Oleh: Chello Mitha Risdyani, Mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya
Memasuki dunia perkuliahan merupakan babak baru yang penuh dengan semangat. Akan tetepi, bagi mahasiswa baru yang merantau hal tersebut merupakan salah satu tantangan yang besar. Mahasiswa rantau secara tidak langsung dituntut untuk mengatur kehidupannya sendiri, membentuk pertemanan baru, dan menyesuaikan rutinitas baru dengan kegiatan akademik (Johnson & Sandhu, 2007 dalam Sun, dkk., 2016). Hal tersebut sering kali mengakibatkan mahasiswa baru merasakan homesickness. Menurut KBBI, homesick atau homesickness artinya adalah rindu atau hendak pulang kampung. Homesick merupakan perasaan sedih, cemas, atau gelisah karena jauh dari rumah, keluarga, dan lingkungan yang akrab. Ada beberapa cara efektif yang dapat dilakukan untuk mengatasi homesick dan menyesuaikan diri dengan kehidupan di perantauan.
Salah satu cara yang paling efektif untuk mengatasi permasalahan homesick adalah dengan tetap melakukan komunikasi dengan keluarga dan teman-teman di rumah. Dengan menjalin komunikasi secara konsisten akan memberikan rasa kenyamanan dan kehangatan. Jaringan dukungan ini dapat bertindak sebagai pengingat identitas dan rasa memiliki, selain itu juga memberikan sumber daya emosional untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di tempat baru.
Cara yang kedua adalah dengan membangun rutinitas baru. Bagi mereka yang mengalami homesick, rutinitas baru adalah cara untuk mengganti kekosongan dari kebiasaan lama yang sering dilakukan di kampung halaman dengan kebiasaan baru yang lebih sehat dan terstruktur. Dengan demikian, rutinitas baru akan membuat mahasiswa lebih aktif dalam membentuk masa depan di lingkungan baru.
Berpartisipasi aktif dalam kegiatan di dalam kampus atau mengikuti komunitas di luar kampus merupakan langkah vital untuk menghindari adanya isolasi sosial dan mempercepat proses adaptasi di lingkungan baru. Dengan adannya keterlibatan ini dapat membantu seseorang untuk membangun rutinitas baru yang lebih sehat di luar dari rutinitas utama. Selain itu, juga dapat bermanfaat untuk mengisi waktu luang dan mengasah keterampilan (softskill) yang dimiliki.
Menetapkan tujuan akademis dan memprioritaskan studi juga merupakan langkah fundamental untuk membangun stabilitas dan membantu mengelola stress di lingkungan baru. Dengan memfokuskan energi mental pada tugas-tugas terstruktur, seseorang secara efektif menciptakan rutinitas harian yang produktif, mengalihkan perhatian dari kerinduan masa lalu menjadi dorongan untuk mencapai prestasi.
Langkah terakhir yang dapat dilakukan adalah dengan mencari dukungan professional. Dalam menghadapi rasa homesick, professional kesehatan mental dapat menawarkan alat dan strategi yang terpersonalisasi untuk mengelola kecemasan, stres, dan perasaan isolasi yang mendalam. Dengan mendapatkan panduan ahli, seseorang dapat mempercepat proses penyesuaian diri dan mempertahankan kesejahteraan emosional sebagai fondasi untuk keberhasilan akademis dan sosial di lingkungan baru.
Nta. (2024, Oktober 16). Cara menghilangkan homesick untuk mahasiswa perantau: Mengatasi rindu dan merasa lebih nyaman di perantauan. Linguistik UPN Jatim – Dalam Kata.
Pentingnya adaptasi bagi mahasiswa rantau. (2022, Juli 11). Mahasiswa Indonesia.
Sun, J., Hagedorn, L. S., & Zhang, Y. (Leaf). (2016). Homesickness at college: Its impact on academic performance and retention. Journal of College Student Development, 57(8), 943–957.


















