Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Cerpen

Taman Tempat Kita Berakhir

×

Taman Tempat Kita Berakhir

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Zariffah Sifa Meliyana, Mahasiswa Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta

Malam itu adalah malam yang tidak pernah ingin dialami perempuan mana pun. Ara berdiri terpaku di depan café, melihat pacarnya, Zio, duduk berduaan dengan mantannya. Hatinya seperti diremas, namun ia tetap berusaha kuat. Mereka sudah bersama sejak SMA—Zio dulu anak motor berandalan, sementara Ara adalah gadis penyabar yang selalu menenangkannya.

Example 300x600

“Ara…” panggil Zio ketika menyadari kehadirannya.

Namun Ara langsung berlari menjauh. Zio mencoba mengejar, tetapi mantannya sempat menahan tangan Zio. Zio menepisnya dan tetap berlari mengejar Ara hingga akhirnya berhasil meraih tangannya.

“Ara, maafin aku…” ucapnya terengah.

Ara hanya menatapnya dengan mata berkaca-kaca, menarik tangannya, lalu masuk ke taksi dan pergi sambil menangis.

Zio langsung menyusul ke rumah Ara. Ia memanggil-manggil nama Ara, tetapi tidak ada jawaban. Dari balik jendela, Ara melihatnya berdiri di depan rumah, namun ia terlalu hancur untuk bertemu. Akhirnya Zio pulang.

Keesokan harinya, dalam perjalanan ke kampus, Ara kembali melihat Zio bersama mantannya. Hatinya runtuh seketika. Ia turun dari kendaraan dan menuju taman kampus. Ketika Zio menghampiri untuk meminta maaf, Ara hanya berkata lirih,

“Kita putus aja, ya…”

Air matanya jatuh, dan sebelum Zio sempat menjawab, Ara pergi. Zio mengejarnya dengan motor, membuat Ara panik dan mempercepat mobilnya. Ia tidak melihat truk dari arah kanan dan—BRAK! Mobilnya terguling keras.

Zio yang menyaksikan kecelakaan itu menjerit dan langsung membawa Ara ke rumah sakit. Ara koma selama tiga hari. Saat sadar, ia melihat Zio tertidur sambil menggenggam tangannya. Zio menyesal begitu dalam dan hampir tidak pernah pulang selama menjaganya.

Meski tubuh Ara tampak membaik, ada kelelahan yang tidak bisa ia sembunyikan. “Jangan salahin diri kamu terus,” ucap Ara pelan.

Zio menggeleng, merasa semua salahnya. Ara menatapnya lama, lalu berkata, “Kadang luka itu datang dari orang yang paling kita sayang…”

Zio memohon, berjanji bisa memperbaiki semuanya. Ara hanya tersenyum—senyum lembut yang menyakitkan.

“Zio… aku capek.”

Detik berikutnya, monitor detak jantungnya menurun drastis. Ara memejamkan mata, napasnya melemah. Zio panik, berteriak memanggil namanya. Perawat menarik Zio keluar ruangan sementara dokter berusaha menyelamatkan Ara. Hingga akhirnya monitor berubah menjadi garis lurus.

“Time of death, 19:47.”

Zio jatuh terduduk di lantai, tangannya menutup wajah, tubuhnya bergetar menahan kesedihan yang bahkan tidak bisa ia keluarkan lewat suara.

Beberapa bulan kemudian, Zio sering terlihat duduk di taman kampus—tempat Ara memutuskan hubungan mereka. Ia datang membawa bunga atau jaket Ara yang selalu disimpannya.

“Maaf ya, Ra…” bisiknya suatu sore.

Angin berhembus pelan, seolah menjawab.

Namun Ara tidak akan pernah kembali.

Dan Zio mencintainya selamanya dengan cara yang paling menyakitkan: merindukan seseorang yang tak akan pernah bisa disentuh lagi.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cerpen

Oleh: Levina Elysia Felda, Duta Siswa Putri Kabupaten…

Cerpen

Oleh: Avinatu Mualimah, Mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Sebelas…

Cerpen

Oleh: Hening Anggun Dian Ratri, Mahasiswa Prodi Pendidikan…

Cerpen

Oleh : Avinatu Mualimah, Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika…