Oleh: Aulia Nan Tri Veni Maro, Anggota HMPS KPI UIN Salatiga
Sirkus selalu menjadi salah satu hiburan yang digemari banyak orang. Pertunjukan akrobatik yang menegangkan, hewan-hewan terlatih, dan pementasan warna-warni mampu menghadirkan tawa dan kegembiraan bagi penonton dari segala usia. Oriental Circus Indonesia, sebagai salah satu sirkus terbesar di tanah air, juga tak kalah menarik perhatian dengan atraksinya yang spektakuler.
Namun, di balik gemerlap panggung dan sorak penonton, terdapat kisah yang jarang diungkap: bagaimana kondisi Hak Asasi Manusia (HAM) para pekerja dan artis sirkus itu sendiri. Sering kali, orang hanya fokus pada hiburan dan tidak menyadari bahwa di balik layar, para pemain sirkus menghadapi berbagai tantangan yang berdampak pada hak dan kesejahteraan mereka.
Kondisi Kerja dan Hak Pekerja yang Terabaikan
Pekerja sirkus—termasuk para akrobat, pelatih hewan, dan kru pendukung—biasanya bekerja dalam kondisi yang sangat menuntut fisik dan mental. Latihan intensif yang dilakukan berjam-jam setiap hari tanpa waktu istirahat yang cukup dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka. Selain itu, perlengkapan keselamatan yang minim serta risiko cedera yang tinggi semakin menambah beban kerja.
Sayangnya, dalam beberapa kasus, hak-hak dasar mereka seperti upah yang adil, jaminan kesehatan, dan perlindungan keselamatan kerja belum sepenuhnya terpenuhi. Beberapa pekerja bahkan menghadapi tekanan psikologis serta kurangnya kebebasan untuk menyuarakan keluhan.
Anak-anak dan Eksploitasi dalam Dunia Sirkus
Isu HAM lain yang tak kalah penting adalah keterlibatan anak-anak dalam dunia sirkus. Beberapa pertunjukan masih menggunakan anak-anak sebagai bagian dari atraksi mereka. Jika tidak diawasi dengan ketat, hal ini berpotensi menimbulkan eksploitasi dan pelanggaran hak anak, seperti hak atas pendidikan serta perlindungan dari pekerjaan berbahaya.
Contoh Kasus dan Kesaksian
Salah satu mantan pekerja Oriental Circus Indonesia, sebut saja Rina (nama disamarkan), menceritakan bahwa ia pernah mengalami cedera pergelangan tangan saat latihan akrobat tanpa pengaman yang memadai. “Saya sempat tidak bisa tampil selama dua minggu, tapi tidak ada bantuan medis atau kompensasi dari manajemen. Saya hanya disuruh istirahat dan tidak digaji selama itu,” ujarnya. Rina juga mengaku banyak rekan kerjanya takut menyuarakan keluhan karena khawatir diberhentikan.
Selain itu, seorang warga sekitar yang pernah menjadi tempat singgah rombongan sirkus mengungkapkan adanya anak-anak di bawah umur yang ikut tampil di panggung dan tinggal di tenda bersama orang dewasa. “Anak-anak itu katanya tidak sekolah, mereka latihan dari pagi sampai sore. Kadang saya lihat mereka kelelahan,” ujar saksi yang enggan disebut namanya. Hal ini menunjukkan bahwa praktik eksploitasi anak masih dapat terjadi jika tidak ada pengawasan ketat dari pihak berwenang.
Mengapa Penting Memperhatikan HAM di Dunia Hiburan?
Hiburan memang bertujuan memberikan kegembiraan, namun tidak seharusnya mengorbankan hak asasi manusia yang mendasar. Oriental Circus Indonesia sebagai institusi besar seharusnya berperan aktif dalam memastikan seluruh pekerjanya mendapatkan perlakuan yang adil dan manusiawi. Perlindungan HAM bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga bagian dari standar profesional yang harus dipenuhi.
Referensi Pendukung
Laporan dari organisasi pekerja seni dan LSM menunjukkan tingginya risiko cedera fisik di dunia pertunjukan. Kajian lain menyoroti dampak jangka panjang dari beban fisik berlebih pada para akrobat sirkus.
Secara hukum, perlindungan terhadap pekerja telah diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menjamin hak atas jam kerja, upah, dan keselamatan kerja. Sementara itu, UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak menegaskan larangan keterlibatan anak dalam pekerjaan berbahaya dan yang mengganggu pendidikan.
Berbagai kesaksian dan dokumentasi jurnalistik juga menunjukkan adanya mantan pekerja sirkus yang mengalami kecelakaan kerja tanpa kompensasi memadai, serta kondisi hidup para pekerja sirkus keliling yang berpindah-pindah kota tanpa kepastian hukum maupun sosial.
Kesimpulan: Menikmati Hiburan dengan Kesadaran HAM
Saat kita menonton pertunjukan sirkus yang memukau, mari ingat bahwa di balik itu semua ada manusia dengan hak dan kebutuhan yang harus dihormati. Tawa yang kita nikmati sebaiknya tidak dibayar dengan derita orang lain. Dengan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya HAM dalam dunia hiburan, kita dapat mendorong perubahan yang lebih baik bagi para pekerja sirkus agar mereka dapat bekerja dengan aman, layak, dan sejahtera.


















