Di sebuah desa kecil yang terletak di tengah hutan lebat, hiduplah seorang gadis bernama Maya. Sejak kecil, Maya selalu mendengar cerita dari neneknya tentang sebuah legenda yang selalu membuatnya penasaran. Legenda itu bercerita tentang sebuah “nafas yang tak terhenti”, yang dikatakan dapat menghubungkan dunia manusia dengan dunia roh.
Maya sering kali bertanya kepada neneknya tentang apa sebenarnya “nafas yang tak terhenti” itu, namun nenek selalu menjawab dengan senyum misterius, “Hanya orang yang siap hati yang bisa mengerti maknanya.”
Suatu malam, ketika bulan purnama bersinar terang di langit, Maya terbangun dari tidurnya. Suara angin berdesir halus, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang jatuh. Ia merasa ada sesuatu yang aneh. Entah kenapa, hatinya terasa berdebar-debar, seolah ada panggilan yang harus diikuti.
Maya memutuskan untuk berjalan keluar rumah. Di bawah sinar bulan, ia berjalan menuju tepi hutan yang gelap, tempat nenek sering bercerita tentang roh-roh yang bersemayam. Semakin dalam ia berjalan, semakin kuat ia merasakan sebuah kehadiran. Ada sesuatu yang menyapanya, mengundangnya untuk melangkah lebih jauh.
Tiba-tiba, di tengah kegelapan hutan, Maya mendengar suara lirih, seperti nafas yang terengah-engah, sangat dekat namun entah dari mana asalnya. “Nafas yang tak terhenti,” bisik suara itu, terdengar seperti suara neneknya yang sudah lama tiada.
Dengan rasa penasaran yang semakin membuncah, Maya melangkah lebih jauh hingga tiba di sebuah pohon besar yang sangat tua. Pohon itu terlihat seperti pohon yang sering diceritakan oleh neneknya dalam legenda. Di bawah pohon, ada sebuah batu besar yang tampak bersinar dengan cahaya lembut.
Tiba-tiba, Maya merasa tubuhnya seperti terangkat sedikit. Ia menutup matanya dan mendengar suara itu lagi, kali ini lebih jelas.
“Nafas ini… adalah kehidupan yang tidak pernah berhenti meskipun fisik sudah tiada. Ini adalah ikatan yang menghubungkan alam roh dan manusia,” suara itu menjelaskan.
Maya membuka matanya, dan di hadapannya muncul sosok neneknya yang tampak lebih muda, berdiri di samping batu besar. Nenek itu tersenyum lembut.
“Anakku, kau telah sampai di sini karena nafasmu sendiri. Nafas yang tak terhenti bukan berarti tubuhmu terus hidup selamanya. Tetapi, melalui hatimu, kenangan, dan cinta, kau akan tetap hidup dalam ingatan orang-orang yang kau tinggalkan.”
Maya merasa hatinya hangat. Ia mengerti sekarang. Nafas yang tak terhenti adalah cara roh-roh dan kenangan tetap hidup, terus mengalir melalui setiap jiwa yang mencintai dan mengenang.
“Nafas ini akan terus hidup dalam setiap tindakan kebaikanmu, setiap kata yang kau ucapkan, dan setiap langkah yang kau ambil. Selama ada cinta, selama ada ingatan, maka nafas itu akan terus ada, tak pernah berhenti,” kata neneknya, sebelum perlahan menghilang ke dalam cahaya.
Maya terbangun dari tidurnya, merasa seperti baru saja menjalani sebuah perjalanan yang panjang. Ia tahu, meskipun neneknya telah tiada, namun nafas yang tak terhenti itu akan selalu ada dalam dirinya—dalam setiap kenangan yang hidup, dalam setiap langkah hidup yang penuh makna.
Sejak malam itu, Maya hidup dengan lebih penuh arti, mengingat setiap orang yang pernah ia cintai, dan berusaha untuk meninggalkan jejak kebaikan yang akan dikenang selamanya.
Oleh: Mochammad Alib Nur Romadhon, Mahasiswa UIN Prodi KPI 2023