Oleh: Alfiatur Rahmah, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Salatiga
Sebagai mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, saya merasakan bahwa prinsip demokrasi tidak hanya dipelajari di ruang kelas, tetapi juga hadir dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Demokrasi adalah sistem yang menjunjung tinggi nilai musyawarah, kebebasan berpendapat, kesetaraan hak, dan partisipasi aktif warga negara. Nilai-nilai ini sering terlihat dalam kegiatan organisasi kampus maupun di lingkungan tempat tinggal saya.
Salah satu pengalaman dalam berorganisasi yang saya ikuti, saya menyaksikan bagaimana keputusan-keputusan penting yang seharusnya dimusyawarahkan dan disepakati bersama terkadang hanya ditentukan oleh ketua dan pengurus inti tanpa melibatkan anggota lainnya. Ketika saya dan beberapa anggota mencoba menyampaikan pendapat atau memberikan masukan yang berbeda, tanggapan yang kami terima justru berupa pengabaian atau bahkan dianggap tidak sopan. Padahal, dalam demokrasi yang sehat, perbedaan pandangan adalah hal yang wajar dan harus dihargai sebagai bentuk kontribusi dalam proses pengambilan keputusan. Pengalaman ini membuat saya menyadari bahwa demokrasi bukan hanya tentang struktur formal, melainkan juga tentang kedewasaan dalam bersikap dan berorganisasi.
Sementara itu, di lingkungan tempat tinggal saya, nilai-nilai demokrasi mulai tumbuh dan terlihat melalui keterbukaan dalam pengambilan keputusan bersama. Misalnya, saat ada kegiatan gotong royong, pembentukan panitia perayaan hari besar, atau pembangunan fasilitas umum, warga berkumpul dalam musyawarah RT. Semua warga, termasuk para pemuda, dilibatkan dalam proses diskusi dan pengambilan keputusan. Saya sendiri pernah diberi tanggung jawab sebagai sekretaris dalam acara peringatan Hari Kemerdekaan. Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa ketika warga diberi ruang untuk menyampaikan pendapat dan usulan, hasil kegiatan menjadi lebih adil, efektif, dan diterima oleh semua pihak.
Dari berbagai pengalaman tersebut, saya menyimpulkan bahwa penerapan nilai-nilai demokrasi tidak selalu berjalan mulus. Namun, demokrasi bisa terus dipertahankan dengan membangun budaya saling menghargai, terbuka terhadap kritik dan saran, serta mendorong partisipasi aktif dari semua pihak. Demokrasi bukan hanya milik pejabat atau wakil rakyat di parlemen, melainkan menjadi tanggung jawab kita semua sebagai warga negara Republik Indonesia. Sebagai mahasiswa, saya merasa memiliki tanggung jawab moral untuk terus menghidupkan nilai-nilai demokrasi melalui tindakan nyata—baik di kampus, organisasi, maupun lingkungan tempat tinggal. Mungkin dengan cara inilah demokrasi bisa terus tumbuh dan berkembang dengan baik.