Semarang, PikiranBangsa.co – Pengajian rutin ibu-ibu Masjid Nurul Iman, Dusun Ngaglik RT 1, Desa Bonomerto, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, menjadi momen istimewa setiap hari Jumat siang (25/072025). Kegiatan keagamaan yang sudah berlangsung sejak lama ini tidak hanya menjadi tempat memperdalam ilmu agama, tetapi juga sebagai ruang berkumpul, berbagi kisah, dan mempererat hubungan antarwarga. Sejak kehadiran mahasiswi Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Walisongo Semarang Posko 121, suasana pengajian terasa semakin semarak, bersemangat, dan penuh warna kebersamaan.
Mahasiswi KKN dari UIN Walisongo ini menunjukkan antusiasme tinggi dalam mendukung jalannya kegiatan. Tidak sekadar datang sebagai peserta, mereka berkontribusi aktif dalam setiap pelaksanaan pengajian. Peran mereka cukup beragam, mulai dari menjadi pembawa acara, memimpin pembacaan tahlil dan mahalul qiyam, hingga menyampaikan tausiyah. Semangat para mahasiswi ini tak hanya memeriahkan suasana, tetapi juga menularkan semangat belajar dan beribadah kepada para jamaah, khususnya kaum ibu.
Ibu Tursiyah, Ketua Jamaah Putri Masjid Nurul Iman, menyambut baik kehadiran para mahasiswa tersebut. Ia mengungkapkan rasa syukurnya karena sejak kehadiran mahasiswa, pengajian terasa lebih dinamis dan memberi semangat baru. “Kami merasa senang sekali. Adik-adik mahasiswa membawa keceriaan, mereka sopan, semangat, dan mampu menyatu dengan warga. Mudah-mudahan mereka bisa terus aktif mendampingi kami selama di desa ini,” ucapnya penuh haru.
Kegiatan minggi ini, diisi oleh H. Munir, tokoh masyarakat setempat yang dikenal dengan gaya penyampaian yang sejuk dan menyentuh hati. Dengan diselingi lantunan syi’ir dan sholawat, H. Munir membawakan tema yang sangat relevan, yakni “Tiga Ciri Orang yang Dicintai Allah SWT”. Menurutnya, tiga sifat tersebut adalah sabar, lemah lembut, dan semangat dalam menuntut ilmu (tholabul ilmi).
Dalam penjelasannya, H. Munir menguraikan bahwa sabar bukan hanya sekadar menahan emosi atau bersikap tenang saat diuji, tetapi juga bentuk keteguhan hati dalam melaksanakan perintah Allah, seperti sabar dalam menjalankan shalat, sabar dalam berbuat baik, dan sabar dalam menjauhi larangan-Nya. “Sabar itu tidak instan, tapi membentuk pribadi yang kuat dan diridhai Allah,” tegas beliau.
Sifat kedua, lemah lembut, menurut H. Munir adalah cerminan akhlak Rasulullah. Ia menjelaskan bahwa kelembutan bukan kelemahan, justru merupakan kekuatan hati yang mampu melembutkan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, kelembutan dapat menyelesaikan banyak masalah tanpa kekerasan dan membuka jalan dakwah yang lebih efektif. “Dengan kelembutan, kita bisa menyampaikan kebaikan tanpa menyakiti,” ucapnya dengan penuh makna.
Sifat ketiga yang menjadi sorotan adalah semangat menuntut ilmu. H. Munir menekankan bahwa belajar adalah kewajiban setiap muslim, tanpa batasan usia maupun status sosial. Bahkan para ibu rumah tangga pun memiliki peluang besar untuk memperdalam ilmu agama dan pengetahuan praktis lainnya. “Selama kita punya niat, Allah pasti akan bukakan jalan. Tidak ada kata terlambat untuk belajar,” katanya menyemangati para jamaah.
Tak hanya itu, beliau juga menyoroti pentingnya peran orang tua di era digital. Ia mengingatkan agar para orang tua lebih peduli terhadap penggunaan teknologi oleh anak-anak, khususnya handphone. Menurutnya, pengawasan dan pendidikan akhlak sangat penting untuk membentengi generasi muda dari dampak negatif teknologi. Orang tua harus aktif mendampingi dan menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Materi pengajian juga diselingi dengan penjelasan tentang amal jariyah, yakni perbuatan baik yang pahalanya terus mengalir meski pelakunya telah tiada. Salah satu contoh nyata yang disampaikan adalah memberi makanan kepada orang lain. “Jika makanan yang kita berikan menjadi tenaga untuk orang lain beribadah, maka kita akan mendapatkan pahala yang terus-menerus,” tutur H. Munir.
Pengajian ditutup dengan pesan moral yang mendalam: memudahkan urusan orang lain adalah salah satu bentuk ibadah yang besar pahalanya. Perbuatan baik yang sederhana, jika dilakukan dengan niat tulus dan konsisten, dapat menjadi amal yang berdampak besar bagi diri sendiri maupun orang lain.
Kolaborasi antara mahasiswa KKN UIN Walisongo MIT 20 Posko 121 dan warga Dusun Ngaglik ini menjadi bukti bahwa sinergi antar generasi bisa membawa manfaat besar. Kegiatan pengajian ini tidak hanya memperkuat keimanan, tetapi juga membangun hubungan sosial yang erat dan saling mendukung. Semangat kebersamaan, cinta ilmu, serta tekad untuk menebar kebaikan membuat pengajian ini menjadi ruang dakwah yang hangat dan penuh makna, baik bagi warga maupun para mahasiswa yang sedang mengabdi di tengah masyarakat.
Oleh: Sayyida Roychana Salma