Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Opini

HAM: Nyaring di Pidato, Sunyi di Tindakan

×

HAM: Nyaring di Pidato, Sunyi di Tindakan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Dinda Fitriani, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung

Setiap tahun, dunia memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM) dengan penuh semangat. Pemerintah berbicara lantang tentang pentingnya menghormati martabat manusia, media mempublikasikan pesan-pesan kemanusiaan, dan masyarakat diajak untuk saling menghargai hak sesama. Namun, setelah hari itu berlalu, realitas sering kali berkata lain. Pelanggaran HAM tetap terjadi, sementara keadilan masih menjadi barang langka.

Example 300x600

Hak Asasi Manusia, yang seharusnya menjadi dasar moral dan hukum dalam kehidupan berbangsa, kini sering hanya menjadi simbol indah dalam pidato—bukan nilai yang benar-benar dijalankan. Banyak kasus kekerasan, penindasan terhadap rakyat kecil, hingga pembungkaman kebebasan berpendapat menunjukkan bahwa HAM masih “bisu” di hadapan kekuasaan.

Masalah utama bukan terletak pada konsep HAM itu sendiri, melainkan pada kemauan politik dan kesadaran moral. Banyak pemimpin berbicara tentang kemanusiaan, tetapi membiarkan ketidakadilan terus terjadi. Pidato tentang hak dan keadilan akan selalu hampa bila tidak disertai tindakan nyata untuk memperjuangkannya.

Sudah saatnya bangsa ini berhenti menjadikan HAM sebagai slogan seremonial. HAM harus dihidupkan kembali sebagai inspirasi moral dan panduan nyata dalam kebijakan publik serta kehidupan sosial. Setiap individu berhak diperlakukan secara adil, bebas dari rasa takut, dan memperoleh kesempatan yang sama di hadapan hukum.

Bangsa yang benar-benar menghargai HAM bukanlah yang paling sering membicarakannya, melainkan yang sungguh-sungguh menegakkan kemanusiaan dalam tindakan sehari-hari. Jika tidak, maka HAM akan terus menjadi simbol di atas kertas—indah dibaca, tetapi hampa dirasakan.

Kita perlu menumbuhkan kesadaran bahwa membela hak asasi bukan hanya tugas pemerintah, melainkan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia. Ketika kita berani menolak ketidakadilan, menghormati perbedaan, dan memperjuangkan kebenaran, saat itulah nilai-nilai HAM benar-benar hidup di tengah masyarakat.

HAM bukan hanya tentang hukum dan politik, tetapi juga tentang rasa kemanusiaan yang tumbuh di hati setiap individu. Jika setiap orang mampu menerapkan nilai kemanusiaan itu dalam tindakan kecil sehari-hari—seperti menghargai sesama, menolong tanpa pamrih, dan menolak kezaliman—maka bangsa ini tak lagi membutuhkan banyak pidato. Sebab pada saat itu, HAM tidak lagi bisu, melainkan berbicara melalui tindakan nyata rakyatnya.

Akhirnya, perjuangan menegakkan HAM tidak boleh berhenti pada kata-kata. Ia harus terus dihidupkan dalam tindakan, diajarkan di sekolah, dan dijaga dalam setiap kebijakan publik. Sebuah negeri yang besar bukan diukur dari banyaknya kekayaan, melainkan dari seberapa dalam ia menghargai martabat manusia. Selama masih ada ketidakadilan, tugas kita sebagai manusia belum selesai—karena memperjuangkan kemanusiaan berarti menjaga nurani bangsa agar tetap hidup.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *