Nama Zulkifli Hasan kembali menjadi sorotan publik. Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) yang kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pangan itu berhasil mencatatkan prestasi politik yang cukup penting. Lembaga survei Strategic and Political Insight Network (SPIN) menobatkannya sebagai Menko dengan kinerja terbaik di Kabinet Merah Putih, pemerintahan Prabowo-Gibran. Hasil ini lahir dari survei nasional yang dilakukan pada 1-9 Oktober 2025, melibatkan 1.600 responden dari 38 provinsi. Dalam survei itu, Zulhas memperoleh 24,4 persen suara, mengungguli Menko lainnya dan menempatkannya di posisi puncak dalam persepsi publik.
Pencapaian ini tidak terlepas dari serangkaian kebijakan konkret yang dijalankannya dalam beberapa bulan terakhir. Di saat negara-negara lain masih bergulat dengan krisis pasokan dan gejolak harga pangan dunia, Indonesia justru mencatatkan stabilitas cadangan pangan tertinggi sepanjang sejarah. Situasi ini bukan kebetulan, melainkan hasil dari strategi yang terencana. Zulhas mendorong optimalisasi program ketahanan pangan nasional, dengan memperkuat rantai pasok dari hulu hingga hilir. Ia menggerakkan percepatan distribusi hasil panen, memastikan pasokan tidak terhambat, dan menjaga harga di tingkat konsumen tetap stabil. Kebijakan ini terasa nyata di pasar tradisional, di warung, bahkan di dapur masyarakat.
Salah satu langkah penting yang memperkuat posisinya di mata publik adalah pembentukan Koperasi Merah Putih. Program ini bukan sekadar proyek simbolik, melainkan upaya sistematis untuk memperpendek rantai distribusi pangan dengan melibatkan langsung petani, pedagang kecil, dan konsumen. Melalui koperasi ini, harga pangan dapat lebih dikendalikan karena mata rantai tengkulak dipangkas. Publik melihat kebijakan ini bukan hanya sebagai ide besar, tapi solusi nyata yang menyentuh kehidupan sehari-hari.
Selain itu, Zulhas juga mempercepat program cetak sawah baru untuk memperluas lahan produksi pangan domestik. Langkah ini mencerminkan keberanian mengambil kebijakan jangka panjang di saat banyak pemimpin lebih sibuk mengurusi stabilitas jangka pendek. Cetak sawah baru dipandang publik sebagai upaya memperkuat kemandirian pangan bangsa dan mengurangi ketergantungan pada impor. Dalam konteks perubahan iklim global dan ketidakpastian pasokan dunia, kebijakan ini dianggap visioner dan strategis.
Kemampuannya mengelola kebijakan pangan ini juga didukung gaya komunikasi politik yang terbuka. Zulhas kerap turun langsung ke pasar, berbicara dengan pedagang, mendengar keluhan masyarakat, dan memastikan harga terkendali bukan hanya di atas kertas. Publik merespons positif figur pejabat yang tidak sekadar memberi pernyataan, tetapi juga hadir secara nyata di lapangan. Ini membuat kepercayaan terhadap kebijakannya tumbuh kuat.
Predikat “Menko Terbaik” ini pada dasarnya adalah cermin dari hubungan timbal balik antara kinerja kebijakan dan persepsi masyarakat. Zulkifli Hasan mendapat kepercayaan karena publik merasakan dampaknya secara langsung. Namun, seperti cermin lainnya, predikat ini juga bisa retak jika tidak dijaga dengan konsistensi dan hasil nyata. Dalam politik, pujian hari ini tidak menjamin dukungan esok hari. Zulhas telah menapaki panggung ini dengan cukup kuat, tetapi langkah selanjutnya akan menentukan apakah ia sekadar menjadi figur populer sesaat atau pemimpin pangan yang benar-benar meninggalkan warisan kebijakan strategis bagi bangsa.
Oleh: Muhammad Wildan Maulana
