Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Feature

Dompet Tipis; Mahasiswa Terjepit di Antara Kebutuhan dan Penghematan

×

Dompet Tipis; Mahasiswa Terjepit di Antara Kebutuhan dan Penghematan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Wulan Syalwa Safitri, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Salatiga

Mahasiswa yang harus bertahan di tengah keterbatasan finansial adalah salah satu kenyataan pahit dalam dunia perkuliahan. Istilah “dompet tipis” menjadi representasi dari perjuangan mahasiswa yang harus bertahan hidup di antara kebutuhan besar dan pendapatan yang sangat terbatas. Perjuangan ini tidak hanya mencakup tantangan materil, tetapi juga menyentuh aspek emosional, sosial, dan kesehatan.

Example 300x600

Sebagai seorang mahasiswa, kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, transportasi, dan biaya kuliah adalah prioritas utama. Namun, kebutuhan ini tidak berhenti pada hal dasar saja. Mahasiswa juga harus memenuhi kebutuhan akademis, seperti membeli buku, membayar biaya praktikum, dan berlangganan internet untuk menyelesaikan tugas. Selain itu, kebutuhan sosial juga sering muncul, seperti menghadiri kegiatan kampus, organisasi, atau sekadar nongkrong bersama teman.

Sayangnya, sumber pendapatan mahasiswa sering kali tidak mampu mengimbangi kebutuhan ini. Mayoritas mahasiswa di Indonesia bergantung pada kiriman orang tua, yang dalam banyak kasus hanya cukup untuk kebutuhan mendasar. Sementara itu, mahasiswa yang berasal dari keluarga ekonomi lemah mungkin menghadapi tekanan yang lebih besar. Mereka tidak hanya bertanggung jawab pada keberlanjutan studi, tetapi juga sering kali memiliki beban moral untuk membantu ekonomi keluarga.

Ketika pendapatan tidak seimbang dengan kebutuhan, penghematan menjadi pilihan tak terhindarkan. Mahasiswa sering kali harus mengambil langkah-langkah ekstrem untuk menekan pengeluaran. Contohnya adalah mengganti makanan bergizi dengan mi instan, memilih tinggal di kos-kosan yang jauh dari kampus dengan fasilitas minim, atau bahkan mengurangi frekuensi pulang ke rumah untuk menghemat biaya transportasi.

Namun, penghematan seperti ini memiliki risiko besar. Kekurangan nutrisi akibat pola makan yang tidak sehat dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik. Dalam jangka panjang, hal ini dapat mengganggu konsentrasi dan produktivitas belajar. Selain itu, tekanan finansial yang terus-menerus juga dapat menyebabkan mahasiswa stress dan bahkan depresi.

Untuk menutupi kebutuhan mereka, banyak mahasiswa yang memilih untuk bekerja part time atau paruh waktu. Dari menjadi barista, pengemudi ojek online, hingga menjalankan usaha kecil-kecilan seperti menjual produk makanan secara online atau membuka jasa freelance. Langkah ini memang memberikan solusi finansial, tetapi tidak tanpa konsekuensi.

Mahasiswa yang bekerja ikut orang atau bos sering kali kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dan studi. Jam kerja yang panjang dapat mengurangi waktu belajar dan istirahat, sehingga performa akademik mereka berisiko menurun. Dalam beberapa kasus, pekerjaan paruh waktu juga membuat mahasiswa kehilangan kesempatan untuk mengikuti kegiatan kampus yang penting untuk pengembangan soft skill dan jejaring sosial mereka.

Akan tetapi di tengah keterbatasan ini, mahasiswa sering kali menunjukkan solidaritas dan kreativitas yang luar biasa. Banyak mahasiswa yang saling membantu, seperti berbagi makanan, memberikan pinjaman tanpa bunga, atau bahkan bekerja sama dalam membangun usaha kecil-kecilan. Kreativitas mereka juga terlihat dalam memanfaatkan teknologi untuk mencari penghasilan, seperti menjadi content creator atau menjalankan bisnis online.

Namun, penting bagi mahasiswa untuk tetap menjaga keseimbangan. Jangan sampai tekanan ekonomi membuat mereka melupakan tujuan utama mereka, yaitu belajar dan berkembang. Dengan manajemen waktu yang baik dan dukungan lingkungan sekitar, mahasiswa dapat mengatasi tantangan ini tanpa harus mengorbankan kesehatan fisik maupun mental mereka.

“Dompet tipis” bukan hanya sekadar kondisi ekonomi, tetapi juga simbol perjuangan mahasiswa dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Meski berat, perjuangan ini dapat membentuk karakter yang tangguh, kreatif, dan mandiri. Mahasiswa adalah aset bangsa. Ketika mereka berhasil melewati masa-masa sulit ini, mereka akan menjadi generasi penerus yang mampu memberikan kontribusi besar bagi masyarakat.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Feature

Oleh: Wortelina Aku kira aku akan menjadi orang…

Feature

Oleh: Perempuan Sebalik Tawa Hidup adalah sebuah pilihan….