Oleh: Nabila Putri Romadani, Mahasiswa UIN Salatiga
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, demokrasi tidak hanya berfungsi sebagai sistem pemerintahan, tetapi juga sebagai nilai yang harus dihidupi oleh setiap warga negara. Berdasarkan pengalaman pribadi, saya melihat bahwa penerapan demokrasi di lingkungan tempat tinggal terkadang berjalan dengan baik, namun tidak jarang pula diabaikan oleh sebagian warga.
Contohnya dapat terlihat dalam kegiatan gotong royong, seperti pembangunan sumur desa dan pembersihan masjid. Dalam kegiatan tersebut, warga berkumpul untuk bermusyawarah menentukan langkah-langkah yang akan diambil. Masing-masing warga biasanya sudah memiliki tugas yang dibagi secara adil, dan setiap pendapat dihargai sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan bersama. Hal ini mencerminkan nilai-nilai demokrasi seperti partisipasi, musyawarah, dan tanggung jawab kolektif.
Namun, pada kenyataannya tidak semua proses berjalan mulus. Dalam beberapa musyawarah, misalnya ketika menentukan jadwal kegiatan atau sanksi bagi warga yang tidak ikut berpartisipasi, kerap muncul perbedaan pendapat yang tidak disikapi dengan bijak. Beberapa orang bersikap egois, ingin pendapatnya saja yang didengar tanpa membuka ruang untuk mendengarkan orang lain. Sikap seperti ini dapat merusak semangat demokrasi dan memperlemah ikatan sosial dalam masyarakat.
Meski begitu, saya meyakini bahwa demokrasi tetap menjadi fondasi penting dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap orang memiliki hak untuk berpendapat, namun kebebasan itu juga harus diiringi dengan tanggung jawab dan kesadaran akan pentingnya menghargai pandangan orang lain. Ketika demokrasi dijalankan dengan baik, maka akan tumbuh rasa kasih sayang, komunikasi yang sehat, dan semangat tanggung jawab di antara warga.
Dengan demikian, demokrasi bukan sekadar sistem, tetapi sebuah sikap hidup yang menuntut keterlibatan aktif dan saling menghormati antaranggota masyarakat.