Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Puisi Esai

Catatan untuk UU TNI

×

Catatan untuk UU TNI

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Sebuah kisah di negeri Konoha, terjadinya aksi demokrasi rakyat Indonesia mengenai pengesahan RUU TNI 20 Maret 2025. Hal ini terjadi akibat kekhawatiran rakyat Indonesia, akankah ini sebagai suatu kabar baik, atau akan menjadi malah suatu ancaman bagi rakyatnya sendiri?

Di atas meja rapat,
tinta hitam mengalir deras,
membentuk paragraf-paragraf yang kelak menjadi hukum.
RUU TNI, kau disahkan hari ini,
20 Maret 2025,
di bawah langit Jakarta yang tak pernah benar-benar cerah.

Example 300x600

Aku bertanya:
Apakah kau lahir dari dialog yang jujur,
atau hanya dari bisik-bisik ruang tertutup?
Apakah kau hadir untuk melindungi,
atau justru untuk mengikat?

TNI, kau adalah sejarah panjang yang tak pernah selesai.
Kau adalah bambu runcing melawan penjajah,
kau juga adalah bayonet yang menusuk dalam gelap.
Kau adalah pahlawan di medan perang,
tapi juga bayangan yang menakutkan di lorong-lorong Orde Baru.

Kini, mereka memberimu payung hukum baru.
Katanya, untuk modernisasi,
untuk profesionalisme,
untuk menjawab tantangan zaman.
Tapi, di balik kata-kata indah itu,
aku mendengar langkah berat yang menggemuruh.

Aku ingat Aceh, Papua, Timor Timur,
di mana seragam hijau kadang menjadi momok,
di mana senjata berbicara lebih keras daripada kata-kata.
Aku ingat mereka yang hilang,
yang tak pernah pulang,
yang hanya menjadi angka dalam laporan yang tersimpan rapat.

RUU TNI, apakah kau akan melindungi mereka,
atau justru memberi ruang bagi luka baru?
Apakah kau akan menjadi penjaga demokrasi,
atau justru batu sandungan bagi kebebasan?

Di televisi, mereka bilang ini untuk kebaikan bangsa.
Tapi, di sudut-sudut kota,
di desa-desa terpencil,
di mana rakyat kecil masih berjuang untuk sesuap nasi,
aku mendengar bisik-bisik ketakutan.
“Militer akan kembali ke kampung,” kata mereka.
“Kita akan dijaga, atau justru diawasi?”

Tapi, mungkin aku terlalu curiga.
Mungkin ini memang saatnya TNI berdiri tegak,
dengan senjata yang lebih canggih,
dengan strategi yang lebih matang,
untuk melindungi negeri dari ancaman yang tak terlihat.
Ancaman siber, terorisme, perubahan iklim,
dan segala macam bahaya yang tak kenal batas.

Tapi, izinkan aku bertanya lagi:
Apakah kau akan menjadi tembok yang melindungi,
atau justru pagar yang membatasi?
Apakah kau akan menjadi cahaya,
atau justru bayangan yang menutupi?

20 Maret 2025,
hari ini kau disahkan.
Tapi, sejarah tak pernah berhenti di sini.
Kau akan diuji oleh waktu,
oleh rakyat yang kau janji untuk lindungi,
oleh demokrasi yang masih belajar berdiri.

Aku hanya berharap,
kau tak akan menjadi pisau bermata dua,
yang melukai yang seharusnya kau lindungi.
Aku hanya berharap,
kau akan menjadi penjaga yang bijak,
bukan penguasa yang tak terkendali.

Di ujung puisi ini,
aku masih bertanya:
Apakah kau lahir untuk rakyat,
atau hanya untuk kekuasaan?
Jawabannya,
kelak akan ditulis oleh sejarah,
oleh mereka yang hidup di bawah bayang-bayangmu.

20 Maret 2025,
kau resmi menjadi hukum.
Tapi, ingatlah:
hukum tak pernah abadi,
hanya keadilan yang akan dikenang.

Puisi ini terinspirasi oleh

  1. https://www.tempo.co/politik/pakar-hukum-tata-negara-sebut-pengesahan-ruu-tni-merupakan-kemunduran-demokrasi-yang-brutal–1221941
  2. https://www.bbc.com/indonesia/articles/c0mwy89rggko.amp

Oleh: Putri ‘Aisyah Nurul Iman
(KETUA KOMUNITAS PUISI ESAI TINGKAT PELAJAR 2025, KETUA PONDOK PESANTREN ALAM NURUL FURQON 2024, SEKRETARIS UMUM PR IPM PLANET NUFO 2022-2023, WAKIL KETUA OSIS SMP ALAM NURUL FURQON 2021-2022, PIMPINAN REDAKSI MAJALAH UNIVERSE PERDANA PLANET NUFO 2022-2023)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *