Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Fiksi Mini

Perempuan di Atas Jembatan

×

Perempuan di Atas Jembatan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Malam itu bulan tengah diselimuti awan, dingin terasa menusuk ke dalam kulit seperti jarum tajam. Tiga orang pemuda tengah berpatroli keliling kampung. Suasana sunyi hanya ditemani suara jangkrik dan katak-katak di tepi parit.

Tiba-tiba suasana berubah menjadi ketegangan, saat seorang pemuda menunjuk ke arah jembatan yang terkenal angker di sana. “Itu kuntilanak ya?” tanyanya dengan telunjuk mulai gemetar.

“Hei itu kayak e manusia. Ayo dilihat!” jawab pemuda yang bertubuh besar.

“Aku takut, klo itu hantu beneran gimana?” tanya pemuda yang bertubuh lebih kecil dan berkepala pelontos.

“Hantunya aja paling takut sama kamu.” Pemuda besar menarik lengan kedua temannya.

Ketiga pemuda itu mendekat, melihat perempuan dengan rambut hitam sepinggang berantakan tengah berdiri di tepi jembatan. Perempuan itu seolah berniat terjun ke sungai besar karena kakinya dikeluarkan dari pijakan besi. Angin sepoi-sepoi menghempaskan rambutnya, hingga wajah cantiknya terpampang jelas.

Pemuda yang dari awal menatap takut, kini ia berjalan semakin mundur. Kedua temannya tidak menanggapi hal itu dan bertanya pada perempuan tadi. “Mbak sebenarnya ada masalah apa?”

Perempuan itu menangis. “Masa depanku hancur … Aku telah hancur.”

Pemuda lain menarik tangan perempuan itu agar tidak nekat melakukan hal yang berbahaya. “Jangan nekat mbak, ini tidak menyelesaikan masalahmu.”

Perempuan itu menatap kedua pemuda, hingga matanya melotot dan tangannya menunjuk seorang pemuda yang ada di belakang. “Rendi, pria itu yang sudah merenggut keperawananku. Ia tak bertanggungjawab atas bayi dalam kandunganku.”

Perempuan itu mendekat ke arah Rendi dan tangannya bergerak mencekik leher pemuda itu dengan kuat. Rendi kehabisan napas dan mencoba melawan, tetapi ia seakan tidak berdaya. Sampai akhirnya ia kehilangan kesadarannya, tetapi beberapa saat kemudian ia malah terbangun di kamarnya sendiri. Rupanya Rendi tidak pingsan dan hanya mengalami mimpi buruk sampai keringat basah bercucuran.

“Aku hanya mimpi, lagipula aku tidak bersalah atas kematian Sari,” kata Rendi sambil mengelus dahinya yang terasa pening, matanya melirik foto seorang perempuan berambut panjang yang tersenyum manis di atas meja kecil.

Rendi menyenggol foto berpigura kecil itu dengan punggung tangan hingga kacanya pecah berhamburan di lantai. Tak lama, matanya mulai banjir dan keluar suara terisak dari mulutnya.

Oleh: Agus Sanjaya, bisa dikontak via [email protected]

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fiksi Mini

Oleh: Hasbi Ubaidillah Zuhdi, Santri-Murid Kelas VIII SMP…