Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Mimbar Mahasiswa

Refleksi Kritis atas Demokrasi Kampus

×

Refleksi Kritis atas Demokrasi Kampus

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Prima Arifin Dhiya Adnan, Mahasiswa UIN Salatiga

Dalam kehidupan berbangsa, demokrasi merupakan jalan utama dalam berbagai aspek, termasuk dalam kehidupan bermasyarakat di lingkungan kampus. Berdasarkan pengamatan saya, sistem demokrasi di kampus belum berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip idealnya. Kampus yang seharusnya menjadi tempat belajar nilai-nilai demokrasi justru kerap menjadi arena dominasi satu kelompok, khususnya organisasi eksternal yang sangat berpengaruh—dalam hal ini sebut saja sebagai organisasi X.

Example 300x600

Organisasi X ini memiliki kekuatan besar dalam mempengaruhi jalannya demokrasi kampus. Dalam pemilihan ketua himpunan, DEMA, maupun senat mahasiswa, hampir semua calon yang maju berasal dari organisasi ini. Mereka hampir selalu memenangkan pemilihan, bukan karena dukungan mayoritas mahasiswa, melainkan karena kekuatan dan pengaruh yang dimiliki organisasi tersebut.

Dari yang saya amati, sedikit sekali mahasiswa di luar organisasi X yang mencalonkan diri. Jika pun ada, peluang mereka sangat kecil untuk menang karena struktur dan sistem sudah sedemikian rupa diarahkan untuk mendukung organisasi X. Proses kaderisasi dan penyebaran informasi juga lebih dikuasai oleh mereka. Sebagai mahasiswa baru, saya cukup terkejut dengan kondisi ini, terlebih karena prinsip-prinsip demokrasi seperti kebebasan berpendapat, keadilan dalam kompetisi, dan kebebasan memilih sering kali diabaikan.

Saya juga membaca berita dari salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di kampus yang mengangkat isu “Boikot Pemira Menuju Restorasi Demokrasi.” UKM tersebut menyuarakan bahwa mahasiswa yang tidak tergabung dalam kelompok tertentu kerap mengalami kesulitan saat hendak masuk dalam organisasi kemahasiswaan seperti HMPS, SEMA, atau DEMA. Sistem kepartaian yang tidak sehat menyebabkan terbatasnya akses bagi mahasiswa yang tidak memiliki afiliasi. Sayangnya, setelah aksi itu dilakukan, saya tidak mengetahui adanya tindak lanjut atau perubahan yang berarti.

Dari pengalaman dan pengamatan ini, saya menyadari bahwa demokrasi di kampus menghadapi banyak tantangan. Demokrasi bukan hanya soal menjalankan mekanisme pemilihan, tetapi juga tentang membangun ruang yang adil bagi setiap suara. Demokrasi yang sehat harus dilandasi dengan prinsip kesetaraan, keterbukaan, dan penghormatan terhadap perbedaan pendapat.

Sebagai mahasiswa yang tidak terlalu aktif dalam organisasi, saya tetap mendapatkan pelajaran penting: menjaga demokrasi tidak harus dilakukan melalui jabatan resmi. Sikap kritis, berani menyuarakan pendapat, dan kesediaan untuk mempertanyakan ketidakadilan juga merupakan bagian dari kontribusi kita dalam membangun demokrasi kampus yang lebih baik.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *