Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Kolom

Normalisasi Budaya Luar vs Ketahanan Identitas Kita

×

Normalisasi Budaya Luar vs Ketahanan Identitas Kita

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Kayla Naswa Khairunnisa, Mahasiswa Aktif Jurusan KPI UIN Salatiga

Budaya luar negeri yang semakin berkembang di Indonesia seiring dengan kemajuan globalisasi dan teknologi informasi. Pengaruh ini terlihat jelas dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Contohnya sekarang, masyarakat indonesia makin banyak mengikuti gaya (tren) berpakaian dari budaya Barat dan Korea yang dimana itu semakin mendominasi pasar di Indonesia, cara berpakaian yang mengikuti budaya luar negeri.

Example 300x600

Mereka tidak malu dan tentunya merasa terlihat keren dan fashionable dengan pakaian yang sangat terbuka bahkan di setiap harinya, ada juga sekarang tren baju hijab mereka malah mengenakan pakaian ketat (crop top) yang sangat tidak etis untuk dikenakan seseorang yang seharusnya menutup auratnya. Bahkan ada juga contohnya, yaitu pakaian adat korea yang tiba-tiba masuk di Indonesia dan menjadi satu dengan pakaian khas Indonesia yang sekarang dikenal dengan nama ‘hanbok kebaya’ itu adalah pakaian adat kebaya indonesia yang menjadi satu dengan hanbok.

Tidak hanya tentang gaya berpakaian, tapi ada juga ‘Toxic friendship’ hubungan ini sering kali hanya menguntungkan satu pihak dan dapat menyebabkan stres serta kecemasan, mereka yang memiliki ego yang tinggi bahkan kurangnya empati. Seperti contohnya adalah sebuah pertemanan yang disebut circle mereka yang toxic yang tidak mau berteman dengan orang dari kelas bawah, atau semisalnya seseorang yang tidak memakai hp iphone itu tidak bisaberteman dengan circle mereka , itu bisa menjadi alasan pertemanan yang toxic. Sangat benar-benar miris melihatnya karena mereka tidak mencerminkan budaya Indonesia dan sikap Pancasila Sila yang ke-2 yaitu (kemanusiaan yang adil dan ber’adab), Nilai sosial yang rendah sangat tidak mencerminkan kita sebagai rakyat Indonesia.

Terakhir yang saya akan contohkan yaitu tentang berpacaran yang sangat berlebihan, mereka yg melewati batas dan mengikuti gaya berpacaran orang luar negeri. Mereka anak-anak remaja yang bangga memamerkan perbuatan zina mereka lewat sosial media dengan skinship yang berlebihan, bahkan mereka juga ada yang berani bercerita di sosial media contohnya di Twitter atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan (x), bahwa mereka pernah melakukan hubungan sex bersama pasangan mereka.

Meskipun tidak semua pasangan terlibat dalam perilaku ini, ada tekanan dari media dan teman sebaya yang mendorong remaja untuk melakukan hubungan seksual, yang notabenya mereka belum sah menjadi pasangan suami istri dan hanya sebatas hubungan berpacaran dan ini sudah cukup umum di negeri kita ini.Sedih rasanya ketika kita melihat perkembangan teknologi dan zaman sekarang, namun pada kenyataannya sisi negatif nya lebih mendominasi ketimbang sisi positif nya.

Jadi, saya menyarankan agar kita sebagai masyarakat di Indonesia ini sebaiknya harus lebih aware dan berhati-hati. Dalam bermain sosial media dan juga mencari teman di kehidupan nyata karena pergaulan sekarang sangat penting untuk lebih dibatasi dan jangan terlalu terbuka ke orang lain. Kita juga harus lebih membanggakan karya-karya dan budaya lokal kita, sebagai bangsa Indonesia.

Selain itu, penguatan identitas budaya juga bisa melalui pendidikan, penyuluhan di sekolah. Masyarakat juga perlu melakukan seleksi terhadap budaya asing, hanya mengadopsi elemen yang sesuai dengan norma dan nilai lokal. Dukungan terhadap produk-produk lokal juga sangat amat penting sebagai bentuk cinta terhadap ekonomi dalam negeri ini.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *