Oleh: Muhammad Aufal Fresky*)
Jika kita menilik sejarah perjalanan bangsa di masa silam, terkuaklah peran pemuda yang begitu besar. Sejak pra-kemerdekaan hingga pasca-reformasi, kontribusi kaum muda benar-benar nyata. Bahkan, silih bergantinya pemimpin di negeri ini, tak luput dari aksi-aksi pemuda. Spirit perjuangan dan pengabdian kaum muda di masa lalu tertoreh dalam lembaran tinta emas. Bukan sekadar membabat habis imprealisme dan kolonialisme yang bercokol di Bumi Pertiwi. Lebih dari itu, pemuda di masa lalu sungguh-sungguh dalam mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Komitmennya dalam menghalau segala penindasan antar-sesama manusia tidak bisa dibantah.
Lantas, kita pun bertanya-tanya, puluhan tahun sejak kemerdekaan, bagaimana dengan peran pemuda hari ini? Apakah sudah menunjukkan taringnya untuk mendharmabaktikan diri demi Indonesia? Situasi dan kondisi zaman pemuda hari ini dan masa lalu, khususnya di masa pra-kemerdekaan, memang berbeda. Perjuangannya pun tidak sepenuhnya sama. Sebab, dulu, kaum muda bersatu-padu menggalang segala kekuatan untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Musuhnya satu yaitu imprealis dan kolonialis yang betul-betul menghisap kekayaan di negeri ini. Mereka juga mengeksploitasi rakyat demi kepentingan pribadi dan golongannya. Di sisi lain, rakyat dibiarkan menderita dan hidup dalam tekanan.
Keadaan semacam itulah yang mendorong dan menggerakkan pemuda di masa lalu untuk merombak tatanan dan sttruktur masyarakat yang penuh dengan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. Di tengah keterhimpitan dan keterbatasan itulah muncul solidaritas antar-pemuda untuk menggelorakan semangat perjuangan. Idealismenya membara. Tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kemerdekaan Indonesia adalah harga mati.
Kemudian, setelah tercapai cita-cita kemerdekaan itu, bukan berarti semuanya telah selesai. Kemerdekaan yang kita raih bukanlah akhir dari perjuangan. Kemerdekaan sebatas jembatan emas untuk mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan bermartabat. Sebab itulah, hemat saya, generasi sekarang memiliki hutang budi yang wajib ditunaikan. Bukan hanya menikmati kemerdekaan. Namun juga mengisinya dengan hal-hal positif dan produktif. Tanggung jawab pemuda hari ini adalah meneruskan perjuangan yang telah dirintis generasi di masa lalu. Sebab, sekali lagi, di balik kemerdekaan yang kita nikmati hari ini, terdapat rintihan tangisan, cucuran keringat, dan tetesan darah para patriot bangsa.
Kini, kita semua dihadapkan tantangan yang cukup kompleks dalam mengisi kemerdekaan. Terutama dalam mewujudkan cita-cita besar yang telah dicangankan oleh generasi masa lalu. Api perjuangan pahlawan bangsa harus senantiasa hidup. Hal itu juga sebagai ungkapan syukur kita kepada Tuhan atas nikmat kemerdekaan. Juga sebagai rasa terima kasih pada patriot yang telah mendahului kita.
Sebab itu, pemuda hari mesti berani mengambil sikap menjadi subyek atau aktor perubahan. Bukan sekadar objek dan penonton dari beragam dinamika sosial masyarakat. Apalagi, beragam tantangan yang dihadapi pemuda hari ini juga kian beragam. Mulai dari maraknya judi online, peredaran narkoba, pergaulan bebas, tawuran, dan sebagainya. Belum lagi berbicara mengenai krisis nasionalisme yang mulai menjangkiti pemuda di negeri ini. Bertambah pula tantangannya.
Suwardi dalam tulisannya berjudul Revitalisasi Pemuda Demi Memajukan Indonesia, menguraikan dengan cukup gamblang bahwa pemuda hari ini dihadapkan pada sebuah pilihan. Hendak menjadi gelembung atau gelombang. Analogi tersebut mengandung makna yang cukup dalam. Kita tinggal memiihnya. Ketika memilih menjadi gelembung artinya pemuda hanya bisa bergerak di tempat. Sebab, gelembung itu ringan, mudah terombang-ambing. Mengikuti kemana saja angin membawanya. Itu pun kalau angin yang lemah. Sementara kalau anginnya kuat, pecahlah dia. Dan apabila diam, juga akan pecah dengan sendirinya.
Beda halnya jika memilih menjadi gelombang. Kiprah dan aksinya seperti halnya gelombang yang dinamis. Dia selalu bergerak ke depan tanpa henti dari waktu ke waktu. Ia selalu bersih dan membersihkan. Di dalam gelombang pun tersimpan energi yang luar biasa besar dan dahsyat. Baik yang tampak tenang gerakannya, maupun yang mengerikan gerakannya. Intinya, siap menghantam terumbu karang yang menjulamg.
Terkadang, pemuda yang cerdas dan idealis bisa saja terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya manakala tidak kuat mempertahankan idealismenya. Dalam hal ini, pemuda akan kembali diuji, apakah sanggup menciptakan arus atau justru sebeliknya yakni terbawa arus. Tidak jarang, pemuda-pemuda yang masuk di lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif mulai goyah prinsipnya ketika godaan materi dan kekuasaan mulai mengusiknya. Apalagi, kesempatan emas untuk memperkaya diri itu di depan mata.
Apakah akan tergiur atau tidak? Itu semua akan kembali pada karakter sang pemuda. Jika bisa menangkal godaan itu, maka bisa dipastikan dia adalah pemuda yang berintegritas dan taat pada konstitusi. Baginya, jabatan atau kekuasaan hanyalah jalan untuk memperluas jalan pengabdiannya untuk nusa dan bangsa. Bukan untuk mempertebal kantong pribadinya. Dia masuk sistem pemerintahan bukan untuk menjadi buih dan gelembung. Lebih dari itu, untuk menjadi gelombang. Siap mengambil segala risiko yang dihadapinya nanti akibat keputusannya.
Pemuda semacam itu tidak bersedia berkompromi dengan segala jenis kepalsuan. Yang ada dalam hati dan pikirannya yaitu bagaimana bisa memperjuangkan nasib rakyat. Entah itu, pemuda tersebut berada di dalam atau di luar pemerintahan, apa pun profesinya, dia akan berusaha untuk proaktif berkontribusi untuk negeri. Mereka tidak sudi bersekongkol dengan oligarki ataupun kapitalis yang kerap kali menjadi benalu di tengah masyarakat. Mereka menjadikan Pancasila sebagai pandangan hidupnya.
Nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan menjadi denyut urat nadinya. Langkah-langkahnya jelas, terencana, dan terarah dalam mengankat harkat dan martabat bangsa. Sebab, baginya perjuangan belum sampai garis finish. Perjuangan hari ini adalah perjuangan melawan korupsi, kolusi, nepotisme, narkoba, judi online, kesewenang-wenangan, dan segala jenis ketidakadilan.
Akhirnya, pemuda hari ini didambakan oleh segenap masyarakat untuk bersatu padu dan semakin solid dalam mewujudkan kehidupan yang lebih adil dan makmur. Apalagi, kita sedang bersiap-siap, sedang berbenah, dalam rangka mewujudkan Indonesia Emas 2045. Saya selaku penulis merasa bahwa visi besar itu hanya akan menjadi ilusi tanpa peran nyata pemuda. Dan para pemuda hari ini pun harus sadar diri akan peran pentingnya di tengah masyarakat. Sehingga, mulai sekarang bisa segera bekemas-kemas untuk mengembangkan diri. Entah itu dengan cara memperkaya wawasan, memperdalam ilmu, melatih keterampilan berorganisasi, memperluas networking, dan sebagainya. Intinya, pemuda hari ini harus berilmu, berakhlak, bermental baja, dan bersikap partiotik untuk mengemban tugas suci nan mulai. Yakni, membangun Indonesia yang gilang-gemilang di masa depan. Bahkan, bukan tidak mungkin, pemuda kita, kelak bisa menjadikan Indonesia sebagai poros peradaban dunia. Kembali lagi, tinggal kita pilih, mau menjadi gelembung atau gelombang?
*) Penulis buku Empat Titik Lima Dimensi