PikiranBangsa.co, PATI – Budiati (31), seorang ibu ditemukan tewas sambil memeluk bayinya di dalam kamar rumah kontrakannya di Perumahan Griya Pesona, Dukuh Ngipik, Desa Kutoharjo, Kecamatan Pati, pada Rabu (14/6/2023) malam.
Selain bayi, di dalam kamar tersebut juga ditemukan dua anak Budiati yang dalam kondisi lemas memeluk punggung ibunya.
Sang bayi kemudian dilarikan ke rumah sakit karena mengalami dehidrasi.
Jasad Budiati pertama kali ditemukan oleh sang suami, Mashuri (45) yang baru pulang bekerja selama beberapa hari di Kabupaten Rembang.
Dari hasil penyelidikan, polisi menetapkan Mashuri sebagai tersangka atas kematian Budiati yang ternyata menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga oleh sang suami.
Mengenakan kaus oranye, Mashuri menunduk-nunduk malu saat digelandang ke ruang interogasi Sat Reskrim Polresta Pati, Jumat (16/6/2023).
Kasat Reskrim Polresta Pati Kompol Onkoseno G Sukahar mengatakan, dari hasil otopsi disimpulkan bahwa Budiati sempat menerima tindakan penganiayaan sebelum tewas.
Saat diinterogasi, Mashuri pun mengakui pernah memukuli istrinya.
“Dari hasil otopsi. ditemukan memar-memar di kepala korban yang pada akhirnya mengakibatkan korban meninggal dunia,” kata Onkoseno.
Ia mengatakan kematian korban tak langsung terjadi, namun merupakan akumulasi kekerasan yang dilakukan sang suami. Terlebih kondisi korban belum fit pasca-melahirkan. Polisi menduga Budiati meninggal sejak Selasa (13/6/2023) atau dua hari sebelum ditemukan.
“Suami korban mengakui melakukan pemukulan pada istrinya pada Jumat sepekan sebelumnya. Tapi sebelum itu juga pernah melakukan penganiayaan karena sifatnya temperamental,” ujar dia. Menurut Onkoseno, Mashuri mengaku marah pada istrinya dan melakukan penganiayaan karena dipicu rasa cemburu. “Dia bilang, saat mau melihat HP (ponsel) istrinya, dia dilarang. Hal ini membuat pelaku mencurigai istrinya punya selingkuhan,” kata dia.
Sementara itu ayah Budiati, Gunadi (61) bercerita bahwa putrinya dipukuli Mashuri pada Jumat (9/6/2023). “Sabtu (10/6/2023) itu saya mengunjungi cucu-cucu saya untuk memberi uang jajan. Saat itu anak saya menangis sambil matanya melirik suaminya,” kata Gunadi saat ditemui di kediamannya, Desa Karangrejo, Kecamatan Juwana. “Dia menangis sambil tangannya menekan bagian tubuhnya yang sakit. Ternyata dia dipukuli pada hari Jumat,” tambah Gunadi. Gunadi mengatakan sebelum diketahui Budiati telah meninggal, cucu-cucunya tidak mengetahui bahwa ibunya sudah tiada.
“Jadi selama hampir dua hari dua malam mereka terlantar. Makan apa saja yang ada di kulkas. Begitu makanan di kulkas habis ya sudah,” kata dia.
Menurut Gunadi, orang yang kali pertama mengetahui bahwa Budiati telah meninggal bukanlah Mashuri, melainkan Ketua RT setempat. “Ketahuannya itu karena anak yang bayi nangis lama tidak diberi susu. Akhirnya RT setempat mendobrak dan melihat anak saya sudah meninggal dunia,” kata dia.
“Setelah Pak RT datang, baru suami anak saya pura-pura datang dan bertanya-tanya apa yang terjadi dan teriak minta tolong. Dia juga takut waktu ada yang lapor polisi. Berarti kan dia punya kesalahan,” jelas Gunadi. Saat itu menurut Gunadi, Mashuri tampak gelisah. Dia merokok satu-dua hisapan lalu rokoknya dibuang sebelum habis. Selain itu ia melihat Mashuri juga terus memegangi kepalanya.
Dari situlah Gunadi menaruh curiga. Gunadi mengaku selama ini ia tak mengikhlaskan anaknya dinikahi oleh Mashuri karena pelaku menikahi korban secara siri. “Anak saya itu sebelumnya punya suami sah waktu masih kerja di Jakarta. Belum pernah cerai tapi saat pulang ke Pati, kenal Mashuri, dia selalu didesak untuk menceraikan suaminya,” ucap dia. Gunadi menyebut tanpa seizin dirinya, Mashuri membawa kabur Budiati.
“Begitu dapat surat merah (akta cerai) langsung dinikahi secara tidak resmi. Nikah siri. Saya dibohongi katanya harus setuju karena anak saya sudah mengandung anak dari Mashuri,” ungkap dia.
Menurut Gunadi, dia tidak merestui hubungan anaknya dengan Mashuri karena selama ini ia melihat Mashuri berwatak keras dan mudah marah. Gunadi juga menyebut pelaku punya kebiasaan mabuk dan berjudi. Karena itu ia berharap Mashuri bisa dihukum seberat-beratnya.
“Saya ikhlas atas kepergian anak saya. Saya doakan diterima di sisi Allah. Tapi jangan sampai anak saya mati konyol, nyawanya direndahkan. Karena itu pelaku harus dihukum seberat-beratnya. Kalau hukumannya ringan, saya berani membunuh (pelaku) dan rela dipenjara,” tegas Gunadi. Saat ini, anak sulung dan anak kedua Budiati dirawat oleh Gunadi di rumahnya.
Sementara, anak bungsu yang masih bayi saat ini masih mendapat perawatan intensif di RSUD RAA Soewondo Pati.