Oleh: Hidayatur Rohmah, M.E.,
Pengasuh Harian Bidang Tahfidh dan Pengajar Bahasa Mandarin di Pesantren-Sekolah Alam Planet Nufo, Rembang.
Menghafal al-Qur’an adalah sebuah rihlah spiritual yang membutuhkan kemauan dan tekad yang kuat. Daya ingat yang tinggi dan kecerdasan di atas rata-rata, bukan menjadi faktor utama keberhasilan menghafal al-Qur’an melainkan kemauan yang kuat dan usaha dengan konsisten. Kemauan yang kuat akan memacu adrenalin seseorang untuk berusaha dengan konsisten, bertahan dalam kesulitan, dan tidak mudah putus asa menghadapi tantangan.
Allah berfirman dalam QS. al-Qamar ayat 17 :
“وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ”
“Sungguh, Kami telah memudahkan al-Qur’an untuk diingat (dihafal); maka, adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”
Dalam ayat ini, tersurat pesan bahwa Allah memberikan kemudahan bagi siapa saja yang punya kemauan dan tekad yang kuat untuk menghafalkan al-Qur’an. Kemauan menjadi pendorong utama keberhasilan seseorang dalam menghafalkan al-Qur’an. Banyak penghafal al-Qur’an yang bukan berasal dari background keluarga yang secara akademik unggul, tetapi dengan kemauan dan usaha yang konsisten, mereka mampu menyelesaikan hafalan. Ini menunjukkan bahwa menghafal al-Qur’an bukan hanya tentang kecerdasan, melainkan tentang kemauan dan tekad yang kuat.
Jika seseorang memiliki kemauan yang kuat, maka ia akan berusaha dengan optimal untuk mencapai keberhasilan. Seperti, ia akan memanage waktu untuk menghafal, menghindari distraksi-distraksi yang dapat mengganggu fokusnya, serta mencari metode yang paling efektif dalam menghafal al-Qur’an. Kemauan dan tekad yang kuat akan mendorong seseorang untuk menjaga hafalannya agar tidak hilang. Banyak orang yang dapat menghafal al-Qur’an, namun sedikit yang bisa menjaga hafalannya. Maka dari itu, kemauan dan tekad yang kuat untuk muraja’ah (pengulangan) hafalan itu sangat penting dan harus dilakukan sepanjang hayat agar hafalan semakin melekat.
Keinginan yang kuat dalam menghafal al-Qur’an akan menciptakan semangat dan energi yang luar biasa. Dalam ilmu psikologi, jika seseorang menginginkan sesuatu, maka otaknya akan mengirimkan sinyal yang memicu adrenalin dan dopamin, yaitu hormon yang berperan meningkatkan fokus dan motivasi. Hal ini menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki keinginan atau kemauan, ia akan tetap berusaha dan tidak mudah menyerah. Sebagaimana pendapat Dr. Carol Dweck, seorang psikolog dari Stanford University, ia mengungkapkan bahwa individu yang memiliki “growth mindset” atau pola pikir berkembang akan lebih mampu menghadapi tantangan dan tidak mudah menyerah dalam mencapai tujuan mereka. Dalam konteks menghafal al-Qur’an, seseorang yang memiliki kemauan yang kuat akan memunculkan semangat dan ketahanan tubuh yang kuat, meskipun ia menghadapi kesulitan, seperti keterbatasan waktu, kelelahan, dan kesulitan dalam mengingat ayat-ayat tertentu. Maka, niat yang kuat lagi tulus perlu ditanamkan ketika seseorang menghafal al-Qur’an.
Kemauan dan tekad yang kuat disertai dengan metode yang tepat akan mempermudah dan mempercepat dalam menghafal al-Qur’an. Metode yang tepat adalah dengan memahami maknanya sebelum menghafal. Sebagaimana metode ABAH (Artikan Baru Hafalkan) yang diterapkan di Pesantren-Sekolah Alam Planet Nufo, Rembang. Seseorang yang mau menghafal al-Qur’an perlu belajar nahwu-sharaf untuk memahami posisi dan perubahan bentuk kata. Hal ini akan membantu mereka dalam memahami makna ayat al-Qur’an. Dengan demikian, proses menghafal akan lebih mudah bahkan hafalannya akan menjadi motivasi dan sumber inspirasi.
Kemauan yang kuat dalam menghafal al-Qur’an juga harus didukung dengan lingkungan yang kondusif. Lingkungan yang mendukung adalah lingkungan yang terdiri dari orang-orang yang mempunyai visi yang sama, yaitu menghafal al-Qur’an. Dengan mendapatkan lingkungan yang mendukung, mereka akan termotivasi untuk memperkuat hafalan. Sebab, di lingkungan tersebut muncul kompetisi yang sehat antara para penghafal. Itulah mengapa banyak pesantren tahfidh yang membentuk komunitas penghafal al-Qur’an agar mereka saling memberikan semangat. Terlebih apabila bisa menghadirkan lingkungan itu di rumah, maka menghafal al-Qur’an akan menjadi habit. Dukungan dari keluarga dan lingkungan akan meningkatkan motivasi sebagai dorongan emosional untuk memperkuat ketahanan mental para penghafal. Dengan metode yang tepat dan lingkungan yang mendukung, maka penghafal al-Qur’an tidak hanya mampu menghafal dengan lancar, tetapi juga dapat merenungkan dan melaksanankannya. Wallahu a’lam bi al-shawab