangnya kemampuan AI untuk mengakses informasi yang sebelumnya sangat rahasia dan menyusup ke dalam kehidupan sehari-hari kita, penyimpangan data individu yang sensitif dapat mengancam kehidupan pribadi dan kebebasan individu. Karena itu, privasi dan etika dalam penggunaan AI harus diutamakan agar masyarakat dapat merasa aman dan aman dari penyalahgunaan data.

“Di negara-negara lain, pemerintahnya sudah mendorong anak-anak muda untuk menggunakan AI. Kita enggak boleh ketinggalan,” ucap Wakil Presiden Republik Indonesia Gibran Rakabuming Raka pada saat menghadiri diskusi Artificial Intellegence: Shaping Indonesia’s Future di Universitas Pelita Harapan (UPH) Kampus Lippo Village, Karawaci, Tangerang, Banten pada Kamis (20/03/2025).

“Sekali lagi, manusia yang tak menggunakan AI akan dikalahkan oleh manusia yang gunakan AI. Jadi anak-anak muda di sini jangan ketinggalan. Karena negara-negara lain proses adaptasinya sangat cepat sekali,” tambah Gibran.

Namun, kunci untuk memanfaatkan AI sebagai peluang adalah memastikan bahwa pengembangan dan implementasinya dilakukan dengan etika yang baik dan memperhatikan konsekuensi sosial. Regulasi yang cermat diperlukan untuk memastikan bahwa AI tidak digunakan untuk tujuan yang merugikan manusia atau merusak lingkungan. Selain itu, diperlukan investasi dalam pelatihan keterampilan baru dan pelatihan untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi untuk memastikan bahwa AI tidak digunakan untuk tujuan yang merugikan manusia atau lingkungan.

Selain itu, penting untuk diingat bahwa AI hanyalah alat yang dibuat oleh manusia, oleh karena itu, kita memiliki kendali atas cara AI digunakan dan diperlakukan. Sikap kita terhadap AI dan cara kita menggunakannya akan menentukan apakah itu akan menjadi ancaman atau peluang bagi manusia.
Secara keseluruhan, kemajuan perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) sangat menjanjikan dan menantang. Sangat penting untuk mengembangkan peluang dan risikonya dengan hati-hati.

Dengan memahami secara menyeluruh kemampuan dan potensi risiko yang berkaitan dengan teknologi kecerdasan buatan, kita dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mengoptimalkan manfaatnya sambil mempertahankan keadilan dan etika. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita semua untuk menjadi sadar dan bertindak dengan benar untuk memastikan bahwa teknologi kecerdasan buatan digunakan untuk kebaikan manusia secara keseluruhan.

Selain itu, pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor industri harus bekerja sama untuk membuat kerangka kerja yang memastikan penggunaan teknologi kecerdasan buatan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Kecerdasan buatan (AI) mempunyai dua sisi pengaruh terhadap lapangan kerja. AI memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi dan menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga memiliki kemampuan untuk mengotomatisasi tugas-tugas tertentu yang mengancam lapangan kerja saat ini.

Beradaptasi dengan perubahan melalui pendidikan, pelatihan, dan peraturan yang bijaksana adalah kunci untuk menghadapi era AI. Masa depan kerja yang lebih inklusif dan inovatif dapat dicapai melalui penggunaan kecerdasan buatan dengan pendekatan yang tepat.

Pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat secara keseluruhan sudah semestinya bekerja sama untuk memastikan bahwa AI menjadi peluang, bukan ancaman, bagi manusia. Ini membutuhkan diskusi terbuka tentang konsekuensi sosial dan etis dari pengembangan kecerdasan buatan (AI). Selain itu, diperlukan upaya bersama untuk membuat peraturan yang tepat.

Kecerdasan buatan (AI) memiliki potensi besar untuk membantu manusia, memungkinkan kita untuk mencapai kemajuan yang sebelumnya tidak terbayangkan jika digunakan dengan cara yang hati-hati dan berpikiran terbuka.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *