Oleh: Mochamad Faqih, Ketua Bidang Pemberdayaan Ekonomi Keumatan PW GPII Jawa Tengah
Ramadlan merupakan momen yang paling dinantikan oleh ummat muslim, bukan hanya sekedar bulan yang penuh ibadah dan keberkahan, tetapi juga saat yang tepat untuk memperbaiki kondisi finansial. Di bulan ini, aktivitas ekonomi meningkat seiring dengan bertambahnya kebutuhan masyarakat, seperti makanan berbuka puasa, pakaian muslim, hingga persiapan menjelang Idul Fitri. Jika kita cermat dalam melihat peluang, Ramadlan bisa menjadi momentum untuk mengembangkan usaha yang halal dan penuh berkah. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al-Baqarah: 275).
Ayat ini menjadi pedoman bagi kita bahwa berdagang dengan cara yang benar dan jujur adalah salah satu sumber rezeki yang halal dan diberkahi.Tidak sedikit orang menganggap bahwa Ramadlan identik dengan pengeluaran yang meningkat, baik untuk kebutuhan pribadi maupun sosial. Namun, jika dikelola dengan bijak, justru bulan ini bisa menjadi ajang untuk mengatur keuangan lebih baik. Dengan perencanaan yang matang, kita dapat membagi pengeluaran secara seimbang antara kebutuhan sehari-hari, investasi, dan sedekah. Dengan demikian, bukan hanya kestabilan finansial yang terjaga, tetapi juga keberkahan dalam rezeki bisa kita raih.
Lebih dari sekadar meningkatkan pendapatan, menjalankan bisnis di bulan Ramadlan juga bisa menjadi sarana untuk berbagi dan memberi manfaat kepada orang lain. Rasulullah sendiri merupakan seorang pedagang yang sukses dengan prinsip kejujuran dan keadilan dalam transaksi. Jika kita mengikuti jejak beliau, bisnis yang dijalankan dengan niat yang baik dan penuh kejujuran tidak hanya membawa keuntungan finansial, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat. Oleh karena itu, Ramadlan seharusnya bukan hanya dimanfaatkan untuk meningkatkan ibadah, tetapi juga sebagai kesempatan untuk membangun masa depan finansial yang lebih baik.
Di bulan ini, konsumsi masyarakat meningkat drastis karena banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, seperti makanan berbuka puasa, persiapan Lebaran, serta meningkatnya semangat untuk berinfak dan bersedekah. Fenomena ini mendorong perputaran ekonomi yang lebih besar dibandingkan bulan-bulan lainnya. Hal ini memberikan peluang bagi siapa saja yang ingin terlibat dalam aktivitas ekonomi, baik sebagai pembeli maupun sebagai pelaku usaha.
Ada banyak sektor bisnis yang berkembang pesat selama Ramadlan, seperti kuliner berbuka puasa, pakaian muslim, parcel Lebaran, hingga bisnis digital seperti kursus online dan produk desain. Dengan strategi yang tepat, usaha di bulan Ramadlan tidak hanya mendatangkan keuntungan finansial, tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat. Menjalankan usaha dengan niat membantu dan berbagi kepada sesama akan semakin memperkuat nilai spiritual dalam bisnis, sehingga rezeki yang diperoleh lebih berkah dan bermanfaat.
Namun, meningkatkan finansial di bulan Ramadlan bukan hanya soal mencari keuntungan semata. Islam mengajarkan bahwa keberkahan dalam rezeki jauh lebih penting daripada sekadar jumlahnya. Dalam berdagang, kita harus tetap berpegang pada prinsip kejujuran, menghindari kecurangan, serta menjaga etika dalam bisnis. Sebagaimana Rasulullah bersabda:Pedagang yang jujur dan terpercaya akan bersama para nabi, orang-orang yang benar, dan para syuhada di hari kiamat. (HR. Tirmidzi).
Selain itu, Allah juga menegaskan dalam Al-Qur’an:Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. (QS. An-Nisa: 29)
Prinsip utama dalam memperoleh keberkahan rezeki adalah menjauhi riba dan transaksi yang merugikan. Bisnis yang dikelola dengan cara yang halal dan adil tidak hanya memberikan ketenangan bagi pelakunya, tetapi juga menciptakan hubungan yang baik dengan pelanggan dan masyarakat. Selain itu, menetapkan harga yang wajar dan tidak menaikkan harga secara berlebihan menjadi bentuk tanggung jawab moral dalam berbisnis, terutama di bulan suci yang penuh keberkahan.
Selain itu, menyisihkan sebagian keuntungan untuk sedekah juga merupakan cara untuk menambah keberkahan dalam usaha. Dengan berbagi rezeki kepada mereka yang membutuhkan, seorang pengusaha tidak hanya membantu sesama, tetapi juga memperkuat nilai spiritual dalam bisnisnya. Dengan cara ini, usaha yang dijalankan selama Ramadlan tidak hanya berkembang secara finansial, tetapi juga menjadi sarana untuk berbagi manfaat dan mendapatkan ridha Allah.
Ramadlan adalah bulan perubahan, baik dalam aspek spiritual maupun ekonomi. Bagi mereka yang cerdas dalam melihat peluang, bulan ini bisa menjadi titik awal untuk membangun usaha, mengatur keuangan dengan lebih bijak, dan merencanakan strategi finansial jangka panjang. Dengan meningkatnya aktivitas ekonomi selama Ramadlan, ada banyak kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemasukan, baik melalui bisnis musiman maupun pengelolaan keuangan yang lebih baik.
Keberhasilan finansial di bulan Ramadlan bergantung pada niat yang lurus, strategi yang tepat, dan keberanian untuk mengambil langkah. Dengan mengombinasikan semangat beribadah dan kesadaran finansial, Ramadlan bisa menjadi titik awal menuju kebebasan finansial yang lebih baik. Oleh karena itu, menjadikan Ramadlan kali ini sebagai momentum untuk memperbaiki tidak hanya keimanan, tetapi juga kondisi ekonomi kita agar lebih stabil dan penuh berkah merupakan hal yang penting. Wallahu a’lam bi al shawab.