Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Kolom

Bunda Literasi di Era Artificial Intelligence

×

Bunda Literasi di Era Artificial Intelligence

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Gunawan Trihantoro
Ketua Satupena Kabupaten Blora dan Sekretaris Kreator Era AI Jawa Tengah

Di tengah riuhnya era Artificial Intelligence (AI), hadirnya sosok Bunda Literasi menjadi harapan baru dalam menghidupkan budaya baca dan tulis yang nyaris terlindas gelombang digitalisasi.

Example 300x600

Ketika teknologi semakin mendominasi ruang hidup manusia, literasi tak lagi sekadar soal membaca buku, tapi juga kemampuan menyaring informasi, memahami konteks, dan mengolahnya menjadi pengetahuan yang bijak guna.

Dengan dilantiknya Hj. Ainia Shalichah, SH, M.Pd.AUD, M.Pd.BI. sebagai Bunda Literasi Kabupaten Blora, kita menyaksikan tonggak penting dalam sejarah gerakan literasi lokal. Ini bukan hanya seremoni, tapi simbol dari kesungguhan untuk menyalakan cahaya di tengah zaman yang sarat distraksi.

Kita patut bangga atas momen bersejarah ini. Sebab dari tangan Bunda Literasi, semangat membaca akan menjalar ke pelosok desa, menyentuh anak-anak, kaum ibu, hingga lansia yang haus akan ilmu dan cerita.

Di era AI, masyarakat tak cukup hanya pandai menggunakan gawai. Mereka harus cerdas memilah informasi, kritis menelaah konten, dan kreatif menulis narasi. Di sinilah peran Bunda Literasi menjadi sangat vital.

Ia menjadi figur inspiratif yang mendekatkan buku ke pangkuan anak, membuka cakrawala lewat dongeng, dan menyulam nilai-nilai kehidupan melalui aksara yang sederhana namun membekas.

Teknologi mestinya tak menjadi penghalang, tetapi jembatan untuk menumbuhkan literasi. Dan Bunda Literasi adalah penjaga jembatan itu, memastikan setiap anak menyeberang dengan selamat menuju masa depan.

Perpustakaan bisa berbasis digital, tapi semangat membaca tetap harus menyala. AI dapat menjawab banyak pertanyaan, tetapi manusia literat akan tahu pertanyaan mana yang bermakna untuk diajukan.

Dengan dilantiknya Hj. Ainia Shalichah, hadir optimisme baru, bahwa teknologi dan tradisi bisa berjalan beriringan, saling melengkapi, bukan bertentangan. Buku dan AI bisa menjadi sahabat dalam proses belajar.

Bunda Literasi bukan hanya penggerak kegiatan baca tulis. Ia adalah simbol keberpihakan pada masa depan, pada anak-anak yang kelak akan menghadapi dunia yang jauh lebih kompleks daripada hari ini.

Ia adalah sosok yang mengajak para ibu menghidupkan cerita di rumah, mendorong komunitas membuat taman baca, dan memeluk guru-guru yang sedang berjuang menghidupkan literasi di kelas.

Gerakan literasi yang digawangi oleh Bunda Literasi akan memperkuat daya tahan masyarakat Blora terhadap hoaks, radikalisme, dan budaya instan yang mengikis nalar kritis.

Dengan literasi yang kuat, warga Blora tidak hanya pintar membaca, tapi juga bijak bersikap, cerdas bermedia, dan produktif dalam mencipta. Inilah transformasi sosial yang diharapkan hadir dari gerakan literasi.

Bunda Literasi adalah wajah kasih yang membimbing tanpa menggurui, memotivasi tanpa memaksa. Ia menjelma jembatan antara generasi, antara tradisi dan inovasi, antara harapan dan kenyataan.

Mari kita dukung kiprah Hj. Ainia Shalichah sebagai Bunda Literasi Kabupaten Blora. Karena masa depan bangsa ini tidak hanya dibentuk oleh algoritma, tetapi juga oleh karakter, wawasan, dan kemanusiaan yang dibangun melalui literasi. (*)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kolom

Lintasan Cahaya KH. Hasan Basri (2) Oleh Gunawan…