Oleh Juang Anugrah Langit, Ketua Umum Pelajar Islam Indonesia (PII) Planet Nufo, Santri-Murid Kelas IX SMP Alam Nurul Furqon
Berada dalam era revolusi industri 4.0 artinya berada dalam era digital. Hampir semua lini kehidupan manusia pada era ini bersentuhan dengan digitalisasi. Jika dulu para tetua mengatakan bahwa dunia tak selebar daun kelor, namun kini kita bisa mengatakan bahwa dunia selebar daun kelor. Mengapa demikian karena kita bisa datang kemana saja di seluruh dunia ini dengan mudah bahkan tidak perlu mendatangi tempat di belahan dunia lain pun kita dapat mengetahui apa yang saat ini terjadi di sana dengan cepat. Kita bisa berkomunikasi dengan banyak orang secara mudah melalui media digital seperti HP ataupun media sosial. Keberadaan teknologi digital membantu pekerjaan manusia lebih efektif dan efisien.
Era digital mendorong kita memiliki kemampuan dalam menggunakan teknologi digital. Dibutuhkan literasi digital dam penguasaan teknologi ini. Literasi digital adalah seperangkat keterampilan yang lebih luas dan lebih kompleks daripada penggunaan sederhana teknologi digital (Bharadwaj, 2000), yang paling penting adalah kebutuhan untuk ‘mengkontekstualisasikan internet dan cara menyajikan informasi terhadap bentuk non jaringan lainnya (Firmansyah dkk., 2022). Iordache et al., (2017), mengelompokkan indikator literasi digital, diantaranya operasional dan teknis, informasi dan komunikasi digital, pembuatan konten digital dan strategis (Mariën dkk., 2017).
Generasi saat ini adalah generasi yang tumbuh dengan akses tak terbatas ke teknologi digital. Mereka memiliki cara berpikir yang berbeda dari generasi sebelumnya. Menurut istilah yang digunakan oleh UNESCO, literasi digital mengacu pada sebuah konsep yang mencakup lebih dari sekadar penggunaan teknologi, perangkat informasi, dan komunikasi. Literasi digital juga melibatkan aspek-aspek keterampilan sosial, kemampuan belajar, berpikir kritis, serta keterampilan kreatif dan inspiratif.
Dengan kata lain, literasi digital adalah sebuah keterampilan hidup yang melampaui pemahaman dan penguasaan teknologi semata, tetapi juga mencakup kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan teknologi, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi, serta memiliki keterampilan kreatif yang memungkinkan individu untuk menghasilkan karya dan ide-ide baru (Faridah dkk., 2022). Saat ini kemampuan literasi digital bisa dilihat dari video pembelajaran, film, maupun melalui game. Dengan adanya literasi digital, dapat menginspirasi generasi muda dalam mengembangkan ide menjadi innovative
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa literasi digital adalah kemahiran seseorang dalam memafaatkan internet dan memahami konten-konten digital. Kemampuan dalam penguasaan literasi digital tentu memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah 1) Wawasan individu bertambah ketika melakukan kegiatan mencari dan memahami informasi 2) Menumbuhkan kemahiran seseorang untuk berpikir serta memahami informasi secara lebih kritis 3) Kemampuan verbal individu meningkat 4) Menumbuhkan konsentrasi dan daya fokus individu 5) Kemahiran individu dalam membaca dan menulis informasi bertambah (Dewi dkk., 2021).
Sebagai seorang muslimah, kita sangat faham bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah merupakan berkah dari Allah SWT. Maka sepatutnya kita juga memanfaatkan teknologi digital dengan baik hingga bermanfaat secara luas dalam hal-hal yang positif. Tidak dapat kita pungkiri dengan kemajuan dunia digital akses informasi sangat mudah didapatkan. Pengaruh budaya dari luar negeri begitu saja dapat merasuki setiap jiwa muslimah, sehingga kita harus benar-benar mampu memfilter setiap informasi yang kita terima.
Informasi yang bertubi-tubi diterima setiap manusia dapat mempengaruhi karakternya. Kita sebagai seorang muslim sudah jelas harus tetap menekankan pada karakter Islami. Karakter Islami adalah karakter kekuatan mental seseorang yang diupayakan terbentuk sehingga menghasilkan suatu watak yang menjadi ciri khusus baginya sebagai seorang yang memeluk agama Islam. Islam mengajarkan tiga nilai-nilai yang utama, yaitu: akhlak, adab, dan keteladanan dengan berpegang teguh pada Al Quran dan Hadis.
Dengan memiliki karakter Islami kita bisa menjadi muslimah yang berakhlakul karimah. Selalu menjaga jari-jari kita dalam menuliskan kata di media sosial, mencari kata yang santun yang sekiranya tidak akan menyakiti hati orang lain, tidak memfitnah, tidak menyebarkan aib dan berita hoax serta menyampaiakn informasi yang benar dan bermanfaat. Selalu bijak dalam menggunakan media sosial sebagai sarana silaturahmi, mencari pengetahuan, mendapatkan informasi yang berguna dan mampu menebar kebaikan.
Dengan kemahiran teknologi literasi digital jangan sampai kita menjadi orang yang su’ul adab, yang sombong dan tidak tau sopan santun. Sebaliknya dengan kemahiran teknologi digital kita dapat menebar kebaikan dengan meneladani para tokoh Islam dalam syiar Islam. Yang kita ketahui bahwa tidak mudah bagi para mujahid melakukannya. Banyak sekali halangan dan rintangan dalam syiar Islam hingga mengorbankan harta serta nyawanya.
Sebagai generasi penerus bangsa dan agama, kita paham bahwa teknologi akan terus berkembang. Jika kini keberadaan dan peran manusia telah banyak digantikan oleh Artificial Technologi maka semestinya kita harus waspada jangan sampai keimanan kita juga tergadaikan dengan kenikmatan dunia yang sesaat dan sesat.
Kita bisa melihat fenomena yang terjadi saat ini, banyak generasi muda yang terjerumus dalam pergaulan bebas, mengikuti budaya free sex, terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, melakukan kegiatan kriminal, tawuran, melakukan judi online, mengikuti ajaran sesat, berani terhadap orang tua, dan tidak menghargai guru.
Hal-hal tersebut bisa terjadi karena mereka tidak mampu memfilter pengaruh budaya dari luar. Mereka mengimitasi perilaku negatif yang mereka tonton untuk menguntungkan dirinya sendiri tanpa melihat kerugian orang lain atas perilakunya yang pada hakikatnya perbuatan negatif tersebut juga dapat merugikan dirinya sendiri pada akhirnya.
Muslimah memiliki kontribusi menyelamatkan generasi karena dialah yang akan melahirkan penerusnya. Muslimah harus cerdas dan berilmu karena dia adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, maka muslimah harus kuat dan tangguh menghadapi perubahan zaman dengan kecerdasan dan ilmu yang dimilikinya, tidak terbawa arus hedonis dan materialistis yang mengabaiakan religiusitas. Muslimah harus tetap berpegang teguh pada Al-Q uran dan Hadis sebagai dasar untuk selalu berakhlak mulia karena takut akan laknat dari Allah SWT dan hanya mengharap ridho serta kebaikan dari Allah SWT. Niscaya generasi mendatang adalah generasi yang tangguh dan berakhlak mulia.
Daftar Pustaka:
Bharadwaj, A. S. (2000). A Resource-Based Perspective on Information Technology Capability and Firm Performance: An Empirical Investigation. MIS Quarterly, 24(1), 169. https://doi.org/10.2307/3250983
Dewi, D. A., Hamid, S. I., Annisa, F., Oktafianti, M., & Genika, P. R. (2021). Menumbuhkan Karakter Siswa melalui Pemanfaatan Literasi Digital. Jurnal Basicedu, 5(6), 5249–5257. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i6.1609
Faridah, N. R., Afifah, E. N., & Lailiyah, S. (2022). Efektivitas Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Kemampuan Literasi Numerasi dan Literasi Digital Peserta Didik Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Basicedu, 6(1), 709–716. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.2030
Firmansyah, D., Saepuloh, D., & Dede. (2022). Daya Saing: Literasi Digital dan Transformasi Digital. Journal of Finance and Business Digital, 1(3), 237–250. https://doi.org/10.55927/jfbd.v1i3.1348
Mariën, I., Baelden, D., & Iordache, C. (2017). Developing Digital Skills and Competences: A Quick-Scan Analysis of 13 Digital Literacy Models. Italian Journal of Sociology of Education, 9(02/2017), 6–30. https://doi.org/10.14658/pupj-ijse-2017-1-2