Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Esai

Cerita Kita Satu Menit dalam Sudut Pandang Islam dan Fisika

×

Cerita Kita Satu Menit dalam Sudut Pandang Islam dan Fisika

Sebarkan artikel ini
Oplus_131072
Example 468x60

Oleh: Wigar Duta Kumara Asa, mahasiswa Pendidikan Fisika di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta

“Bayangkan jika seluruh sejarah kehidupan kita dari lahir hingga meninggal hanya berlangsung selama satu menit.” Apa yang akan kalian lakukan dalam kehidupan yang sangat singkat tersebut ?Dalam sudut pandang Islam, kehidupan dunia ini sangatlah singkat dibandingkan kehidupan akhirat yang kekal. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu” (QS. Al-Hajj: 11). Ayat ini mengingatkan dan memberitahu kita bahwa ukuran waktu di dunia sangatlah relatif dan fana jika dibandingkan dengan kekekalan akhirat. Para ulama menjelaskan bahwa berbagai kenikmatan duniawi tak seberapa lamanya jika diukur menggunakan skala waktu akhirat. Oleh karena itu, Islam mendorong umatnya untuk menggunakan waktu di dunia dengan bijak dan mempersiapkan bekal untuk akhirat.

Example 300x600

Islam mengajarkan bahwa dunia ini diibaratkan sebagai tempat peristirahatan sementara bagi seorang musafir sebelum melanjutkan perjalanan ke tempat peristirahat selamanya. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Keberadaanku di dunia seperti seorang musafir berteduh di bawah pohon, kemudian pergi meninggalkannya.” Artinya, kita seharusnya tidak terlalu mengejar kenikmatan dunia karena semuanya akan lenyap. Berbagai ayat Al-Qur’an menegaskan hakikat dunia yang fana, “Kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (QS. Ali ‘Imran: 185) dan “Dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau” (QS. Al-An’am: 32). Semua pengingat ini menegaskan bahwa waktu di dunia begitu cepat berlalu. Sebagaimana dipaparkan dalam sumber kajian Islam, rata-rata umur manusia hanya 60–70 tahun, sehingga bila satu hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia, maka keseluruhan hidup manusia di dunia kira-kira hanya berselang 1,5 jam di balik hari akhirat. Sudut pandang dari agama Islam ini mendorong seseorang untuk menyibukkan dirinya dengan amal saleh, mengingat kematian, dan menanamkan kesadaran bahwa “dunia hanya sementara, akhirat selamanya.”

Sebaliknya, perspektif fisika modern menyajikan gambaran singkatnya waktu hidup kita dalam konteks relativitas dan skala alam semesta. Menurut teori relativitas Einstein, waktu tidaklah tetap ia bergantung pada kecepatan dan gravitasi yang dialami oleh pengamat. Semakin cepat kecepatan suatu benda mendekati kecepatan cahaya, semakin lambat pergerakan waktu bagi benda tersebut relatif terhadap pengamat di Bumi. Misalnya, seorang astronot yang menempuh perjalanan dengan kecepatan sangat tinggi bisa mengalami efek dilatasi waktu, satu tahun perjalanan baginya mungkin setara dengan sepuluh tahun di Bumi. Dengan kata lain, “satu menit” menurut kerangka waktu kita bisa terasa “panjang” bagi pengamat lain dalam kondisi tertentu. Selain itu, kecepatan cahaya yang sangat tinggi, yaitu sekitar 300.000 km/detik membuat jarak kosmik yang terpampang dalam satuan waktu yang pendek. Sebagai ilustrasi, cahaya membutuhkan waktu 8,3 menit untuk mencapai Bumi dari Matahari yang berjarak sekitar 149,6 juta kilometer dan sekitar 33 menit untuk mencapai Jupiter yang berjarak sekitar 778 juta kilometer dari Matahari. Artinya, dalam satu menit saja cahaya telah menempuh puluhan juta kilometer. Ini menunjukkan bahwa “satu menit” dalam skala kosmik adalah jarak yang sangat jauh.

Pada skala alam semesta yang lebih besar, perbandingan waktu hidup manusia menjadi sangat singkat. Konsep “Kalender Kosmik” yang diperkenalkan oleh Carl Sagan mengilustrasikan jika 13,8 miliar tahun usia alam semesta jika disusutkan menjadi satu tahun, maka seluruh sejarah umat manusia baru terjadi dalam beberapa detik terakhir saja. Artinya, keberadaan manusia di alam semesta hanyalah setitik debu di hamparan waktu yang sangat panjag. Semua konsep fisika ini menekankan bahwa waktu yang kita miliki sangatlah terbatas.

Islam dan fisika sama-sama mengingatkan kita untuk menghargai waktu dengan sepenuh hati. Islam mengajarkan agar manusia tak terlena oleh kesenangan duniawi yang hanya sementara. Fisika mengungkapkan bahwa waktu bersifat relatif dan sekilas, artinya kita bisa merubah maknanya tergantung konteks kecepatan dan gravitasi. Sekalipun dengan segala perbedaan sudut pandang, keduanya sepakat bahwa hidup di dunia adalah momen yang singkat. Hal ini menegaskan bahwa setiap detik perlu digunakan untuk hal yang bermakna seperti beribadah, berbuat baik, dan memperbaiki diri karena kemudian kelak kita akan mempertanggungjawabkannya di akhirat.

Hidup manusia di dunia ibarat cerita yang ditulis hanya dalam satu menit singkat. Perspektif Islam menegaskan bahwa dunia hanyalah tempat persinggahan sementara menuju keabadian akhirat. Ilmu fisika pun menunjukkan betapa relatif dan singkatnya waktu hidup kita dalam skala kosmik. Kedua pandangan ini mengajak kita untuk menghargai setiap detik kehidupan. Dengan sadar akan keterbatasan waktu, akan mendorong kita menjalani hidup dengan penuh keikhlasan dan tujuan baik. Semoga kita semua mampu menjalani “satu menit” dalam kehidupan ini dengan penuh kesadaran, sehingga dapat meraih keberkahan di dunia dan akhirat.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *