Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Kolom

Jalan Meraih Kebahagiaan Menurut Plato

×

Jalan Meraih Kebahagiaan Menurut Plato

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Umi Ghozilah, M.Sos., Ibu Rumah Tangga, Alumni Guru Numerasi Pesantren-Sekolah Alam Planet Nufo

Setiap manusia pasti mengidamkan kebahagiaan baik secara esensial maupun eksistensial. Kebahagiaan dipandang sebagai sesuatu yang sangat bernilai di dalam kehidupan manusia. Itulah mengapa beberapa filsuf memandang kebahagiaan sebagai puncak dari tujuan hidup manusia. Seseorang yang sudah mencapai kebahagiaan diasumsikan tidak lagi menginginkan apa-apa.

Example 300x600

Secara ontologis, cara setiap orang dalam menempuh jalan kebahagiaan dapat berbeda tergantung visi, konteks, ataupun orientasi hidupnya. Sedangkan secara aksiologis, kebahagiaan bukan hanya tentang kepuasan perasaan seseorang, namun bisa juga berkaitan dengan kualitas hidup secara keseluruhan termasuk harmoni dengan alam atau lingkungan sosial.

Plato dikenal sebagai Maha Guru Filsafat Barat yang hasil pemikirannya menjadi fondasi bagi semua pemikiran filsafat. Sebelum membahas kebahagiaan, kita harus lebih dulu memahami pemikiran Plato tentang manusia. Menurut Plato, manusia memiliki esensi. Esensi manusia terletak pada jiwanya. Sedangkan badan hanyalah manifestasi dari jiwa. Terdapat tiga unsur yang terkandung di dalam jiwa (Ephitumia, Thumos, Logistikon) dan satu unsur lain (Eros) yang mewarnai semuanya.

Plato menggambarkan jiwa sebagai kereta kuda bersayap yang dikendalikan oleh sais. Kuda yang menarik kereta ada dua; satu hitam dan satu putih. Jadi, di dalam jiwa manusia, terdapat kuda hitam, kuda putih, dan sais. Kuda hitam menyimbolkan Ephitumia, lambang nafsu yang rendah. Kuda putih menyimbolkan Thumos, lambang hasrat, ambisi, atau harga diri. Sais yang mengendalikan dan mengarahkan jalan menyimbolkan Logistikon, lambang akal atau rasio. Sedangkan sayap adalah simbol dari Eros (cinta).

Plato menegaskah bahwa kebahagiaan berbeda dengan kenikmatan. Hidup bahagia sudah pasti nikmat, tetapi nikmat belum tentu bahagia. Terdapat dua macam kenikmatan dalam konsep Plato, (1) nikmat karena terpenuhinya kebutuhan, dan (2) nikmat yang tidak bergantung pada perubahan fisik. Untuk mencapai kebahagiaan, manusia perlu mencari kenikmatan yang hakiki yang durasinya lebih lama, lebih abadi dan tidak butuh fisik. Plato menyebutkan ilmu.

Nikmat ilmu tidak tergantung pada fisik, pengetahuan tidak membutuhkan sesuatu di luar diri manusia, yang dibutuhkan hanya akal dan jiwa. Berbeda dengan nikmat yang bergantung pada fisik, nikmatnya akan cepat hilang, misal seseorang makan makanan yang menurutnya paling enak, nikmat itu tergantung adanya makanan, atau nikmat karena minuman, maka nikmat itu tergantung adanya (fisik) minuman.

Plato juga menyebut bahwa “tahu batas” adalah salah satu kunci mendapat kebahagiaan. Tiga unsur jiwa yang disebutkan di atas, kata Plato, masing-masing memiliki level kenikamatannya sendiri. Ephitumia, terpuaskan saat manusia berharta banyak, kaya raya, dan segala kebutuhan terpenuhi. Thumos pun begitu, saat manusia punya eksistensi, dihargai, dan dihormati masyarakat. Berbeda dengan Logistikon, kepuasan tercapai saat pengetahuan yang dibutuhkan manusia bisa didapatkan, saat ingin memahami sesuatu, dan ia paham. Itulah kepuasan Logistikon yang cenderung lebih stabil dan murni.

Kenikmatan Ephitumia dan Thumos sifatnya seperti ember bocor, selalu menginginkan lebih. Hasrat memiliki harta atau ingin dihormati tidak ada batasnya, oleh karena itu, untuk mendapat kebahagiaan, manusia haruslah tahu batas.Pada puncaknya, kata Plato, manusia yang ingin bahagia harus mencapai keutamaan (arete). Keutamaan (arete) dapat dicapai ketika manusia mengoptimalkan fungsi jiwa-jiwanya. Fungsi jiwa bisa disebut optimal saat ia adil dan harmonis. Harmonis berarti ketiga unsur jiwa dalam diri manusia berjalan selaras tanpa konflik, Ephitumia dan Thumos selaras dengan Logistikon atau akal yang berperan sebagai raja.

Plato menyebutkan bahwa arete Ephitumia dan Thumos adalah sederhana atau pas. Objek Ephitumia (makan, minum, atau seks) terpenuhi sesuai kebutuhan, tanpa kekurangan atau keserakahan. Berbeda dengan arete Logistikon. Objek Logistikon adalah kebaikan pengetahuan. Keutamaan Logistikon adalah bertambahnya pengetahuan.Saat jiwa sudah adil, harmonis, dan mencapai kebahagiaan, manusia akan mencapai eudaimon. Filsafat kebahagiaan versi Plato disebut eudaimonia.

Daimon adalah intelek, akal, atau sesuatu yang bercorak ketuhanan. Manusia akan bahagia saat ia dekat dengan Tuhannya. Jadi, saat akal menyetir bagian-bagian jiwa secara optimal, manusia sampai pada titik kebahagiaannya, kata Plato. (Sumber: Buku “Filsafat Kebahagiaan” karya Fahruddin Faiz)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *