Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Esai

Santri sebagai Pilar Moderasi Beragama dan Penjaga Persatuan Nasional

×

Santri sebagai Pilar Moderasi Beragama dan Penjaga Persatuan Nasional

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Fristika Maulidiyah, Mahasiswa Program Studi Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri Sunan Kudus

Di tengah keragaman yang nyata agama, suku, budaya, bahasa di Indonesia, muncul kebutuhan kuat akan tokoh tokoh yang mampu menjaga keseimbangan dan kerukunan. Salah satu kekuatan tersebut adalah santri, yakni mereka yang belajar di pesantren. Santri tidak hanya berfokus pada pendidikan agama, melainkan juga menjadi agen sosial yang akar nilainya berada di persimpangan antara tradisi keislaman dan nilai kebangsaan. Dengan demikian, santri layak dipandang sebagai pilar moderasi beragama sekaligus penjaga persatuan nasional.

Example 300x600

Pada titik ini, peran santri ialah jembatan antara agama dan bangsa; antara tradisi pesantren dan tuntutan zaman; antara nilai spiritual dan aspek kebangsaan. Artikel ini mengajak untuk menelaah bagaimana santri dapat mengambil peran tersebut, menghadapi tantangan, dan merumuskan langkah agar kontribusinya semakin optimal.

Santri dan Moderasi Beragama

Moderasi beragama di Indonesia sering dipahami sebagai sikap beragama yang tidak ekstrem, mengambil jalan tengah, berimbang, toleran, dan sekaligus mengandung cinta kepada tanah air. Pesantren sebagai lingkungan pendidikan Islam tradisional menjadi tempat pembiasaan nilai nilai ini.2. Santri Sebagai Agen ModerasiBeberapa studi empiris memperlihatkan bahwa santri memiliki kecenderungan kuat terhadap sikap moderat. Contohnya di sebuah penelitian yang menemukan bahwa santri hidup dengan prinsip prinsip yang mempromosikan jalan tengah, toleransi antar umat, dan cinta damai.3. Faktor Yang Memperkuat Moderasi Dalam PesantrenTradisi multikultural: Banyak pesantren menerima santri dari berbagai latar belakang, sehingga interaksi antar¬budaya terbiasa.– Kurikulum dan nilai yang menghubungkan keimanan dengan kebangsaan (misalnya semboyan “cinta tanah air bagian dari iman”).Lingkungan kolektif: Hidup bersama dalam pesantren membiasakan ritual bersama, musyawarah, dan saling menghormati.4. Tantangan Moderasi SantriArus digital dan global yang menyebarkan paham ekstrem, hoaks, dan segregasi daring.Modernitas yang memaksa pesantren untuk berjibaku antara mempertahankan tradisi dan menyesuaikan diri dengan perubahan.Polarisasi sosial dan politik identitas yang memanfaatkan agama sebagai alat pemecah belah.Santri sebagai Penjaga Persatuan Nasional1.Peran Dalam Persatuan NasionalPersatuan nasional adalah fondasi bagi keberlangsungan NKRI. Santri memiliki fungsi sebagai “perekat sosial” tidak hanya dalam komunitas pesantren, tetapi secara luas di masyarakat. Misalnya, saat peringatan Hari Santri Nasional, pesan persatuan selalu dikedepankan.2.bentuk kontribusi santri dalam persatuan Pendidikan karakter kebangsaan: Pesantren menanamkan nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan cinta tanah air sejak dini. Aktivitas kemasyarakatan: Santri aktif dalam kegiatan sosial, advokasi damai, dan pemberdayaan masyarakat.Dialog antar agama dan budaya: Karena keragaman dalam pesantren, tradisi dialog dan toleransi terbangun; ini sangat membantu persatuan nasional.3. Relevansi di Era Politik & DigitalDalam situasi politik identitas dan media sosial yang cepat menyebarkan kabar negatif, santri bisa menjadi pihak yang menyejukkan. Mereka dapat berkontribusi sebagai penengah baik di ranah lokal maupun nasional melalui aktivitas moderat dan inklusif.Strategi Penguatan Peran SantriAgar peran santri sebagai pilar moderasi dan penjaga persatuan dapat semakin kuat, beberapa strategi berikut dapat dijalankan:1. penguatan kurikulum dan pembinaan karakterPesantren perlu memasukkan modul formal dan informal tentang moderasi beragama dan wawasan kebangsaan misalnya nilai tawassuth, tasamuh, musyawarah, serta pendidikan kebangsaan. 2. literasi digital dan media sosial literasiSantri perlu dibekali literasi media agar bisa menanggulangi hoaks, ujaran kebencian, dan radikalisme daring. Mereka juga bisa menjadi produsen konten positif dakwah inklusif dan advokasi persatuan.3. Kolaborasi antara Negara, Pesantren, dan MasyarakatPemerintah, melalui lembaga terkait, perlu memperkuat dukungan kepada pesantren melalui pelatihan, beasiswa, kapasitas manajerial, dan infrastruktur. Pesantren juga harus membuka kemitraan dengan masyarakat luas dan lembaga pendidikan lain.4. Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu UmumSantri masa kini harus tidak hanya mendalami ilmu agama, tapi juga ilmu umum, teknologi, sosial, dan ekonomi agar lebih siap menghadapi tantangan zaman dan memperkuat kontribusi untuk bangsa.5. Peningkatan Peran Santri dalam Ruang PublikSantri dan alumni perlu diberi ruang dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik: pemerintahan, politik, riset, organisasi masyarakat sehingga suara mereka yang moderat dan kebangsaan bisa lebih terdengar.Tantangan Utama dan PenanganannyaWalaupun potensinya besar, santri dan pesantren menghadapi beberapa hambatan nyata:1.Kasus Intoleransi dan Ekstremisme di Beberapa TempatMeski banyak pesantren menerapkan moderasi, ada sebagian yang terpapar ideologi ekstrem. Perlu pengawasan dan pembinaan secara berkelanjutan untuk memastikan tradisi moderat tetap terjaga.2. Kekurangan Infrastruktur dan Sumber Daya di PesantrenPesantren di daerah terpencil sering mengalami keterbatasan fasilitas, bahan ajar modern, literasi digital jika tidak diperkuat, santri bisa tertinggal dalam arus perubahan.3. Arus Disinformasi dan Polarisasi di Dunia DaringKetidakmampuan menghadapi media digital bisa membuat santri menjadi konsumen pasif atau bahkan korban manipulasi. Pembekalan literasi media menjadi sangat penting.4. Polarisasi Politik Identitas yang Memanfaatkan AgamaDalam situasi politik identitas, pesantren dan santri bisa terbawa aliansi yang berkontribusi pada perpecahan. Santri harus menjaga independensi moral mereka agar tidak terinstrumentalisasi.Penanganannya- Pengembangan regulasi dan standar kualitas pesantren, khususnya dalam pendidikan nilai moderasi dan kebangsaan.- Program pelatihan lanjutan bagi santri dan alumni, melibatkan wawasan kebangsaan, keberagaman, dan kepimpinan- Jejaring antar pesantren, platform santri, dan media moderasi agar sinergi semakin luas.- Monitoring dan evaluasi secara berkala untuk memastikan nilai moderasi dan kebangsaan tercapai dalam praktik.PenutupSantri Indonesia memiliki posisi strategis sebagai pilar moderasi beragama dan penjaga persatuan nasional. Tradisi pesantren, nilai keagamaan yang moderat, dan pembinaan karakter yang melekat pada santri memberikan fondasi kuat bagi peran tersebut. Namun, potensi besar ini harus terus dipelihara, diperkuat, dan diperluas melalui strategi pendidikan, adaptasi digital, kolaborasi, dan keberanian tampil di ruang publik.Di era di mana keragaman sekaligus tantangan semakin kompleks—melalui polarisasi, media digital, dan politik identitas santri dapat menjadi peneduh. Mereka adalah jembatan yang menjaga agar kehidupan berbangsa tetap dalam bingkai persatuan, kerukunan, dan kemajuan. Tujuan akhirnya bukan sekadar menjaga perbedaan tetap damai, tetapi membangun bangsa yang inklusif, moderat, dan bersatu.Sekali lagi: di santri kita menemukan harapan bahwa agama dan kebangsaan bukan dua kutub yang saling bertentangan, melainkan dua kekuatan yang bersinergi dalam satu visi: Indonesia yang adil, makmur, damai, dan bersatu. Semoga santri selalu berada di garda depan, menjadi penjaga nilai, agen perubahan, dan pilar persatuan bangsa.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *