Oleh: Nakhwa Alfina Faiz
Tentang dua manusia di sebuah kota kecil diperbatasan kota Semarang tinggalah dua remaja, Awa dan Ido. Mereka adalah pasangan muda yang penuh semangat, mereka mempunyai mimpi yang besar. Awa bercita-cita menjadi Reporter, sedangkan Ido diterima untuk bekerja disebuah perusahaan kontruksi pembangunan. Namun, mimpi-mimpi itu membawa mereka menuju kota dan negara yang berbeda, Awa melanjutkan studi di Yogyakarta, sedangkan Ido harus pergi keluar negri karena ditugaskan disana.
Awalnya, mereka berdua berjanji untuk saling mendukung meskipun terpisah oleh jarak.
“Kita akan tetap bersama, kan? Meskipun beda negara,” kata Awa dengan mata berbinar saat mereka mengucapkan selamat tinggal di Bandara.
Ido mengangguk sambil tersenyum, “Tentu saja! Kita bisa saling kirim pesan setiap hari”.
Namun, kenyataan tidak seindah harapan. Perbedaan waktu dan kesibukan masing-masing membuat komunikasi mereka terbatas. Awa sering kali memeriksa handphone untuk menunggu pesan dari Ido, sementara Ido yang sibuk dengan proyek-proyeknya sering kali hanya bisa membalas pesan Awa di malam hari.
Terkadang, mereka hanya bisa berkomunikasi melalui pesan singkat dan video call yang terbatas. Awa selalu teringat saat-saat manis ketika mereka menghabiskan waktu bersama di tepi sungai, berbagi cerita dan impian.
“Suatu hari, aku ingin menjadi penyiar berita terkenal,” kata Awa dengan mata berbinar. Ido hanya tersenyum, mendukung setiap kata yang keluar dari bibir kekasihnya.
“Dan aku akan membangun gedung-gedung megah untukmu laporkan berita dari atasnya,” jawab Ido sambil menggenggam tangan Awa erat.
Namun, kehidupan tidak selalu berjalan mulus. Setelah mereka terpisah oleh jarak, komunikasi menjadi tantangan tersendiri. Awa yang sibuk dengan kuliah dan tugas-tugasnya sering kali harus berjuang melawan rasa rindu.
Sementara itu, Ido yang bekerja di lapangan harus menghadapi cuaca yang tak menentu dan jam kerja yang panjang. Waktu untuk berbicara menjadi sangat terbatas, sering kali hanya melalui pesan singkat atau panggilan telepon di malam hari.
Suatu malam, setelah seharian berjuang dengan tugas kuliah yang menumpuk, Awa meraih ponselnya dengan harapan bisa mendengar suara Ido. Namun, saat ia menekan tombol panggil, nada dering hanya bergema tanpa jawaban. Hatinya terasa berat, rasa rindu menyelimuti dirinya.
“Kenapa harus begini?” pikirnya dalam hati. Beberapa saat kemudian, ponselnya bergetar.
Sebuah pesan dari Ido muncul di layar. “Maaf sayang, aku baru saja selesai kerja. Hari ini sangat melelahkan.”
Awa tersenyum membaca pesan itu. Walaupun Ido tidak bisa mengangkat teleponnya, setidaknya mereka masih bisa saling mengirim pesan. Kedua hati ini terus saling menguatkan meski terpisah oleh ribuan kilometer. Setiap kali Awa merasa kehilangan semangat, ia akan mengingat kata-kata Ido yang selalu menyemangatinya.
“Kamu adalah Reporter hebat, Awa. Jangan berhenti bermimpi,” ungkap Ido dalam salah satu video call mereka. Begitu pula sebaliknya. Ketika Ido merasa lelah menghadapi tuntutan pekerjaan dan proyek yang menumpuk, Awa selalu ada untuk mendengarkan keluh kesahnya. “Ingat, setiap langkah kecilmu adalah bagian dari perjalanan menuju impianmu,” ucap Awa lembut.
Meskipun perjalanan mereka tidak sempurna, cinta mereka semakin kuat. Setiap kali mereka merayakan pencapaian kecil, baik itu Awa menyelesaikan satu tugas kuliah, atau Ido yang semakin menguasai bidang pekerjaannya, mereka selalu mengingatkan satu sama lain bahwa semua usaha ini adalah untuk masa depan yang lebih baik.Hari-hari berlalu dan waktu terus berjalan.
Meski raga mereka terpisah oleh jarak, hati mereka tetap saling terhubung. Mereka belajar untuk menghargai setiap momen kecil yang bisa dibagikan meski hanya melalui layar ponsel. Seperti bait lirik pada lagu berjudul “NINA” yang dinyanyikan oleh Feast “Beda kota pisah raga bukan masalahku, lihat wajahmu di layarku tetap bersyukur“.
Mereka tahu, bahwa perjalanan ini belum berakhir. Masih banyak mimpi yang harus dikejar dan tantangan yang harus dihadapi. Namun, satu hal yang pasti selama mereka saling mendukung dan mencintai, tidak ada jarak yang bisa memisahkan mereka.
Cinta mereka adalah jembatan antara dua kota yang berbeda, menghubungkan dua jiwa yang saling percaya dan saling menyayangi. Dan di situlah letak kekuatan sejati dari cinta mereka. Meski terpisah raga, hati mereka akan selalu bersatu.