Oleh: Chello Mitha Risdyani, Fakultas Vokasi Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya
Analis Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) atau Analis Kesehatan adalah salah satu pilar krusial dalam rantai pelayanan kesehatan. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, ATLM merupakan tenaga profesional yang bertanggung jawab atas pengujian spesimen dan validasi hasil laboratorium, keputusan itulah yang akan menentukan diagnosis dan penatalaksaan pasien. Meskipun sering bekerja “di balik layar” dan kurang mendapat sorotan publik (Syaiful et al., 2025), peran ATLM menjadi semakin vital dan terlihat nyata semasa krisis, dimana mereka menjadi garda terdepan dalam penegakan diagnosis. Dengan kompleksitas tugas tersebut, penguasaan teknis harus diimbangi dengan keterampilan komunikasi yang mumpuni karena kesalahan dalam prosedur atau pelaporan hasil diagnosis dapat berakibat fatal terhadap pasien.
Definisi Kompetensi dan Tiga Tahap Prosedural
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 370/Menkes/SK/III/2007 profesi ATLM merujuk pada individu yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan, mengelola, dan mengevaluasi kegiatan laboratorium medik dengan menggunakan berbagai sumber yang sesuai dengan standar profesi yang berlaku. Tugas ATLM sangat berlapis, meliputi pengembangan teknik pengambilan sampel, pelaksanaan pengujian analitik yang akurat, pemeliharaan instrumen mutakhir, hingga tugas krusial yaitu validasi analitik akhir sebelum menyerahkan data kepada dokter. Seluruh proses tersebut diringkas dalam tiga fase utama. Fase pertama adalah fase pra-analitik yaitu fase yang melibatkan interaksi pasien dan verifikasi data. Fase kedua adalah analitik yaitu fase pengujian teknis murni. Fase terakhir adalah fase pasca-analitik yaitu proses memvalidasi hasil dan menyusun laporan diagnosis. Rangkaian kerja yang terstruktur ini berfungsi sebagai gatekeep untuk menjamin hasil yang sah dan terpercaya.
Komunikasi sebagai Perekat Mutu Prosedur
Efektivitas setiap fase kerja ATLM sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi. Dalam fase pra-analitik, fokus komunikasi adalah aspek terapeutik dan edukatif. ATLM harus mampu untuk memberikan petunjuk persiapan kepada pasien secara ringkas dan mudah untuk dipahami, serta dapat menciptakan suasana yang menenangkan sehingga dapat meredakan kecemasan pasien. Sedangkan, dalam fase pasca-analitik, komunikasi berubah menjadi interprofesi yang berorientasi pada ketepatan dan kecepatan. ATLM memiliki kewajiban untuk segera menginformasikan nilai-nilai kritis yang dapat mengancam nyawa kepada dokter yang bertanggung jawab. Pelaporan ini biasanya dilaksanakan secara lisan, dan kecepatan dalam penyampaiannya dapat menjadi faktor penentu keselamatan pasien.
Ragam Modalitas Komunikasi ATLM
Dalam menjalankan perannya, ATLM menggunakan beragam modalitas dalam berkomunikasi. Modalitas langsung (tatap muka) sangat penting saat berinteraksi dengan pasien di ruang pengambilan sampel, di mana kontak mata dan bahasa tubuh membantu meredakan ketegangan dan membantu dalam meningkatkan kepercayaan. Sementara itu, modalitas tidak langsung banyak digunakan untuk menyalurkan informasi formal dan cepat. Dalam perkembangannya muncul pula pemanfaatan teknologi digital melalui telemedicine atau telehealth, yang meskipun utamanya digunakan oleh dokter atau perawat, tetapi data diagnostik yang dikirimkan melalui platform digital tersebut berasal dari laboratorium yang dikelola oleh ATLM.
Opini dan Observasi Lapangan
Dalam pengamatan di lapangan, terlihat bahwa implementasi komunikasi yang efektif ini bukan lagi idealisme, melainkan kebutuhan praktis. Opini pengamat menyatakan bahwa di salah satu rumah sakit di Surabaya, departemen laboratorium medik menunjukkan praktik yang baik dalam integrasi komunikasi. mereka secara konsisten menerapkan komunikasi terapeutik yang baik selama fase pra-analitik, di mana setiap analis secara sistematis menggunakan modalitas langsung dengan kontak mata dan bahasa tubuh yang menenangkan untuk mengurangi ketegangan pasien.
Penutup
Analis Teknologi Laboratorium Medik adalah profesi yang memiliki tanggung jawab kompleks. Aspek terpenting yang mengikat semua prosedur adalah komunikasi yang tepat dan efektif. Penguasaan berbagai modalitas komunikasi dari interaksi tatap muka hingga pelaporan harus menjadi kompetensi fundamental. Studi kasus di salah satu rumah sakit di Surabaya memperkuat pandangan bahwa dengan menjamin kualitas komunikasi, ATLM tidak hanya menghasilkan data yang akurat, tetapi menegaskan posisi mereka sebagai pilar utama yang menopang pengambilan keputusan klinik.

















