Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Feature

Ratapan Rindu Anak Rantau Kuliah

×

Ratapan Rindu Anak Rantau Kuliah

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Irmawatie, Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Sejak memutuskan untuk kuliah di luar kota, banyak perubahan yang terjadi dalam hidupku. Tidak hanya soal lingkungan baru, teman-teman baru, dan rutinitas kuliah yang padat, tetapi juga tentang bagaimana hubungan dengan keluarga kini terasa berbeda. setelah menjadi anak rantau, rasanya komunikasi dengan keluarga semakin jarang dan semakin terbatas.
Awalnya, aku merasa bisa menghadapinya dengan baik. Toh, aku sudah cukup dewasa dan bisa berdiri sendiri. Di sini, aku belajar banyak hal baru, menghadapi tantangan yang kadang membuatku merasa lelah.

Example 300x600

Tapi seiring waktu, aku mulai merasa kekurangan sesuatu. Entah itu sebuah pelukan hangat atau sekadar mendengar suara ibu atau ayah yang menanyakan kabarku “Hari ini gimana?” “Kuliahnya lancar?” “Kuliah tidak?” “Udah makan belum?” dll. Tapi, ternyata pesan sesimpel itu hanya di awal-awal perkuliah-an saja, bahkan sekarang jarang menanyakan kabar Atau mungkin hanya mendengar celoteh adikku pun sekarang jarang dengan se-iringnya waktu. Rasanya, aku mulai kehilangan sesuatu yang dulu selalu membuatku merasa di rumah, di tengah kesibukan kuliah dan kehidupan baru di tempat yang jauh.

Komunikasi dengan keluarga sekarang lebih sering terbatas pada pesan singkat atau telepon yang hanya berisi kabar penting. Rasanya, obrolan sederhana tentang bagaimana hari-hari kami berjalan, tentang pengalaman lucu atau hal-hal kecil yang membuat kami tertawa, mulai menghilang. Aku juga tahu, mereka pasti sibuk. Orang tuaku masih bekerja keras setiap hari untuk menghidupi keluarga. Adikku juga sibuk dengan sekolahnya.

Aku juga tidak bisa terlalu sering menghubungi mereka karena kesibukanku sendiri dengan kuliah yang kadang bikin lelah. Tapi, di balik itu semua, aku ingin sekali rasanya memiliki waktu untuk berbicara lebih lama dengan mereka, bertukar cerita, dan merasakan kedekatan yang dulu ada.

Terkadang, aku merasa kesepian. Meskipun , banyak teman di sekitar. Aku merasa tidak ada yang bisa aku ajak berbicara seperti dulu. Di sini, aku tidak bisa lagi berlari ke ibu dan ayah untuk mendapatkan nasihat atau bercerita tentang hal-hal yang aku alami seharian. Semua terasa lebih pribadi, dan aku merasa kesulitan membagi cerita yang kadang hanya ingin aku bicarakan dengan orang terdekat. Padahal, mungkin hal-hal kecil itu yang bisa membuat aku merasa lebih tenang dan kuat menjalani kehidupan baru ini.

Aku juga mulai merasakan bahwa meski teknologi sudah memungkinkan kita untuk tetap terhubung, ada sesuatu yang hilang dalam komunikasi. Rasanya, percakapan yang mengalir begitu saja adalah salah satu cara terbaik untuk merasa terhubung dan tidak merasa jauh, meskipun jaraknya ribuan kilometer.

Aku sadar bahwa hubungan keluarga memang tidak selalu harus dengan komunikasi yang intens setiap waktu. Setiap orang punya cara sendiri untuk menjaga kedekatannya. Namun, aku juga merasa bahwa kadang-kadang, obrolan yang ringan tentang hal-hal sehari-hari bisa memberi rasa tenang, mengingatkan bahwa kita tetap memiliki satu sama lain meski terpisah oleh jarak.

Mungkin aku terlalu sering terlarut dalam kesibukanku, atau mungkin mereka juga sibuk dengan rutinitas mereka. Tetapi, tetap saja aku berharap ada lebih banyak waktu untuk berbicara tentang apa saja, bukan hanya masalah kuliah atau urusan keuangan. Aku rindu mendengar suara mereka tanpa ada alasan tertentu, hanya sekadar ingin tahu bagaimana kabar satu sama lain.

Aku tahu, aku bukan satu-satunya yang merasa seperti ini. Banyak anak rantau lainnya yang juga merasakan hal yang sama. Kita semua berada di titik yang sama, menjalani hidup yang penuh tantangan, tapi juga penuh rindu akan keluarga. Setiap kali aku menerima pesan singkat dari ibu atau ayah, aku merasa sedikit lega. Meski pesan itu sederhana, aku tahu itu tanda bahwa mereka masih peduli, meski kadang komunikasi kami tak seperti dulu.

Pada akhirnya, aku hanya ingin keluarga tahu bahwa meskipun aku jarang menghubungi atau tidak terlalu sering berbicara, aku selalu merindukan mereka.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Feature

Oleh: Wortelina Aku kira aku akan menjadi orang…

Feature

Oleh: Perempuan Sebalik Tawa Hidup adalah sebuah pilihan….