Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Cerpen

Hutan Hijaiyyah

×

Hutan Hijaiyyah

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Di sebuah desa kecil, terdapat hutan yang terkenal angker, terutama di malam hari. Banyak yang bilang hutan itu dihuni oleh makhluk-makhluk yang tak terlihat, dan salah satunya adalah hantu bernama Tanwin. Meskipun banyak yang takut, Nun, seorang huruf hijaiyah yang berani, memutuskan untuk pergi ke hutan pada malam hari, tertarik oleh legenda dan misteri yang menyelimuti tempat itu.

Malam itu, bulan purnama bersinar terang, memberikan sedikit cahaya di antara pepohonan yang rimbun. Dengan langkah mantap, Nun memasuki hutan. Suasana di dalamnya sangat berbeda. Suara-suara alam terdengar lembut, namun ketegangan juga terasa di udara. Nun tahu ini adalah keputusan berani, tetapi rasa ingin tahunya mengalahkan rasa takutnya.

Example 300x600

Ketika Nun menjelajahi hutan, tiba-tiba dia bertemu dengan sosok yang mengejutkannya. Sukun, huruf yang dikenal baik di desanya, berdiri di depannya. Namun, ada sesuatu yang aneh dengan Sukun malam itu. Matanya tampak kosong, dan senyumnya terlihat menyeramkan.

“Nun, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Sukun, suaranya datar dan dingin.

“Aku ingin melihat sendiri apa yang membuat hutan ini begitu terkenal,” jawab Nun berani, meskipun hatinya mulai berdebar.

“Ini bukan tempat untukmu,” kata Sukun dengan nada mengancam.

Dalam sekejap, ia bergerak cepat, dan sebelum Nun sempat bereaksi, Sukun menyerangnya dengan kekuatan yang tak terduga. Nun terjatuh, dan seketika hidupnya berakhir.

Di luar hutan, Alif, Ha, Za, dan Qof merasa khawatir ketika Nun tidak kembali. Mereka tahu bahwa Nun adalah sosok yang berani, tetapi kali ini mereka merasa harus mencarinya. Keempat huruf hijaiyah itu bergegas menuju hutan angker, tidak menyadari apa yang telah terjadi pada Nun.

Setelah menelusuri jalan setapak yang gelap, mereka akhirnya sampai di tempat yang dituju. Ketika mereka menemukan Nun tergeletak di tanah, suasana menjadi hening. Di sampingnya berdiri Tanwin, hantu yang selama ini mereka takuti. Tanwin tampak tidak berbahaya, namun aura yang menyertainya membuat mereka merinding.

“Nun!” teriak Alif, sambil berlari mendekat. Ha mengikuti dengan cepat, sementara Za dan Qof tetap di belakang, ketakutan.
Alif dan Ha melihat jelas bahwa Nun telah mati. Mereka merasakan kesedihan yang mendalam. Namun, saat mereka mendekat, suara aneh terdengar dari Za dan Qof.

“NNNNNNNNGGGGGGGGGGG!” teriak mereka berdua, suara mereka bergema di seluruh hutan. Suara teriakan itu seolah memecah keheningan malam.
Tanwin berbalik, memperhatikan keempat huruf itu.

“Kalian tidak seharusnya di sini. Hutan ini berbahaya,” katanya, suaranya lembut namun penuh peringatan.

“Apa yang terjadi pada Nun?” tanya Alif dengan nada penuh emosi. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa temannya kini sudah pergi.

“Dia mencari keberanian di tempat yang salah,” jawab Tanwin. “Dia tidak mendengarkan peringatan.”
“Jadi, kau membiarkannya mati?” tanya Ha dengan penuh amarah.

“Tidak! Aku tidak membunuhnya. Sukun yang melakukannya,” Tanwin menjelaskan.

“Aku hanya menjaga hutan ini, tetapi Sukun… Sukun terperangkap dalam kegelapan dan mengabaikan semua kebaikan.”

Ketika Tanwin menjelaskan, Alif, Ha, Za, dan Qof merasa bingung. Mereka tidak tahu harus bagaimana. Namun, mereka menyadari satu hal—mereka tidak bisa membiarkan kematian Nun sia-sia. Mereka harus menghentikan Sukun dan membebaskan hutan dari kegelapan yang telah menguasainya.

Dengan tekad bulat, Alif berbalik menghadap hutan, dan berseru, “Kita harus mencari Sukun! Kita tidak bisa membiarkan dia melakukan ini lagi!”

Ha, Za, dan Qof mengangguk, meskipun mereka masih gemetar ketakutan. Tanwin memandang mereka dengan mata penuh harapan.

“Jika kalian bersatu, kalian bisa melawan kegelapan. Mari kita bantu Nun dengan cara yang baik.”

Dengan langkah mantap, mereka meninggalkan tempat Nun tergeletak. Dalam hati mereka, ada rasa duka yang mendalam, tetapi juga ada harapan. Mereka akan melawan Sukun dan menghentikan kegelapan yang telah menghantui hutan ini.

Di tengah kegelapan malam, mereka berempat bertekad untuk menemukan Sukun, dan membawa kembali kedamaian ke dalam hutan dan desa mereka. Mereka tahu, persahabatan dan keberanian adalah kunci untuk mengatasi segala rintangan, bahkan di tempat yang paling menyeramkan sekalipun.

Oleh: Nawwaf Absyar Rajabi, Santri-Murid Kelas VIII SMP Alam Nurul Furqon Rembang

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cerpen

Tangannya kesemutan diikat dibelakang, kakinya tertekuk dengan darah…

Cerpen

Oleh: Siti Efrilia, Mahasiswa UIN Salatiga “Kayaknya bapak…

Cerpen

Oleh: Anak Pagi Siang hari di tengah ketangguhan…

Cerpen

Oleh: Algazella Sukmasari, S.P.d., Pengajar di Pesantren-Sekolah Alam…

Cerpen

Oleh: Ida Ariyani, M. Sos., Guru Literasi Pesantren-Sekolah…