Oleh: Any Atina Sakinah, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, Universeitas Islam Negeri Salatiga 2023
Scroll…scroll…scroll…Pernah merasa harimu tidak lengkap tanpa membuka TikTok? Atau justru merasa lebih damai dan tenang sejak memutuskan untuk menghapus aplikasi ini? Di era digital yang serba cepat seperti saat ini, TikTok telah menjadi fenomena global yang mengubah cara kita mengonsumsi informasi, berkreasi, bahkan menilai diri sendiri.
Aplikasi berbagi video pendek ini tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga telah menjadi peluang baru bagi jutaan orang di seluruh dunia. Platform yang awalnya dikenal dengan tarian dan lip-sync ini kini telah berevolusi menjadi medan pertarungan antara kreativitas dan kecanduan digital. Di satu sisi, aplikasi ini menawarkan ruang ekspresi tanpa batas dan peluang untuk menunjukkan bakat. Di sisi lain, endless scrolling, takut ketinggalan tren, kurangnya aktivitas di dunia nyata dan keinginan untuk viral dari konten yang dibuat akan tanpa sadar mengurung pengguna TikTok, terpenjara oleh media digital dalam siklus dopamin yang tak berkesudahan. Efeknya, otak jadi terbiasa dan butuh stimulus lebih, sulit berhenti scrolling dan selalu ingin cek aplikasi.
Mirip mekanisme kecanduan, TikTok terus memberikan konten menarik untuk membuat pengguna sulit berhenti karena otak terus mencari hadiah dopamine berikutnya. Pertanyaannya; Apakah kita yang mengendalikan TikTok atau TikTok yang mengendalikan kita? Saat membuka TikTok, kita seringkali menemukan konten yang tanpa disadari memicu overthinking. Video-video tentang kesuksesan orang lain di usia muda, gaya hidup mewah, atau kisah cinta yang sempurna seakan menjadi standar kehidupan yang harus dikejar. Padahal, realitanya tidak semua orang memiliki kesempatan dan sumber daya yang sama. Scrolling feed TikTok bisa membawa pikiran ke spiral negatif.
Konten tentang hubungan LDR yang berakhir dengan penghianatan membuat seseorang yang berada dalam situasi tersebut mulai meragukan pasangannya. Vidio tentang karir dan kesuksesan membuat seseorang yang mentalnya lemah merasa tertinggal dan tidak mampu mengikuti zaman. Bahkan quotes motivasi yang seharusnya menginspirasi malah seringkali jadi pemicu kecemasan akan masa depan.Algoritma TikTok yang presisi dalam menampilkan konten serupa bahkan seseorang biasa menyebut dengan istilah relate dengan kehidupannya bisa menuntun mereka menjalani kesehariannya dan memicu kegelisahan yang terus berulang.
Semakin sering menonton konten negatif, semakin banyak konten serupa yang muncul. Tanpa sadar platform yang awalnya untuk hiburan berubah menjadi sumber pikiran negatif yang sulit dikendalikan. Penggunakan TikTok sebagai pedoman hidupnya tidak akan pernah berkembang dan percaya diri jika tidak update atau ketinggalan informasi viral. Mereka menjadi FOMO (Fear of Missing Out) untuk terus memenuhi standar TikTok. Membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih diatas mereka, dan ketergantungan validasi melalui likes dan followers.
Salah satu sisi positif TikTok yang paling menonjol adalah kemampuannya untuk menampung beragam bentuk kreativutas. Mulai dari tarian, music, komedi, dan edukasi, hingga seni visual bisa ditemukan di platform ini jika penggunaannya tepat. Banyak pengguna TikTok yang awalnya hanya sekedar membagikan hobi atau minat mereka, kini telah berhasil mengubahnya menjadi sumber penghasilan. Beberapa di antaranya bahkan menjadi influencer dengan jutaan pengikut dan menjalin kerjasama dengan berbagai brand. TikTok membuka pintu bagi banyak orang untuk meraih impian mereka dan mencapai kemandirian finansial. Banyak bisnis kecil dan menengah yang berhasil berkembang pesat berkat promosi melalui konten video dan live. Menariknya, pengguna TikTok adalah komunitas yang sangat suportif dan aktif dalam berkomentar. Respon pengguna yang beragam memotivasi para kreator untuk terus berkarya.
Konten kreator dapat terus berlatih mengembangkan keterampilan dalam dirinya melalui TikTok. Mencari ide-ide baru dan cara unik mengekspresikan diri. Mempelajari editing video, membiasakan berinteraksi dengan audiens melalui video dan live streaming dan membangun identitas diri yang kuat di dunia digital. Dengan pemanfaatan yang tepat TikTok dapat menjadi alat mengembangkan kreativitas dan menghasilkan uang.
Perlu diingat bahwa kesuksesan tidak datang instan, dibutuhkan konsentrasi, kerja keras dan inovasi untuk terus berkembang diantara jutaan kreator lainya.TikTok bisa menjadi sarana positif untuk mengembangkan diri dan bersosialisasi. Namun, jika terlalu terbawa arus, TikTok bisa menjadi sumber masalah. Jika kamu merasa TikTok mulai mengganggu kehidupanmu, jangan ragu untuk mengambil langkah mundur.
Cobalah mengisi waktu luang dengan aktivitas yang lebih produktif dan bermanfaat. Ingat, kebahagian sejati tidak bisa ditemukan di layer ponsel.Jadi, apakah TikTok adalah penjara atau pintu kreativitas? Jawabannya ada di tangan Anda. Manfaatkan platform ini sebaik mungkin untuk mencapai tujuan yang baik pula.