Oleh: Adelia Ayu Saraswati, Mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pendidikan di era global yang kompleks tidak lagi hanya berfokus pada kemampuan akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter, empati, dan kemampuan hidup dalam keberagaman. Pendekatan humanis menjadi penting karena menempatkan peserta didik sebagai manusia yang memiliki martabat, kebebasan berpikir, serta potensi yang harus dikembangkan secara utuh—baik intelektual, emosional, maupun sosial.
Dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk, pendidikan humanis membantu menciptakan lingkungan belajar yang aman dan menghargai perbedaan. Contoh penerapannya dapat dilihat di berbagai negara yang menempatkan inklusi, penghargaan, dan kesejahteraan siswa sebagai prioritas. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang memberi kesempatan setara bagi semua anak untuk berkembang tanpa diskriminasi.
Pendidikan memiliki peran strategis dalam membangun masyarakat inklusif. Sekolah dapat menanamkan nilai toleransi dan empati melalui dialog, kerja kelompok, kurikulum karakter, serta kegiatan yang memungkinkan siswa memahami sudut pandang orang lain. Selain itu, pendidikan inklusif menuntut penghapusan hambatan belajar melalui diferensiasi pembelajaran, fasilitas aksesibel, bantuan khusus, serta dukungan teknologi. Kemampuan sosial seperti komunikasi, kerja sama, dan resolusi konflik juga perlu dikembangkan melalui berbagai kegiatan sosial dan proyek kemasyarakatan.
Namun, penerapan humanisme dalam pendidikan masih menghadapi tantangan. Kesenjangan fasilitas, kurangnya pelatihan guru, budaya pendidikan yang terlalu menekankan kompetisi akademik, minimnya akses bagi anak berkebutuhan khusus, serta tekanan sosial terhadap nilai ujian menjadi hambatan penting. Tantangan-tantangan ini menunjukkan bahwa penerapan pendidikan humanis memerlukan kerja sama semua pihak—pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Untuk mewujudkan pendidikan humanis dan inklusif, beberapa strategi diperlukan, antara lain penguatan kurikulum yang memasukkan nilai kemanusiaan, pelatihan guru berkelanjutan, penciptaan lingkungan sekolah yang aman dan bebas diskriminasi, pemanfaatan teknologi untuk pemerataan akses, serta kolaborasi dengan komunitas dan lembaga sosial.
Pada akhirnya, menyulam nilai humanisme melalui pendidikan adalah langkah penting untuk membangun masa depan yang damai dan berkeadilan. Dengan mendidik generasi yang empatik, toleran, dan peka terhadap keberagaman, pendidikan menjadi fondasi terbentuknya masyarakat yang harmonis dan memberi ruang bagi setiap individu untuk berkembang sesuai potensinya.


















