Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Feature

Dari Logung ke Panggung Akademik: Doktor yang Lahir dari Pelosok Rembang

×

Dari Logung ke Panggung Akademik: Doktor yang Lahir dari Pelosok Rembang

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Toga hitam itu tampak sedikit kebesaran di tubuhnya. Namun, senyum yang tersungging di wajah Mokhamad Abdul Aziz, M.Sos., M.E., jauh lebih besar dari apa pun yang ia kenakan pagi itu. Di aula megah UIN Walisongo Semarang, Sabtu 23 Agustus 2025, ia melangkah mantap menuju panggung wisuda. Suara riuh tepuk tangan menggema, menandai lahirnya seorang doktor baru.

Bagi sebagian orang, prosesi wisuda hanyalah rutinitas akademik. Tapi bagi Aziz, anak kampung dari Desa Logung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang, hari itu adalah sebuah penegasan: bahwa mimpi besar bisa berakar di tanah kecil.

Example 300x600

“Ini adalah pencapaian yang patut disyukuri,” ucapnya lirih, menahan getar suara. “Sebab sering kali orang kampung dianggap sebelah mata ketika hendak menempuh pendidikan tinggi, apalagi sampai jenjang S3. Di tengah masyarakat yang cenderung materialistis, pendidikan dan kesuksesan kerap diukur dengan uang. Karena itu, saya berharap capaian ini bisa menjadi bukti bahwa dengan kerja keras dan doa, semua bisa diraih tanpa harus kehilangan nilai-nilai kemanusiaan.”

Namun jalan menuju toga itu bukanlah jalan yang mulus. Aziz pernah hampir kehilangan harapan untuk melanjutkan kuliah. Keterbatasan biaya sempat membuat mimpinya seolah pupus. Pada titik terendah itulah ia dipertemukan dengan Dr. Mohammad Nasih, pendiri Monasmuda Institute. Dari perjumpaan itu, jalan hidupnya berubah. Ia bukan hanya diberi kesempatan melalui beasiswa, tetapi juga dibimbing, dikader, dan diarahkan untuk menyalakan kembali api mimpi yang hampir padam.

Bimbingan itulah yang menuntunnya menapaki jalan akademik dengan penuh keyakinan. Aziz, yang lahir pada 16 November 1991, ditempa sejak kecil di bangku SDN Logung dan pendidikan diniyah sore hari. Jalan setapak desa, sawah yang membentang, dan suara pengajian di langgar menjadi saksi bisu tumbuhnya tekad dan rasa cintanya pada ilmu.

Perjalanan itu akhirnya berbuah manis pada 14 Juli 2025, ketika ia mempertahankan disertasinya berjudul “Dakwah Sociopreneurship Pesantren untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Studi di Pesantren Planet Nufo Rembang)”. Baginya, dakwah bukan hanya soal kata, tapi tindakan nyata: memberdayakan, menumbuhkan kemandirian, dan menghidupkan harapan.

Kini, di Pesantren Planet Nufo, tempat ia mengabdi sebagai pengasuh harian bidang akademik, gagasan itu ia wujudkan. Pesantren baginya bukan hanya ruang belajar agama, tapi juga pusat kehidupan yang melatih kemandirian dan solidaritas sosial.

Dari balik panggung wisuda, Aziz menatap jauh. Bukan hanya pada masa depan dirinya, tapi pada desa kecil di Rembang yang membesarkannya. Logung mungkin pelosok, tapi dari lorong sunyi desa itu cahaya kecil pernah menyala. Dan hari ini, cahaya itu telah tumbuh menjadi obor ilmu. Aziz kini berjalan di jalan panjang, menuju sosok yang bukan hanya berdaya, tetapi juga sanggup memberdayakan. Sebuah perjalanan dari tanah sederhana menuju langit ilmu, dari desa terpencil menuju harapan umat.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Feature

Oleh: Muhammad Aufal Fresky*) Sepertinya saya harus mengakui…