Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Kolom

Menyalakan Obor Literasi dari Blora

×

Menyalakan Obor Literasi dari Blora

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Gunawan Trihantoro
Ketua Satupena Kabupaten Blora dan Sekretaris Kreator Era AI Jawa Tengah

Di tengah arus digital yang deras dan kompleks, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kabupaten Blora menunjukkan bahwa literasi masih relevan dan bahkan kian mendesak. Di bawah kepemimpinan Mohamad Toha Mustofa, gerakan literasi tumbuh dari tanah, menembus sekat-sekat administratif, lalu merekah di tengah masyarakat.

Example 300x600

Toha Mustofa tak hanya menjadi pemimpin administratif, tetapi juga penggerak budaya baca. Dengan sabar namun visioner, ia menyalakan obor literasi di Blora melalui langkah-langkah strategis yang konsisten dan berdampak langsung.

Berbagai kegiatan dirancang bukan sekadar seremoni, tapi sebagai bentuk intervensi sosial yang konkret. Mulai dari Lomba Video Konten Literasi yang menggugah kreativitas anak muda, hingga Bimbingan Teknis Kepenulisan Konten Budaya Lokal yang menumbuhkan kesadaran identitas dan warisan kultural masyarakat.

Perpustakaan Desa pun menjadi ujung tombak layanan literasi berbasis komunitas. Melalui perpustakaan-perpustakaan ini, akses pengetahuan tidak lagi terpusat di kota, tapi menyebar ke pelosok, menjangkau masyarakat akar rumput.

Kegiatan seperti Lomba Bertutur, Bedah Buku Koleksi Perpustakaan Daerah, dan Lomba Resensi tingkat SMP dan SMA memperlihatkan bagaimana DPK merangkul seluruh lapisan usia. Setiap warga punya ruang dan suara dalam ekosistem literasi ini.

Tidak berhenti di situ, Toha Mustofa juga mendorong peningkatan kapasitas melalui Bimtek Literasi Informasi, Lokakarya Literasi Digital, dan Bimtek Membaca Nyaring. Upaya ini tidak hanya meningkatkan minat baca, tetapi juga melatih pemahaman kritis terhadap informasi di era banjir data.

Buku tidak sekadar dibaca, tapi ditafsirkan dan didialogkan. Kata tidak hanya ditulis, tapi dipahami dan diwariskan. Di Blora, literasi bukan slogan—ia hidup, tumbuh, dan mengakar.

Yang menarik, pendekatan Toha Mustofa selalu bersifat partisipatif dan memberdayakan. Ia percaya, perubahan tidak datang dari atas, melainkan dari bawah, dari masyarakat yang terlibat dan merasa memiliki gerakan ini.

Kiprah DPK Blora kini menjelma sebagai model pengembangan literasi daerah yang kontekstual, inovatif, dan berkelanjutan. Ia menunjukkan bahwa kemajuan daerah tidak hanya soal infrastruktur fisik, tetapi juga infrastruktur intelektual.

Melalui langkah-langkah ini, masyarakat diajak bukan hanya membaca dunia, tapi juga menulis narasinya sendiri. Anak-anak tidak hanya menjadi penonton informasi, tetapi pencipta konten yang bermakna.

Literasi di tangan Toha Mustofa menjadi ruang perjumpaan antara tradisi dan modernitas, antara nilai lokal dan tuntutan global. Ia menjahit kembali hubungan masyarakat dengan buku, kata, dan gagasan.

Di saat banyak daerah masih gamang merumuskan strategi literasi, Blora melangkah mantap. Dari sana kita belajar bahwa birokrasi bisa menjadi ruang kreatif, dan pemimpin bisa menjadi pendidik yang membebaskan.

Mohamad Toha Mustofa telah membuktikan bahwa transformasi sosial dimulai dari keberanian untuk bermimpi, dan ketekunan untuk mewujudkan. Literasi tidak lahir dalam gegap gempita, tapi tumbuh dari upaya sabar dan konsisten.

Mari melihat Blora bukan hanya sebagai daerah, tapi sebagai cahaya yang memberi arah. Literasi adalah jalan sunyi, tetapi di tangan pemimpin yang tepat, ia bisa menjadi jalan terang. Dan Blora, hari ini, sedang menapaki jalan itu dengan gemilang. (*)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kolom

Lintasan Cahaya KH. Hasan Basri (2) Oleh Gunawan…