Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Esai

Deep Learning dan Insinyur Jagung

×

Deep Learning dan Insinyur Jagung

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Shofiya Laila Alghofariyah,
Pengajar di Pesantren-Sekolah Alam Nurul Furqon (Planet Nufo) Rembang

Bersumber dari Tempo.com, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah dari Kabinet Merah Putih, Abdul Mu’ti telah menggagas bahwa pendekatan deep learning akan diterapkan ke dalam kurikulum nasional yang berlaku saat ini, yaitu Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka. Ia belum memberikan keterangan pasti kapan deep learning akan diberlakukan. Tentunya setelah terbitnya peraturan menteri dan guru-guru diberikan pelatihan mengenai implementasinya (31/12/24).

Example 300x600

Deep Learning bukanlah sebuah teori baru melainkan sudah ada sejak 1976 dengan Swedia sebagai tempat pertama akan berkembangnya teori ini. Abdul Mu’ti mengungkapkan bahwa saat menempuh studi di luar negeri, deep learning adalah salah satu mata kuliah yang harus diambil Mu’ti. Sehingga ia sangat paham bagaimana deep learning bekerja sebagai metode yang cocok bagi pelajar.

Menurut kamus Cambridge, deep learning atau pembelajaran mendalam adalah cara untuk mempelajari sesuatu sehingga sepenuhnya memahami hal itu dan tidak akan melupakan pembelajaran tersebut. Dalam buku Deep Learning: Engage the World Change the World karya Michael Fullan telah dijelaskan bahwa deep learning diartikan sebagai pembelajaran mendalam yang berfokus pada pengembangan kompetensi inti seperti kreativitas, kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, karakter, dan kewarganegaraan. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna dan relevan bagi siswa di dunia yang terus berkembang.

Tiga Prinsip Deep Learning

Deep learning merupakan pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk memahami konsep secara mendalam, menghubungkan ide, dan menerapkan pengetahuan di situasi baru. Pendekatan ini sangat penting untuk tahap eksplorasi dan aplikasi setelah siswa menguasai dasar-dasar dari Surface Learning serta siap untuk menganalisis, mengevaluasi, dan berinovasi menggunakan pengetahuan yang dimiliki.

Kebalikan dari deep learning adalah surface learning. Pada surface learning, siswa menghafal informasi atau memahami konsep secara permukaan tanpa menghubungkannya dengan pemahaman yang lebih dalam atau menerapkannya dalam konteks lain. Bukan berarti surface learning tidak penting, pendekatan ini tetap diperlukan sebagai langkah awal pembelajaran terutama saat siswa memperoleh informasi baru dan mengenal konsep dasar sebelum melangkah menuju pemahaman yang lebih dalam.

Pendekatan deep learning menekankan pada tiga prinsip yaitu meaningful (bermakna), mindful (berkesadaran), dan joyful (menggembirakan). Pada prinsip meaningful, siswa menerapkan pengetahuan ke dalam situasi nyata dan tidak hanya berhenti pada memahami informasi dan penguasaan konten. Dengan prinsip mindful, siswa diharapkan memahami tujuan pembelajaran, termotivasi secara intrinsik untuk belajar, serta aktif mengembangkan strategi belajar untuk mencapai tujuan. Dan dengan prinsip joyful siswa diharapkan mendapatkan pembelajaran yang menggembirakan yaitu menantang, menyenangkan, dan memotivasi. Rasa senang dalam belajar dapat membantu peserta didik terhubung secara emosional, sehingga lebih mudah memahami, mengingat, dan menerapkan pengetahuan.

Kisah Insinyur dan Jagung

Insinyur dan Jagung
(Karya WS Rendra)

Tuan datang dengan buku besar,
teori bertumpuk dalam bahasa yang gemetar.
“Bagaimana kalian bertahan hidup?
Jagung? Ah, hanya biji-biji kering tanpa harap.”
Kami tersenyum, menanak cerita.
Di dapur kami, jagung menjadi sup doa.
Di ladang kami, ia menari di bawah matahari.
Di tangan kami, ia adalah pesta sehari-hari.
Tuan heran, menggeleng kepala.
“Ini tak ada di diagram atau data!”
Tapi kami tahu, bumi lebih tahu.
Jagung bukan hanya angka di balik layar kaca.
Tuan, simpanlah teori dan kalkulasi.
Jagung kami tumbuh dari cinta dan tradisi.
Bukan dari rumus, bukan dari mesin.
Tapi dari tangan, keringat, dan musim
.

Puisi karya WS Rendra tersebut menggambarkan seorang insinyur yang ahli dalam berteori namun seketika kebingungan dengan masyarakat desa yang terampil menanam dan mengolah jagung walaupun tak paham dengan segala teorinya. Mengapa demikian? Ya, karena warga desa praktik dan mengalami secara langsung dalam penanaman dan pengolahan jagung meskipun tidak tahu-menahu perihal konsep teoritisnya. Sedangkan Sang Insinyur hanya menghafal dan memahami informasi di universitas tanpa mengalami secara langsung. Demikianlah gambaran jika siswa hanya belajar menggunakan pendekatan surface learning.

Surface learning dapat digambarkan sebagai seseorang yang belajar mengemudi dengan hanya mengetahui aturan lalu lintas dan dasar-dasar mengemudi saja tanpa praktik secara langsung di jalan raya. Lalu apa akibatnya? Sudah pasti ia akan kesulitan menghadapi medan jalan raya dengan segala kondisinya. Maka seperti itulah yang dimaksud deep learning dengan menerapkan pengetahuan secara langsung dengan situasi yang berbeda-beda.

Tantangan Implementasi Deep Learning

Pendekatan deep learning membutuhkan banyak ide kreatif dan tepat sasaran dari para guru. Tentunya hal ini tidaklah mudah bagi guru yang kurang bisa memacu diri untuk berkembang menemukan gagasan-gagasan yang sesuai untuk pembelajaran. Sudah tentu sangat membosankan apabila guru hanya datang, membacakan materi yang ada di buku paket lalu memberikan soal penugasan kepada siswa. Bagi siswa yang cepat menangkap pelajaran dan hobi membaca, mungkin saja perlakuan tersebut nyaman bagi mereka. Lalu bagaimana dengan para siswa yang lebih senang dengan aktivitas menggembala dan harus menghafalkan rumus-rumus matematika atau bergurindam? Tentu saja mereka akan berpikir bahwa menghafal informasi tidaklah relevan dengan kehidupan sehari-hari dan masa depan apabila guru tidak bisa memunculkan relevansi dan menyadarkan siswa perihal apa tujuan materi tersebut dipelajari.

Dengan adanya latar belakang keluarga, kemampuan, dan ekonomi yang berbeda-beda dari para siswa, disinilah perlunya guru agar bisa melakukan asesmen diagnostik sebelum memberikan pelajaran. Surface learning seperti halnya seorang dokter yang memberikan obat yang sama kepada semua pasien dengan penyakit yang berbeda-beda. Alih-alih sembuh dari penyakit, bisa jadi pasien keracunan dan tak kunjung sembuh.

“Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu” (H.R Ali ibn Abi Thalib).

Sesuai dengan hadits tersebut, guru hendaklah menyesuaikan pembelajaran dengan tren yang sedang dihadapi para siswa agar bisa mengambil hati siswa. Ambil saja contoh gurindam. Apabila guru menyampaikan dengan cara konvensional, maka siswa akan bosan dan tak paham maksud tujuannya. Maka guru dapat menyesuaikannya dengan metode mencari masalah di lapangan, lalu menugaskan proyek yang menghasilkan produk gurindam yang merupakan puisi lama dengan nasehat-nasehat di dalamnya. Produk dapat berupa poster, video pendek, dan lain sebagainya sesuai dengan kreativitas siswa.

Seperti halnya ketika siswa mempelajari pertumbuhan tanaman, akan sangat monoton jika hanya menyimak gambar di buku. Maka yang benar adalah siswa praktik menanam dan mengamati langsung pertumbuhan tanaman mulai dari menyiapkan media tanam, pertumbuhan biji, hingga tumbuh daun dan batang. Dengan demikian siswa akan benar-benar mengalami.

Tantangan selanjutnya adalah menciptakan joyful learning, pembelajaran yang menyenangkan. Guru kerap terjebak dengan gagasan bahwa pembelajaran menyenangkan berupa ice breaking yang membuat siswa tertawa. Padahal, pembelajaran yang seru belum tentu bermakna. Maka guru perlu hati-hati dengan jebakan pembelajaran seru. Para guru perlu menciptakan suasana agar siswa mau belajar dengan rela hati dan gembira tanpa mengurangi esensi dari materi yang harus disampaikan.

Maka sudah saatnya guru berbenah. Berubahlah, maka anda tak kalah. Guru yang pantas mengajar adalah ia yang juga tak pernah berhenti belajar. Karena sebagus apapun sistem ditetapkan, nyawa utama dari pendidikan adalah guru itu sendiri. Maka mari bersama-sama mulai berbenah. Waallaahu a’lam bi al-shawwaab.

Example 300250
Example 120x600

Respon (1)

Tinggalkan Balasan ke Freddy Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *