Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Mimbar Mahasiswa

Teknologi Digital dan Pudarnya Komunikasi dalam Keluarga

×

Teknologi Digital dan Pudarnya Komunikasi dalam Keluarga

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Dina Rahma Aprilia, Mahasiswi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam 2023-2024

Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam cara manusia berinteraksi. Jika dahulu komunikasi lebih banyak dilakukan secara langsung, kini interaksi sering kali beralih ke perangkat digital seperti ponsel atau komputer. Perubahan ini tidak hanya memengaruhi hubungan sosial secara umum, tetapi juga berdampak pada pola komunikasi dalam keluarga.

Example 300x600

Meski teknologi memberikan kemudahan, keberadaannya secara tidak langsung menciptakan jarak emosional antar anggota keluarga. Fenomena ini menjadi isu penting yang perlu dikaji melalui perspektif ilmu komunikasi dan budaya.

Sebelum era digital, komunikasi dalam keluarga berlangsung secara alami. Orang tua dan anak memiliki waktu untuk berbincang tentang aktivitas sehari-hari, nilai-nilai hidup, dan pengalaman pribadi. Interaksi nonverbal, seperti tatapan mata, senyuman, atau pelukan, menjadi elemen penting dalam membangun kehangatan emosional di antara anggota keluarga. Namun, dengan munculnya teknologi digital, tradisi ini perlahan mulai berubah.

Kini, pemandangan keluarga yang duduk bersama namun asyik dengan ponsel masing-masing telah menjadi hal biasa. Aktivitas seperti makan malam, yang dulunya menjadi momen berkumpul, berubah menjadi situasi di mana setiap individu tenggelam dalam dunianya sendiri. Fenomena ini sering digambarkan sebagai “jauh saat dekat, dekat saat jauh” secara fisik bersama, tetapi secara emosional terpisah.

Fenomena ini dapat dipahami melalui Teori Ketergantungan Media yang dikemukakan oleh Ball-Rokeach dan DeFleur. Menurut teori ini, individu semakin bergantung pada media untuk memenuhi kebutuhan informasi, hiburan, dan bahkan interaksi sosial. Akibatnya, interaksi langsung dalam keluarga menjadi terpinggirkan. Anggota keluarga cenderung lebih mencari kenyamanan melalui layar daripada dari percakapan dengan anggota keluarga lainnya.

Selain itu, Teori Komunikasi Antarpribadi yang dikemukakan oleh Joseph DeVito menekankan pentingnya keseimbangan antara komunikasi verbal dan nonverbal. Dalam interaksi langsung, ekspresi wajah, nada suara, dan gerak tubuh berperan penting dalam menyampaikan pesan dan menciptakan kedekatan emosional. Namun, komunikasi digital sering kali menghilangkan elemen-elemen ini. Percakapan melalui pesan teks atau media sosial, meski efisien, sering terasa datar dan kurang emosional.

Perubahan pola komunikasi di dalam keluarga tidak hanya menciptakan jarak emosional, tetapi juga menimbulkan sejumlah dampak negatif, seperti: pertama, kehilangan kedekatan emosional. Minimnya komunikasi tatap muka mengurangi pemahaman dan keterikatan emosional antar anggota keluarga.

Kedua, renggangnya hubungan orang tua dan anak. Kurangnya percakapan mendalam membuat orang tua sulit memahami perasaan dan kebutuhan anak.Ketiga ,Kesalahpahaman: Minimnya komunikasi berkualitas dapat memicu miskomunikasi yang berujung pada konflik.

Di lingkungan perkotaan, seorang anak yang banyak menghabiskan waktu bermain game daring atau menggunakan media sosial sering kali merasa lebih nyaman berbicara dengan teman-teman virtual dibandingkan dengan keluarganya. Sementara itu, orang tua yang sibuk dengan pekerjaan jarang menyisihkan waktu untuk berinteraksi dengan anak. Kondisi ini menciptakan jarak emosional yang semakin sulit dijembatani.

Untuk mengatasi permasalahan ini, keluarga perlu mengambil langkah konkret agar komunikasi kembali hangat dan efektif. Beberapa strategi yang dapat diterapkan, pertama, waktu bebas teknologi tentukan waktu khusus, seperti saat makan malam atau akhir pekan, sebagai momen bebas dari gadget. Gunakan waktu ini untuk berbincang atau melakukan aktivitas bersama tanpa gangguan perangkat elektronik.

Kedua, menggunakan teknologi untuk mempererat hubunganteknologi dapat dimanfaatkan secara positif, misalnya dengan melakukan panggilan video saat berjauhan atau memainkan gim daring yang melibatkan seluruh anggota keluarga.

Ketiga, mendorong komunikasi terbuka. Orang tua perlu menciptakan suasana yang mendukung keterbukaan dengan mendengarkan tanpa menghakimi dan menyediakan waktu khusus untuk berbicara dengan anak.

Keempat, memberi contoh perilaku positif. Orang tua berperan penting sebagai teladan. Jika mereka dapat menunjukkan kebiasaan baik, seperti meletakkan ponsel saat berkomunikasi, anak-anak akan meniru perilaku tersebut.

Teknologi digital memang membawa berbagai kemudahan, tetapi jika tidak digunakan secara bijak, ia berpotensi mengancam keharmonisan komunikasi keluarga. Fenomena “jauh saat dekat, dekat saat jauh” mencerminkan realitas yang harus segera diatasi. Dengan memahami dampaknya melalui teori komunikasi dan menerapkan langkah-langkah strategis, keluarga dapat mempererat hubungan emosional meskipun berada di tengah arus digitalisasi.

Sebagai pilar utama pembentukan nilai dan karakter, keluarga memiliki peran penting dalam menciptakan hubungan yang harmonis. Oleh karena itu, menjaga kehangatan komunikasi antar anggota keluarga merupakan langkah esensial untuk masa depan yang lebih baik.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *