Oleh: Abdul Qodir Jailani, Mahasiswa UIN Salatiga
Prinsip-prinsip demokrasi tidak hanya hadir dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi juga dapat ditemukan dalam aktivitas sehari-hari mahasiswa, khususnya di lingkungan kampus. Di UIN Salatiga, berbagai kegiatan mencerminkan penerapan nilai-nilai demokrasi yang nyata dan substansial.
Salah satu contohnya adalah Musyawarah Besar (Mubes) Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), seperti UKM Seni, UKM Olahraga, atau Lembaga Dakwah Kampus. Setiap akhir periode, Mubes diselenggarakan untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban dan memilih ketua baru. Forum ini memberi kesempatan bagi seluruh anggota untuk menyampaikan pendapat, memberikan kritik terhadap pengurus sebelumnya, serta mengusulkan program-program ke depan. Pemilihan ketua dilakukan melalui sistem voting yang adil dan hasilnya diterima secara kolektif oleh semua peserta, mencerminkan prinsip kedaulatan rakyat dalam skala organisasi.
Selain itu, Pemilihan Umum Raya (Pemira) mahasiswa yang diselenggarakan setiap tahun menjadi bentuk konkret lain dari demokrasi kampus. Mahasiswa memilih perwakilan mereka di tingkat fakultas maupun universitas, seperti DEMA, SEMA, dan HMJ. Dalam Pemira 2024, misalnya, berbagai organisasi eksternal turut mengirimkan kader-kader terbaik mereka untuk bertarung secara sehat dalam kontestasi ini. Proses ini tidak hanya menjadi ajang pemilihan, tetapi juga wahana pendidikan politik bagi mahasiswa, di mana semangat partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas ditanamkan.
Mahasiswa UIN Salatiga juga memiliki ruang untuk menyampaikan pendapat secara bebas melalui berbagai organisasi intra kampus, seperti BEM, SEMA, UKM, dan HMJ. Di dalam organisasi-organisasi ini, mahasiswa bebas merancang dan melaksanakan program kerja, mengkritisi kebijakan kampus, dan menyuarakan aspirasi mereka. Semuanya dilakukan dengan tetap menjunjung tinggi etika akademik dan mematuhi aturan yang berlaku, sehingga kebebasan berekspresi tidak lepas dari tanggung jawab.
Di Kampus 3 UIN Salatiga, yang mayoritas dihuni oleh mahasiswa Fakultas Syariah, Dakwah, dan Ushuluddin, praktik demokrasi juga terlihat dalam pemilihan Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS). Setiap tahun, mahasiswa secara aktif mengikuti proses pemilihan, mulai dari penjaringan calon, debat terbuka mengenai visi dan misi, hingga pemungutan suara secara langsung. Debat calon ketua biasanya diselenggarakan di aula atau halaman depan gedung utama, di mana mahasiswa dapat langsung mengajukan pertanyaan mengenai program kerja para kandidat.
Melalui berbagai aktivitas tersebut, terlihat bahwa kehidupan demokratis di kampus tidak hanya bersifat formalitas, tetapi benar-benar memberikan ruang partisipasi, dialog, dan representasi bagi mahasiswa. Ini membuktikan bahwa kampus bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga menjadi laboratorium demokrasi yang membentuk karakter dan kesadaran berwarga negara secara utuh.