Oleh: Gunawan Trihantoro
Ketua Satupena Kabupaten Blora dan Sekretaris Kreator Era AI Jawa Tengah
Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap 20 Mei selalu menjadi momentum reflektif bagi bangsa Indonesia. Tahun ini, 2025, tema “Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat” menjadi ajakan moral untuk melangkah serempak di tengah gelombang perubahan zaman, khususnya di era Artificial Intelligence (AI) yang kian mendominasi kehidupan global.
Era AI bukan sekadar babak baru teknologi, tetapi sebuah pergeseran paradigma dalam cara manusia berpikir, bekerja, dan hidup. Indonesia tak bisa hanya jadi penonton dalam revolusi ini. Kebangkitan sejati adalah saat kita mampu menaklukkan tantangan dan menjadikannya peluang, sebagaimana para tokoh Boedi Oetomo bangkit melawan keterbelakangan melalui pendidikan dan organisasi.
Jika dulu kebangkitan diwujudkan dalam bentuk perjuangan melawan kolonialisme, kini tantangannya adalah keterbelakangan digital dan ketimpangan akses teknologi. AI telah masuk ke dalam hampir semua lini kehidupan: pendidikan, pertanian, industri kreatif, hingga layanan publik. Namun, belum semua rakyat Indonesia mampu mengaksesnya secara merata dan adil.
Di sinilah makna “Bangkit Bersama” menemukan relevansinya. Kebangkitan tidak boleh elitis. Ia harus merata, membasuh desa dan kota, menyentuh pelajar di pelosok dan profesional di pusat-pusat teknologi. AI harus menjadi alat pemberdayaan, bukan alat pemisah. Pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat sipil harus bersinergi menghapus jurang digital.
Indonesia sejatinya memiliki potensi luar biasa. Generasi muda yang adaptif, populasi digital yang besar, serta kekayaan budaya yang unik dapat menjadi modal besar dalam pengembangan teknologi AI yang berakar pada nilai-nilai kebangsaan. AI tak harus meniru luar negeri. Kita bisa menciptakan AI yang memahami bahasa daerah, menampung kearifan lokal, dan menghormati pluralitas.
Kebangkitan nasional di era ini bukan hanya tentang menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta teknologi. Bangkit adalah ketika siswa SMK mampu menciptakan robot pertanian. Bangkit adalah saat pesantren membangun sistem AI untuk dakwah dan literasi keagamaan. Bangkit adalah ketika petani menggunakan sensor pintar untuk meningkatkan produktivitas.
Momentum Hari Kebangkitan Nasional 2025 menjadi saat yang tepat untuk mempercepat literasi digital dan etika AI. Kecerdasan buatan harus diimbangi dengan kecerdasan hati. Kita perlu memastikan bahwa setiap kemajuan teknologi tetap berada dalam bingkai kemanusiaan dan Pancasila. AI harus menjawab kebutuhan rakyat, bukan sekadar melayani pasar.
Selain itu, dunia pendidikan perlu mengambil peran strategis. Kurikulum yang adaptif terhadap perubahan teknologi, pelatihan keterampilan digital, dan ruang kolaboratif lintas disiplin akan melahirkan SDM unggul. Pendidikan adalah medan awal kebangkitan nasional di abad ke-21.
Pemerintah juga perlu mempercepat pembangunan infrastruktur digital yang merata. Tidak ada kebangkitan jika sinyal masih tersendat di desa. Tidak ada keadilan digital jika hanya kota besar yang menikmati fasilitas. Kekuatan Indonesia lahir dari keterpaduan semua wilayah, dari Aceh hingga Papua, dari pesisir hingga pegunungan.
Semangat “Bangkit Bersama” juga perlu diterjemahkan dalam kebijakan inklusif. Transformasi digital harus membuka akses dan peluang bagi perempuan, penyandang disabilitas, serta kelompok rentan lainnya. Kekuatan bangsa terletak pada kemampuan merangkul semua, bukan menyisihkan yang lemah.
Jika kita belajar dari sejarah, maka kita tahu bahwa kebangkitan tak pernah terjadi karena satu individu, tapi karena kekuatan kolektif. Maka, di era AI ini, kolaborasi lintas sektor menjadi ruh utama kebangkitan. Kita butuh peneliti, seniman, birokrat, petani, dan santri yang bersatu dalam semangat membangun Indonesia.
Perjalanan ke depan memang tidak mudah. Dunia berubah terlalu cepat. Tapi dengan semangat Hari Kebangkitan Nasional, kita punya harapan dan keberanian. Bangsa ini telah membuktikan diri mampu bertahan dalam gelombang sejarah, dan kini kita harus membuktikan bahwa kita juga mampu memimpin masa depan.
Bangkit di era AI bukan tentang meninggalkan masa lalu, tetapi memaknainya dengan cara baru. Kita bisa menjahit warisan Boedi Oetomo dengan kecanggihan algoritma, menyambungkan semangat juang Kartini dengan teknologi pembelajaran mesin, dan melanjutkan cita-cita para pendiri bangsa dalam wajah Indonesia yang cerdas secara digital.
Mari kita rayakan Hari Kebangkitan Nasional 2025 dengan keyakinan: bahwa di tengah derasnya arus teknologi, kita tak akan hanyut, tapi justru melayari ombak perubahan itu dengan bendera Merah Putih berkibar tinggi. Indonesia kuat adalah Indonesia yang mampu bangkit bersama di tengah era AI. (*)